AR.9

199 35 45
                                    

Drrt... drrttt...

Intan langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang berbunyi. Namun, bukan ponselnya yang berbunyi.

Drrt.. drrtt...

Ah.. Ternyata bunyi ponsel Arka. Memang sebelumnya Intan juga membawa ponsel milik adik sepupunya itu agar ia bisa konsen belajar bersama Raisa. Gadis itu menyipitkan matanya ketika melihat nama yang tertera dilayar ponsel.

"Komodo berenang?" Intan menghendikkan bahunya. Mungkin saja salah satu sahabat Arka. Tanpa berpikir panjang, Ia menekan icon tombol hijau kemudian mendekatkan ponsel itu kearah telinga kanannya.

"Halo?" Tidak ada balasan dari seberang sana. Apa benar ini teman Arka?

"Halo, ini siapa?" Intan kembali memanggil, dan tidak ada balasan sekali lagi. Apakah ada yang menjailinya?

Tuut.. tuut.. tut..

Orang asing itu memutuskan hubungan telponnya secara tiba -tiba. Intan menaikkan kedua alisnya heran. Dan tanpa rasa dosa sama sekali, ia langsung melempar ponsel Arka ke sembarang tempat. ia melanjutkan aktivitas magernya.

***

"Oh.. kalo gini, gue ngerti." Jawab Arka dengan rasa percaya diri. Ia mengambil pekerjaannya dari Raisa. Arka mulai mengerjakan tugasnya. Setelah mengerjakan selama 10 menit, terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar.

"Masuk!" Titah Arka. Pintu terbuka dan menampilkan sosok pria paruh baya berjas hitam rapih.

"Mr. Deno?" Ya, pria itu adalah Mr. Deno, pengawal pribadi keluarga Arka.

"Tuan Arka ada yang ingin bertemu dengan Anda diruang keluarga." Ucap Mr. Deno dengan sopan.

"Ya udah. Lo kerjain tugas ini sampai gue kembali lagi! Jangan kemana - mana!" Raisa menganggukkan kepalanya.

"Iya, Tuan." Arka segera beranjak dari kursinya dan berjalan keluar kamarnya yang diikuti oleh Mr. Deno. Raisa menghembuskan nafasnya. Sekali lagi, ia harus mengerjakan tugas Arka.

***

Arka sudah berada diruang keluarga, disana sudah ada Intan, beberapa bodyguard dan..

"Arka, kau cepat sekali besar, ya.." Ucap Pria dengan kacamatanya dan mengenakan jas berwarna hitam yang didalamnya terdapat kemeja putih seperti bodyguards yang ada dibelakangnya.

"Mr. Albert?" Tebak Arka karena ia tidak asing dengan wajah pria ini. Wajah sekertaris pribadi mendiang Ayahnya.

"Haha.. ternyata kau ingat denganku. Padahal waktu itu umurmu masih 12 tahun." Arka langsung memeluk pria itu. Pria yang selalu bersama keluarganya selama berpuluh tahun.

"Apa kabar Mr. Albert?"

"Aku baik - baik saja, nak." Mereka melepas pelukan mereka.

"Ada apa Mr. Albert kesini?"

"Sebaiknya kita duduk dulu." Mereka secara bersamaan duduk disofa panjang.

"Arka, kau sudah berumur 18 tahun. Sebentar lagi 20, dan mendiang Ayahmu memberikan wasiat kepadaku. Bahwa kelak ketika umurmu sudah beranjak 20 tahun. Kau harus bisa meneruskan perusahaan itu." Jelas Mr. Albert sembari menepuk pundak Arka. Sedangkan pria itu bergeming, ia tahu ini akan terjadi.

"Tapi umurku masih terbilang belum bisa memegang perusahaan besar itu." Mr. Albert terkekeh mendengar perkataan Arka. Arka memang selalu begitu, dibalik kesempurnaan yang dia miliki, anak dari Stevan Fernando Giorda ini mempunyai ketakutan terhebatnya. Dan inilah ketakutannya.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang