Aku tak percaya cerberus membunuh kedua orangtuaku, pasti mereka ingin balas dendam pada keluargaku karena telah memotong kepalanya. Aku sungguh sedih sekaligus takut, bibi juga memiliki firasat kalau keluarga mereka akan dibunuh oleh Cerberus itu sehingga tak ada lagi keturunan yang berasal dari keluarga kami.
Hari demi hari, penyakit insomnia ku semakin parah. Dari jauh, bibi mengkhawatirkan keadaanku, namun tak ada lagi yang bisa dilakukan dokter terhadap penyakit ini. Setiap tengah malam, aku sering mendengar suara ketukan yang keras dari arah pintu gudang. Aku ingin membuka pintu gudang tersebut, namun bibi mencegahnya. Bibi memiliki firasat kalau salah satu Cerberus bernaung disana. Dan Cerberus lainnya berpusat pada gang yang gelap nan lembap itu. Aku bergidik ketakutan, apalagi kamarku tak jauh dari gudang, untungnya bibi telah mengunci pintu gudang dengan kunci gaib sehingga Cerberus akan sulit keluar dan hanya dapat keluar melalui arwahnya. Aku sangat takut kalau-kalau arwah itu merasuki bibi ataupun aku, bibi menenangkanku dan mengatakan padaku kalau arwah Cerberus tak dapat merasuki, ia hanya dapat mengganggu saja.
Walaupun begitu, aku tetap takut dan terus merinding apabila melewati pintu gudang tersebut. Selama berbulan-bulan aku mencoba hidup normal dan meminum secara rutin obat insomnia ku, tapi arwah Cerberus tersebut cukup kuat dan mampu mengelabuhi mimpiku menjadi mimpi buruk yang seperti kenyataan. Aku tak mampu lagi tinggal dirumah besar nan tua ini, aku merasa kesepian dan terkadang menangis ditengah malam tanpa kusadari. Satu hal yang dapat mengurangi rasa sedih ku adalah dengan membaca novel, aku tak tahu novel itu karya siapa, yang pasti ketika aku membacanya, aku merasa bahagia dan rasa sedih ku berkurang.
Pagi hari menyambut diriku yang terlalu lama larut dalam kegelapan, aku bangkit dari kasur dengan wajah yang pucat pasi karena insomnia ku kambuh semalam. Aku segera mandi dan sarapan bacon dan nasi goreng buatan bibiku, setelah itu aku langsung berangkat ke kampus. Hari ini rasanya berbeda, aku merasa memiliki suatu benih harapan, entah apa. Di kampus ku, terdapat mahasiswa baru, wajahnya memang tampan dan dia sangat baik pada semua orang, aku tak begitu mengenalnya tapi banyak cewek-cewek yang membicarakan dia.
Saat melangkah menuju perpustakaan di kampusku, aku melihat banyak cewek yang mengelilingi pria itu, aku sudah menduga kalau pria itu playboy. Setelah mendengar beberapa gosip dari temanku, aku mengetahui namanya adalah Jayden, sebenarnya aku tak begitu penasaran dengan sosok Jayden, namun saat aku berjalan melewati Jayden, tanganku dicegahnya dan ia berkata, "Hai! Salam kenal, namaku.." belum sempat melanjutkannya, aku telah memotongnya dan berkata, "Jayden..". Sontak, Jayden terkejut dan berkata, "Wah, kamu mengenalku..". "Tidak, aku tidak mengenalmu sama sekali, hanya saja banyak yang membicarakanmu" jawabku dengan ketus. Jayden hanya tersenyum dan menawariku untuk pulang bersama dia, awalnya aku menolak namun ia cukup memaksa dan pada akhirnya ia menarik tanganku dan berjalan berdamping dengan dia. Rasanya biasa saja, namun entah kenapa setiap ia memegang tanganku, tangannya begitu hangat dan lembut. Ok.. stop! Aku mulai terpesona dengannya..
Setelah sampai digerbang rumahku, aku mengucapkan selamat tinggal padanya, dia hanya tersenyum manis dan berkata, "Apakah kamu baik-baik saja?" Pertanyaan itu membuatku curiga kalau dia mengetahui isi pikiranku, "Aku baik-baik saja" kataku. Jayden hanya tersenyum dan melambaikan tangannya padaku setelah aku masuk kerumah, aku hanya mengangkat tanganku dengan kaku. Ya.. karena aku sama sekali belum berpengalaman soal cinta, wait.. mana mungkin dia menyukaiku? Ada-ada saja..
Tanpa kusadari, bibi mengawasiku dari balkon kamarnya. Aku cukup terkejut ketika mendongakkan kepala ku keatas, bibiku hanya menatapku dengan tajam dan dingin. Aku sudah terbiasa dengan tatapan itu. Aku hanya tersenyum menatap bibiku dan segera masuk kedalam rumah, saat menaruh tas diruang tamu, bibi sudah tampak di tangga sambil berkata, "Siapa dia?". Bibiku memang over protective padaku, sekali aku pulang dengan pria, pasti bibiku lah yang menanyakan siapa dia, tinggal dimana, kampus dimana dan lainnya. "Jayden bi.. dia mahasiswa baru di kampusku" kataku sambil tersenyum. "Pulanglah sendiri, bibi tak suka kamu pulang dengan pria.." kata bibi sambil memasang wajah curiga pada pria tadi. "Bibi, dia orang baik kok.." kataku berusaha menenangkan bibiku. "Tidak, dia bukan orang baik" kata bibiku dengan ketus. Aku hanya menghela nafas dan berkata, "Baiklah bi, besok aku tidak akan pulang dengan dia..". Perkataanku itu mampu membuat bibi tersenyum. Aku meraih tasku dan segera naik ke kamar, aku menaruh tasku di kursi dan duduk di sofa, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan pria itu.Bersambung..........

KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight (COMPLETE)
Terror• M Y S T E R Y • Namaku Laila, sejak ayah dan ibuku meninggal, aku hidup sendiri di rumah besar nan tua tempat aku bernaung kini. Tidak ada lagi pelukan dari kedua orang tua ku, sejak mereka meninggalkanku. Setiap tengah malam, aku selalu me...