AR.3

273 60 50
                                    

For you... EXTRA chap.
Karena selanjutnya, diriku akan sangat lama untuk updatenya...
***

Secercah sinar matahari pagi masuk disela -sela gorden kamar yang bernuansa putih polos ini. Menampilkan sosok gadis yang tertidur pulas.

"Ehhmm..." geramnya ketika cahaya matahari mengenai kelopak matanya. Ia mendudukkan posisinya sembari mengucek - kucek matanya. Mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya.

'Udah pagi?' Batinnya. Ia menatap alarm yang berada dinakas kecilnya. Tiba - tiba ia membelalak matanya.

"Astaga! Aku telat." Ujarnya dengan suara serak setelah bangun tidur. Raisa kemudian beranjak dari posisinya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ya, alarmnya telah menunjukkan 06.30 a.m. sedangkan ia seharusnya bangun subuh - subuh untuk memasakkan sarapan Arka.

***

Raisa berjalan ke ruang makan. Ia bisa melihat majikannya-Arka sudah duduk santai sambil memakan sarapannya yang pasti dibuat oleh salah satu pelayan rumah, bukan dirinya.

"Maafkan saya tuan... saya telat bangun." Raisa menundukkan badannya, tidak berani menatap majikannya yang sudah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Tak ada jawaban dari empunya, ia meminum segelas jus orange. Kemudian mengambil tisu untuk mengusap mulutnya. Tatapannya masih sama, masih dingin. Matanya bergerak dari atas ke bawah tubuh Raisa.

"Gak perlu minta maaf." Jawabnya dingin. Ia beranjak dari kursinya, berjalan menuju Raisa. Raisa bisa merasakan majikannya telah berdiri didepannya dengan tatapan ingin membunuhnya. Arka mencengkram dagu Raisa keras, mengangkatnya keatas. Mata mereka saling bertemu.

"Karena gue gak bakal maafin lu. Sebelum bokap lu yang brengsek itu mengembalikan kedua orang tua gue. Sialan!" Seketika setitik airmata mulai mengalir dipipi mulus Raisa. Segitukah bencinya Arka kepada Ayah tercintanya? Kemudian ia menghempas dagu Raisa, lalu pergi meninggalkan gadis itu.

Raisa menatap kepergian Arka dengan isakan yang mulai menjadi. Ingin rasanya ia menampar pria dingin itu. Namun, apa dayanya ia hanya seorang gadis yang terjebak dalam masa lalu mereka. Raisa dengan cepat menyeka kedua pipinya yang basah karena air matanya dengan kedua tangannya. Ia harus tegar! Demi sang Ayah. Ia melangkahkan kakinya menuju garasi. Namun sayangnya, ia tidak menemukan mobil Lamborghini Aventador merah itu.

'Ia sudah pergi.' Gumamnya. Sekali lagi, ia harus menaiki angkot yang harus membutuhkan waktu sekitar 30 menit itu, sedangkan waktunya sudah tidak banyak lagi. Segera ia berlari keluar rumah, ia harus berlari sampai ke jalan raya besar. Ia mencoba mengedarkan pandangannya, berharap ada kendaraan dimana ia bisa menumpang sampai sekolahnya. Tiba - tiba sebuah motor trill berhenti didepannya, dilihat dari penampilan pria yang wajahnya tertutupi oleh helm itu, ia merupakan siswa sebaya dengan dirinya.

"Ayo naik!" Ujarnya. Raisa masih ragu menatap pria itu.

"Tenang aja, kita satu sekolahan." Ia tahu apa yang ada dibenak Raisa. Segera gadis itu naik ke belakangnya. Pria itu langsung menancapkan gas dan berangkat menuju sekolah.

***

Sampainya di tempat parkiran yang telah disediakan sekolah, Raisa langsung turun bersamaan dengan dibukanya helm yang menutupi wajah pria itu. Wajahnya...

"Reza?" Reza tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Aduh.. makasih banget Reza. Ngerepotin." Raisa membungkukkan badannya, ia merasa tidak enak dengan salah satu sahabat Arka ini.

"Yaelah.. Gak papa, santai aja kali." Ia mengibaskan tangannya.

"Tapi kok lo gak bareng Arka?" Tanya Reza penasaran.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang