AR.8

199 38 10
                                    

Sudah 2 menit Raisa berdiri menunggu antrian, kakinya sudah tidak kuat lagi. Namun ia tahan, ia tidak ingin merepotkan orang lain. Tiba - tiba saja kakinya mulai melemas, secara bersamaan seseorang memegang kedua pundaknya.

"Kalo lo gak kuat, gua bisa beliin lo kok." Suara itu, suara yang tidak asing ditelinga Raisa.

"Eh Za, aku baik - baik aja kok." Siapa lagi kalau bukan Reza, sang pemilik suara. Reza menghela nafas panjang, gadis itu memang seperti ini. Keras kepala dengan sikap yang lembut.

"Yaudah, tapi gue pegangin ya pundak lo. Biar jaga - jaga aja, kalo kaki lo mulai sakit lagi." Raisa menganggukkan kepalanya pelan sembari tersenyum kepada pria itu. Ia memang membutuhkan seseorang untuk membantunya berdiri.

"Raisa..." ucap Reza, gadis itu menoleh kearah Reza.

"Kok, lo mau disuruh - suruh kayak gini? Padahal keadaan lo lagi gak baik banget." Tanya Pria dengan tinggi 175 cm ini, bukannya menjawab gadis berkepang satu ini justru memberikan senyuman manisnya kepada Reza.

"Setidaknya, aku sudah berjuang agar tidak kalah oleh keadaan. Aku cuman gak mau menjadi sosok lemah dimata kalian" Seketika Reza bergeming mendengar ucapann yang dilontarkan oleh Raisa

'Berjuang? Kamu adalah makhluk lemah, Sa. Dan gue gak mau lo berjuang mati - matian. Gue pengen ada orang yang berjuang mati - matian buat lo bukan sebaliknya.' Guman Reza

"Misi, adek - adek mau mesen apa?" Tanya seorang pelayan stand.

"Eh.. mbak mesen 2 nasi goreng ya." Pesen Reza, pelayan itu menganggukkan kepalanya sembari melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuat pesanan mereka. Setelah 10 menit menunggu.

"Dek, ini pesanannya." Ujar Pelayan sembari memberikan dua sepiring nasi goreng. Raisa segera mengambil dua piring yang dipenuhi oleh nasi berwarna cokelat dengan campuran sayur - sayuran itu, namun kegiatannya terhenti ketika ada tangan yang lebih cepat mengambil dua piring itu.

"Udah.. gue aja yang bawain." Tukas Reza. Raisa hanya menatap Reza dengan tatapan bingung.

"Za, aku masih punya dua tangan. Aku gak mau ngerepotin kamu lagi." Ucap Raisa tidak enak.

"Kan udah gue bilang, gue suka kalo yang ngerepotin itu elo, Raisa." Reza tersenyum menatap gadis itu, lalu ia berjalan beriringan dengan Raisa. Mereka melangkahkan kakinya menuju tempat duduk kantin yang dipenuhi oleh sahabat- sahabat Reza.

"Nih. Tuan muda pesanannya." Ucap Reza bergaya ala pelayan Restoran.

"Lho, Reza. Yah.. kalo elo yang beliin makanan, gue pengen mesen juga kali.." Sutha merengek seperti anak kecil.

"Your dream." Jawab Reza.

"Tunggu. Pacar kalian kemana?" Tanya Reza menatap ada yang ganjil diantara mereka.

"Gua gak punya pacar!" Jawab Maheka ketus.

"Si Mitha ada panggilan mendadak sama genknya, dan si Thiara ada masalah rapat di osis." Jelas Arka.

"Nah kalo si Maheka lagi nunggu sang pujaan hatinya yang pulang dari Chicago." Sambung Sutha sembari memberikan tatapan jail kearah Maheka.

"Eh.. Apaan sih lo?!" Maheka merasa tidak terima dengan pernyataan Sutha yang mengungkit masalah pacar.

"Terus nasi gorengnya gimana?" Tanya Reza. Dengan gerakan cepat, Arka seketika menarik Raisa sehingga gadis itu secara refleks duduk disamping Arka. Pria itu langsung mengambil sepiring nasi kepada Raisa. Sedangkan gadis itu terdiam melihat tingkah Arka yang berbeda, yang biasanya ia selalu mengusir Raisa. Kini pria itu berbeda namun tidak lepas dari kasar dan dinginnya.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang