Jakarta, 2016
Malam itu, Sehun benar-benar hilang arah. Pikirannya kacau. Ia butuh ruang dan hal yang tidak membuatnya overthinking seperti sekarang. Tanpa sadar Sehun melajukan mobilnya ke sebuah bar terkenal di kotanya.
Sehun tak beranjak sama sekali dari mobilnya. Sudah lima belas menit ia sampai, tapi kakinya masih belum mau melangkah. Ini bukan pertama kalinya Sehun minum sendiri. Dulu, jauh sebelum bertemu Wendy, ia juga pernah menikmati masa mudanya di bar atau club hanya untuk sekedar meringankan bebannya dan membuatnya lupa masalah sejenak. Sekarang, itu yang Sehun butuh.
Masa bodoh. Ia beranjak memasuki bar. Duduk dan menengak segelas cocktail yang dipesannya. Ia tersenyum miring, berharap akan ketiduran di bar hingga pagi atau sekedar pulang dengan supir panggilan.
Sehun masih sadar dan terus memesan gelas demi gelas minuman beralkohol itu. Di tahap ini, Sehun hanya butuh lupa dan tidak sadarkan diri akan keadaannya.
"Hey, Sehun?" gelas yang terangkat itu berhenti melihat sosok perempuan yang tiba-tiba mendekatinya.
"Sorry?" kepalanya sedikit pusing. Pandangannya mulai goyah, sedikit sulit mengenali sosok asing yang ada di hadapannya.
"Jennifer," perempuan itu tersenyum lembut kepadanya, "yang ketemu kamu sama Wendy back then in Europe. Also, your office's investor, in case you forgot. " lanjutnya dengan tawa kecil di akhirnya.
Ah, Jennifer. Sehun mengangguk pelan. Pikirannya mengawang pada hari pertemuan mereka. Juga Jennifer yang tiba-tiba muncul di perusahannya sebagai salah seorang investor. Sebagai CEO, tidak mungkin Sehun tidak mengenali investornya sendiri, walaupun rasanya aneh, karena lagi-lagi itu Jennifer. Cerita lama. Sebuah hal biasa yang tidak terlalu menganggu pikiran Sehun, juga tidak diceritakannya kepada Wendy. Lagipula perempuan itu tidak ada kaitannya atau bahkan mengerti dengan urusan di kantornya.
Jennifer. Sehun tidak benar-benar mengamati perempuan itu. Bahkan ketika mereka di Venice, Paris, hingga di kantornya sekalipun. Kebetulan yang nyata. Sehun kadang sering menertawai kebetulan-kebetulan yang luar biasa hadir di hidupnya. Nyatanya, dirinya dan Wendy juga berasal dari kebetulan. Kebetulan bertemu di rumah sakit, kebetulan teman lama, kebetulan suka, dan banyak kebetulan lain yang mampu Sehun tuliskan sampai besok pagi.
Kebetulan lainnya adalah Jennifer ada di hadapannya kali ini. Entah bagaimana caranya, bertemu dan melihat keadaannya yang luar biasa kacau. Tidak mungkin kan perempuan ini menarik investasinya karena melihat CEO-nya kacau seperti ini?
Jennifer yang di hadapannya sekarang, yang baru benar-benar ia perhatikan, seorang perempuan sempurna dengan parasnya yang tidak seperti kebanyakan pribumi. Dengan senyumnya, yang juga baru Sehun sadari, senantiasa terpatri di wajah cantiknya.
"You look awful," perempuan itu mendudukan diri di sampingnya, membuyarkan lamunannya, "something actually happened?"
"Nothing," balasnya singkat. Sehun bukan tipe orang yang mudah terbuka apalagi untuk bercerita masalah rumahnya pada orang yang hanya ditemuinya dalam hitungan jari.
"Wanna have some fun?" tanya Jennifer tiba-tiba. Sehun benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan itu.
"I'm gonna make you forget about your problem," Jennifer masih disana. Dengan senyum terbaiknya yang Sehun liat kala itu.
"What do-"
Jennifer memajukan tubuhnya dan mencium Sehun pelan. Pelan dan lembut sampai membuat Sehun sesaat lupa dan membalas ciuman perempuan itu lembut. Rasa cocktail yang tadi diminum Sehun membuat Jennifer tersenyum kecil di sela-sela kegiatan mereka. Cukup lama dan intens.
Sehun melepas ciuman mereka. Pandangannya tidak fokus. Matanya kosong. Begitu yang Jennifer liat dan perempuan itu paham betul bahwa laki-laki di depannya mabuk.
"Kenapa udah mabuk aja," Jennifer ketawa kecil, sambil berdiri dengan niatan mengajak Sehun ke suatu tempat, "lets get ourselves a room." lanjutnya sambil merangkul lengan Sehun.
Sehun bener-bener gak sadar dan diluar kendali. Ikut berdiri dan mengikuti tuntunan perempuan di depannya sampai ia merasakan pukulan amat keras di wajahnya.
"Brengsek!" Sehun tersungkur ke lantai, "Wendy lagi sakit dan gini kelakuan lo?!"
Itu Jaebum. Dan disebelahnya, ada Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
if you | sehun x wendy
Короткий рассказ"if you're struggling like I am, can't we make things a little easier?" ©2019 cchanism