AR.4

250 51 33
                                    


Rasa sakit dikepalanya mulai menjadi dan semakin sakit. Tiba - tiba seseorang tidak sengaja menyenggol tubuh mungilnya hingga membuatnya kehilangan keseimbangan. Hampir saja tubuhnya menghantam lantai kantin, dengan cepat sebuah tangan kekar melingkar dipinggangnya. Raisa mencoba memberanikan diri menatap siapa yang telah berani menyelamatkannya. Lagi - lagi dirinya...

"R... reza?"

"Lo gak papa?" Reza membantu Raisa berdiri. Gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Eh.. Lo! Minta maaf dong buat orang jatuh!" Tegur Reza kepada salah satu siswa yang telah membuat Raisa hampir terjatuh.

"Maaf ya Raisa.." ujar siswa itu. Sebagai sahabat dekat Arka, Reza juga ditakuti oleh seluruh siswa SMA Nusa Pertiwi, walaupun penampilannya tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang berandalan.

"Iya gak papa..." Raisa tersenyum menatap siswa yang kelihatan ketakutan. "Reza. Aku gak papa, gak perlu nyuruh dia minta maaf gitu!" Pinta Raisa yang tidak enak hati kepada Pria yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir setengah mati ini.

"Tapi setidaknya dia harus tau diri, Raisa." Tegas Reza.

"Sini aku aja yang beliin softdrinknya!" Pinta Reza. Ia mendudukkan Raisa di salah satu bangku kantin. Kemudian ia berjalan menuju stand tempatnya untuk membeli pesanannya Arka.

Setelah mereka mendapat apa yang diinginkan, mereka berjalan menuju ke tempat Arka dan Sutha. Namun, Raisa melihat sesuatu yang ganjil. Ya, ada seorang gadis yang sedang bergelayut manja di lengan Arka. Siapa lagi kalo bukan Mitha.

"Tuan ini minumannya.." Ucap Raisa. Arka mengambil minuman itu, kemudian ia sondorkan kepada gadis disampingnya.

"Kamu haus kan, sayang?" Tanyanya.

"Ih.. sayang kamu tau aja.." Mitha langsung mengambil minuman itu.

"Lo pergi sana!" Usir Arka dingin kepada pembantunya. Raisa mengangguk pelan, ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka. Namun, ia merasakan lengannya ditarik oleh sebuah tangan yang membiatnya berhenti berjalan.

"Mau gue anter?" Tawar Reza. Raisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak papa Za." Ia melepas genggaman Reza, kemudian berlalu pergi meninggalkan dirinya dan yang lain. Setelah keluar dari kawasan kantin, kepalanya kembali nyeri, nyeri yang amat parah.

***

Raisa segera menghempaskan tubuhnya diranjangnya. Tubuhnya terasa pegal disertai kepala yang masih terasa pusing. Ia harus terpaksa pulang naik angkot karena kembali lagi Arka meninggalkannya, ia juga mencoba agar tidak bertemu Reza waktu pulang karena ia tak ingin merepotkan pria baik itu.

Beruntung Arka belum pulang ke rumah, jadi ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang letih ini. Kepalanya kembali terasa berdenyut - denyut tidak karuan, membuatnya meringis kesakitan.

Setelah beberapa menit kemudian, mata Raisa tiba - tiba saja mulai terasa berat, hingga kembali kegelapan merenggut kembali penglihatannya.

***

Ia membuka matanya perlahan.

"Masih malam ya?" Gumamnya dengan suara sedikit serak habis bangun tidur. Ia mencoba mencari handphone-nya yang berada tak jauh dari dirinya. Ia melihat jam yang terpampang jelas dilayar handphone-nya. Ia menyadari bahwa dirinya sudah lama tertidur dikamarnya. Ia mencoba mendudukkan posisinya, kepalanya masih saja nyeri. Tunggu... matanya menangkap objek yang benar - benar asing dipenglihatannya, terdapat sebuah tabung kecil dan secarik kertas, dan segelas air putih diatas nakas kecilnya.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang