AR.5

276 47 20
                                    

Mereka menghentikan langkahnya tepat didepan kelas Raisa.

"Reza, makasih buat semuanya." Raisa menatap sebungkus plastik yang berisi seragam kotornya. "Sorry, ngerepotin lagi." Lanjutnya merasa tidak enak hati kepada pria yang telah banyak menolongnya.

"Gak papa kok, gua ngerasa seneng kalo yang ngerepotin gua itu elo." Jawabnya santai sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Raisa membeku seketika mendengar ucapan yang dilontarkan Reza. Entah apa maksud dari perkataannya.

"Tapikan aku jadi nambah banyak hutang ke kamu."

"Tenang aja. Ada waktunya elo bayar hutang gue."

"Yah.. jadi gak enakkan." Kesal Raisa memanyunkan bibirnya. Pria dengan wajah agak bule ini tertawa melihat tingkah Raisa yang menggemaskan.

"Udah.. gak usah dibahas. Masuk, gih!" Titah Reza. Raisa mengangkat jempolnya kemudian berlalu pergi meninggalkan pria itu.

***

Reza memasuki kelasnya, lalu duduk dibangku kelas disamping Arka.

"Eh.. ni bocah, tumben lama banget masuk kelas." Omel Sutha yang duduk didepan Arka.

"Yee.. tau deh yang paling tua." Balas Reza, mencibirnya.

"Kalian bisa gak, gak ribut sehari aja?" Tanya Maheka.

"Bisa.. kalo dia lenyap dibumi." Ejek Sutha sembari menunjuk kearah Reza.

"Itu mah elo aja yang pengen." Sahut Reza. Arka terkekeh mendengar perdebatan antara mereka berdua. Ia heran mengapa ia harus terlahir hidup bersama tiga manusia dengan otak gesrek ini, yah.. walaupun Reza dan Maheka tidak segesrek Sutha. Mereka selalu bersama sejak orang tua mereka memperkenalkan mereka ketika mereka masih kecil. Mereka selalu bersama, sampai - sampai selalu berada dikelas yang sama. Susah senang bersama, berandal bersama, dan ngebuli siswa selalu bersama - sama, tak pernah kekurangan satu anggota sekalipun.

"Eh gua punya berita. Sebagai Kapten Basket yang paling ganteng." Reza, Arka dan Maheka memasang ekspresi ingin muntah ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Sutha. "Gua punya berita bagus alias good news. Akan ada kompetisi untuk lomba Nasional. Nah.. Sebagai tim The Greatest Generation, gimana? Mau gak lo pada?"

"Wess.. cakep tuh, kapan?" Tanya Maheka interesting.

"Minggu depan."

"Terus, satu lagi siapa? Kan, kita baru berempat." Tanya Arka lagi.

"Nah kalo itu..." Sutha menggantungkan perkataannya. Mengangkat kedua alisnya kepada kawan - kawannya. Kemudian matanya menatap kearah Reza dan tatapan jail.

"Oh... Please, Jangan bilang kalo.." Reza memprediksikan siapa yang ikut menjadi bagian tim mereka.

"Dito!" Jawab Arka, Sutha dan Maheka berbarengan.

"Arhggghdjxnahsdj#÷*×!-#!!" Reza geram frustasi sembari meremas rambutnya untuk melampiaskan kekesalannya. Sedangkan mereka bertiga tertawa lepas melihat tingkah Reza. Pasalnya, Dito adalah musuh bebuyutan Reza alias rival, mereka selalu bersaing siapa yang paling terhebat diantara mereka, saling memamerkan kehebatan.

"Pokoknya nanti sore, kita latihan!" Tegas Sutha.

"Sama dia?" Tanya Reza.

"Enggak! Sama rival sehidup seakhirat lu!" Ejek Sutha diiringi tawa mereka kecuali Reza yang sudah memasang ekspresi masam.

***

Sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarna merah memasuki halaman rumah yang terbilang luas itu. Secara bersamaan turunlah seorang Arka bersama pembantunya yang tidak lain adalah Raisa.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang