5 - theatre

899 145 4
                                    

Jakarta, 2017

Berita Wendy yang masuk rumah sakit menyebar begitu cepat di kalangan keluarganya. Maklum saja, perempuan itu berasal dari keluarga dokter, otomatis para tenaga medis mengenalinya dan menginformasikannya kepada keluarga Wendy. Walaupun, jauh sebelum itu, Sehun telah terlebih dahulu mengabari kedua orang tua perempuan yang kini terbaring lemas itu.

"Ibu Wendy hanya kelelahan dan anemianya kambuh," dokter itu membolak-balikkan laporannya, "tapi, ada kemungkinan besar bahwa ini dikarenakan kondisi psikisnya yang tidak sehat. Mengenai kondisi psikis, itu hanya diagnosa sementara. Untuk lebih jelasnya, Bapak harus membawa istri bapak ke psikiater."

Sehun masih merasakan dentuman dalam hatinya, dentuman yang sama ketika ia mendengar penjelasan dokter itu. Seseorang yang ceria seperti Wendy bisa menjadi seperti ini? Terima kasih kepada diri Sehun yang telah menjadi tekanan tersendiri bagi perempuan itu. 

"Hm,"

Suara erangan pelan itu membuyarkan lamunan laki-laki itu. Ternyata, Wendy sudah siuman dari pingsannya. Tiada henti Sehun memanjatkan syukur kepada Sang Pencipta.

"Syukur kamu udah bangun," laki-laki itu langsung berdiri hendak memanggil dokter, namun ia merasakan Wendy menarik bajunya, "kenapa?"

"Ngh, nggak usah. Aku enggak apa-apa."

Sehun pun mengurungkan niatnya dan kembali duduk. Kini hanya suara hujan di luar sana yang mengisi kesepian di kamar pasien itu. Baik Sehun maupun Wendy tak tau harus bicara apa atau mungkin memang tidak ada lagi yang perlu dibicarakan di antara mereka.

"Wen, sulit ya buat kamu nikah sama aku-" Belum selesai pertanyaan itu terlontar, Wendy tiba-tiba saja memeluknya. Sehun tidak mengerti, tapi karena kerinduan yang begitu membuncah ia langsung membalas pelukan wanita itu.

"Wendy!"

Lelaki itu terperanjat begitu mendengar suara ayah dan ibu Wendy menghambur ke arah putri bungsu mereka. Tentunya, membawa anggota keluarga yang lain; yaitu abang, kakak ipar dan ponakan Wendy.

Sehun tersenyum miris kemudian melepaskan pelukan itu, Wendy mulai lagi menjalankan kerja sampingannya sebagai aktris, huh?

"Mesra-mesraan mulu lo berdua," celetuk Suho, abang Wendy, mencibir pasangan dihadapannya itu, "padahal lagi sakit juga."

Cibiran itu tentu mengundang tawa yang lainnya. Walaupun, itu tidak mampu untuk menghibur hati kedua orang tua Wendy yang khawatir habis-habisan begitu mendengar putrinya pingsan.

"Sehun, Wendy kenapa?"

"Kata Dokter, kelelahan dan anemianya kambuh, Yah. Butuh banyak istirahat aja." 

Ayah hanya mengangguk paham mendengar penjelasan menantunya itu. Sedikit banyak kekhawatirannya hilang begitu saja. Pasalnya, lelaki usia lanjut itu, tau bahwa putrinya bukanlah seseorang yang mudah jatuh sakit. Banyak pula dugaan-dugaannya mengenai keretakan hubungan mereka berdua. Tapi, begitu melihat mereka tengah berpelukan ketika mereka datang, ia tiada henti mengucap syukur.

"Kamu mau gantian menjaga Wendynya, Nak?" Tanya Ibu kepada menantunya itu. Sementara Wwndy, dengan cemas berharap, Sehun mengiyakan tawaran Ayahnya itu.

"Enggak usah, Yah. Yang lain kan juga sibuk, saya bisa sendiri." Tapi, Sehun tetaplah Sehun. Ia tidak pernah mau merepotkan orang lain, apalagi mertuanya.

Setelah itu, Ayah, Ibu dan rombongannya bergegas pulang. Hanya Suho masih belum beranjak dari tempatnya.

"Sehun, lo tau kan kalau gue temenan sama dr. Lee?" Entah ada apa Suho bertanya hal sepele seperti ini. Sedangkan yang ditanya, hanya mengangguk polos.

"Kenapa lo enggak bilang kalau kondisi psikis Wendy enggak sehat?!" Suho yang biasanya ramah dan cengengesan, entah kenapa malam itu terkesan dingin dan penuh kemarahan.

"Bang, itu juga masih diag-"

"Bang, itu semua karena gue banyak pasien," Wendy muncul dengan sebuah alasan klasik, "jadi, ya capek bikin laporannya. Jadi banyak kerjaan gue."

Wendy masih merasa laki-laki itu menaruh kecurigaan pada mereka. Akhirnya, setelah sekian lama, perempuan itu terpaksa menggenggam tangan suaminya.

"See? We're fine.

Sehun juga masih menemukan rona kecurigaan dari Suho, menemukan sebuah ide brilian yang tentunya akan membuat Suho tak berkutik. 

Sehun mencium bibir perempuan yang ada di sampingnya itu dengan cepat. Iya, setelah 1 tahun lamanya, tidak ada proper physical contact di antara mereka.

"Masih belum percaya juga, Bang? We can do more-"

"Modus aja lo!"

Suho melenggang pergi meninggalkan pasangan yang dilanda kecanggungan itu. Sepanjang perjalanan, Suho hanya terkikik geli membayangkan betapa konyolnya ia menaruh kecurigaan kepada dua adiknya itu.

"Mereka malah lebih mesra dari gue dan Irene!"

if you | sehun x wendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang