"Kita belajar disini?" Tanya Raisa mengedarkan pandangannya kearah tempat itu.
"Iya, terus?"
"Tempatnya seperti.."
"Aneh?" Reza memotong perkataan Raisa. Tempat yang Reza tuju memang sedikit menyeramkan, seperti sebuah rumah besar yang kuno.
"Eh.. bukan begitu.." Jawab Raisa tidak enak, Reza terkekeh. "Tenang aja, kamu pasti bakal suka. Sekarang kamu turun aja dulu, tunggu disini." Raisa mengangguk kemudian turun dari motor thrill itu. Reza melajukan mobilnya menghilang dibalik rumah itu.
Dia mungkin saja memarkirkan motornya.
Raisa kembali menatap rumah itu. Seperti tidak ada tanda kehidupan disana, dengan refleks ia menggelengkan kepalanya membuang semua hal negatif dikepalanya.
"Kenapa?" Raisa terlonjak kaget ketika Reza mengagetkannya.
"Eh.. Gak ada. Kamu ngagetin." Ujar Raisa membuat Reza ber-O ria.
"Yaudah, yuk." Reza melangkahkan kakinya diikuti langkah kaki Raisa. Pria itu membukakan pintu untuk Raisa, agar gadis itu bisa masuk. Raisa terpukau, rumah itu ternyata adalah sebuah kafe yang didalamnya berjejer rak - rak yang dipenuhi oleh aneka macam buku. Kedatangannya disambut oleh bau khas dari kafe ini, aroma vanilla.
"Udah jangan kelamaan bengongnya, nanti kesambet lho!"
"Ih! Apaan sih!" Raisa memukul lengan Pria berkacamata itu.
"Ya Tuhan! Reza? Udah lama banget gak kesini, tambah tampan saja kamu." Seorang wanita barista datang menghampiri mereka berdua kemudian memeluk Reza. Ia membalas pelukan wanita yang terbilang tidak muda lagi.
"Maafkan aku, Mrs. George. Aku benar - benar dibunuh secara perlahan dengan pekerjaan sekolahku." Wanita yang dipanggil Mrs. George tertawa lepas mendengar perkataan Reza.
"Kamu memang bisa membuatku tertawa, dear." Wanita itu kini menatap seseorang yang berada disamping Reza. "Dan kamu membawa sebuah kejutan disini, siapa si cantik ini?" Mrs. George menggenggam kedua tangan Raisa.
"Dia temanku." Jawab Reza.
"Aku Raisa, Raisa Andrevany." Raisa menundukkan kepalanya, memberikan rasa hormatnya kepada yang lebih tua darinya.
"Oh.. nama yang indah, sayang. Aku Mrs. George, pemilik kedai kafe ini. Baiklah, silahkan kalian mencari tempat yang nyaman untuk berpacaran."
"Tidak, kami tidak pacaran." Jawab mereka - Raisa dan Reza serempak. Wanita itu kemudian terkekeh. "I'm just kidding." Jawab Mrs. George lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Raisa mendapat sebuah kesimpulan, wanita itu sangat baik dan ramah
"Kita duduk disana aja." Reza menunjukkan tempat dudukyang berada di. Raisa menganggukkan kepalanya, mereka berjalan menuju meja itu.
"Ladies first." Reza menarik bangku agar Raisa bisa langsung duduk disana. Gadis itu tersenyum, kemudian tubuhnya ia dudukkan dibangku itu.
"Lo mau pesan apa?"
"Moccachino aja." Reza menganggukan kepalanya, pria itu pergi menuju kasir yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka duduk. Raisa mengedarkan pandangannya sekali lagi. Ruangan ini sungguh luas, terdapat 15 meja yang disediakan disini, rak - rak yang tertata dengan rapih, dan lukisan - lukisan oleh pelukis terkenal terpajang disetiap dindingnya. Indah.
Namun, Raisa merasa sesuatu yang ganjal. Disini sangat sepi, hanya dirinya dan Reza saja yang menjadi pelanggan disini.
"Mereka akan membawakan kita pesanannya, nanti." Reza mendudukkan tubuhnya dibangku yang berada didepannya, kini mereka saling berhadapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Raisa
Подростковая литература▪ On Going (DIREVISI SETELAH TAMAT) Mungkin inilah yang terjadi padaku, tidak seperti gadis - gadis yang lain menikmati hidupnya tanpa kekangan. Sedangkan aku, harus hidup dengan melayani majikan dingin. Hidup tanpa bunda, dan ayah yang kini sedang...