AR.6

271 43 37
                                    

Tubuh Raisa semakin bergetar ketakutan saat melihat Arka berjalan menghampirinya dengan alat pencambuk

"Berdiri lo!" Titah Arka. Ia kembali menarik rambut Raisa agar gadis itu berdiri.

TAAAR!!!

"Aaakkhhh..." Raisa mengerang kesakitan saat alat itu mencambuk betisnya.

"BERANINYA KAU!"

TAAAR!!!

"Aaakkhhh..."

Arka terus menghujam betisnya dengan cambukan demi cambukan. Aliran - aliran perih mulai menjalar naik kepahanya. Ia merasa kakinya mulai sulit untuk berdiri tegap.

TAAAARRR!!

"Aaaaakkkkhhhhhh....."

Arka memberikan cambukan dibetisnya lebih keras dari sebelumnya. Raisa sudah tidak kuat, lututnya jatuh tersimpuh ditanah yang ditumbuhi rumput buatan, tubus gadis itu langsung beringsut lemah. Pandangannya sudah mengabur akibat air matanya. Dengan susah payah Raisa menahan tubuhnya dengan kedua telapak tangannya agar betisnya yang dialiri darah tidak bersentuhan dengan lantai.

"ARKA! APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Teriak seorang gadis dari kejauhan. Pria itu langsung menoleh menuju sumber suara, sedetik kemudian ia menghembuskan nafasnya kasar.

Gadis cantik dengan rambut pendek dan tumbuh yang tinggi ditambah sepatu high heels ini melangkah cepat mengarah mereka berdua.

"Aku minta kepada Arka Fernando untuk mejelaskan semua yang aku lihat ini?" Pinta Gadis itu dengan sedikit paksaan.

"Ini! Si cewek brengsek ini naruh tikus ditas gue! Oh... lo mau kayak bapak lo? ngebunuh gue dengan ngagetin gue sama hewan kayak gitu, hah?!" Wajah Arka sudah benar - benar memerah, ia marah besar.

"Arka! Kamu kok langsung nuduh Raisa?!" Tanya Gadis itu lagi dengan sedikit menaikkan volume.

"Gue? Nuduh?! Really... dia orang yang masukin barang - barang ketas gue sebelum gue buka itu tas!" Jawab Arka.

"Ti.. dak... tuan.. bu.. kan"

"Diem lo! Alesan aja!" Potong Arka. Raisa bergeming seketika, ia masih diposisinya yang sama dengan menahan tubuhnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis berambut pendek itu membantu Raisa mengatur posisinya, agar dirinya bisa duduk tanpa harus lukanya menyentuh rerumputan.

"Kak? Kok? Diemin aja dia!" Arka tidak terima dengan apa yang gadis-yang ia panggil kakak ini lakukan kepada Raisa.

"Oh... Gosh... Sudahlah, apa kau tidak puas menyiksanya?"

"Sekarang kamu bawa dia kekamar! Aku gak mau tahu!" Titah Gadis itu. Arka memenjamkan matanya, rahangnya mengatup keras. Raisa hampir tidak berdaya, matanya sudah hampir terlihat memenjam. Ia merasa terlalu berlebihan untuk menghukumnya, terlebih lagi ia adalah seorang gadis lemah.

"ARKA!" Teriak gadis itu memanggil Arka. Dengan segera sambil menghela nafas panjang, pria dengan tubuh tinggi tegap ini langsung menggendong Raisa dengan dengan gaya bridal style.

"Aish.. Kak, panggil Dr. Joseph!" Pinta Arka yang diangguki oleh gadis itu. Gadis itu segera mengambil handphonenya dari tas kecilnya. Arka langsung membawa Raisa kedalam kamar gadis itu.

***

Pandangan Arka terus mengamati tangan Dr. Joseph dengan seksama yang sedang mengobati luka dari bekas cambukannya dibetis Raisa. Terdapat banyak garisan - garisan berwarna biru keunguan pada kaki putih milik Raisa.

Gadis berambut pendek gelombang menarik lengan Arka keluar dari kamar Raisa, dan mengajaknya kekamar Arka.

"Minta maaf!" Titah gadis itu.

Aku RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang