Jakarta, 2016
Wendy di hadapannya layaknya mayat hidup. Pucat pasi. Tatapan matanya kosong.
"Kamu..." Wendy dengan suara paraunya, "selingkuh."
Selingkuh.
Sehun limpung. Rasanya bumi hilang dari pijakannya saat itu juga. Dia menyadari apa yang telah dilakukannya. Selingkuh.
Wendy mendudukkan dirinya di pinggir kasur, "Selingkuh kata yang berat, bukan? Kamu pernah bilang kalau selingkuh bukan sesuatu yang bisa dimaafkan. Bahkan kamu tau, kalau selingkuh adalah hal menyakitkan yang pernah terjadi dalam keluargaku..." suaranya parau, tumpang tindih dengan tangisannya, "tapi kenapa sekarang.... kamu..." tangisannya menang. Wendy tidak mampu melanjutkannya.
"Wen," Sehun mendudukkan diri di hadapan Wendy, "aku khilaf. Gak ada sedikitpun dalam diri aku berusaha menyelingkuhi kamu."
"Khilaf kamu bilang?" Wendy menatapanya tak percaya, "sekarang kamu bilang khilaf, kalau terjadi lagi, kamu mau bilang apa?!"
Sehun mengusap wajahnya frustasi, "Aku bener-bener gak sadar waktu itu. Aku-"
"Harusnya kamu gak minum! Udah berapa kali aku bilang? Minum gak pernah jadi solusi!"
"Tapi apa kamu pernah ngasi aku pilihan?" mata Sehun menyalang nyala, dia tau harusnya menahan diri, tapi kata demi kata terus keluar dari bibirnya, "harusnya, harusnya kamu mempertimbangkan apa yang aku bilang kemarin. Anak. Aku gak pernah main-main soal itu, Wen. Tapi kamu, pernah gak sekalipun serius sama aku?"
"Setelah semuanya, kamu gak menganggap aku serius? Terus untuk apa aku bolak balik ke klinik?" Wendy menyalang balik.
"Kamu.." Wendy tercekat, "harusnya tau kalau itu semua kuasa Tuhan. Kamu gak bisa nyalahin siapapun. Dan, harusnya kamu gak minum dan nyium perempuan mana pun waktu itu!"
"Kenapa kamu bertingkah seolah aku selingkuh selama setahun penuh di luar sana? Cuma sebuah ciuman dan for god's sake aku lagi gak sadar waktu itu!"
Wendy menampar pipi kanan Sehun dengan segenap tenaganya yang tersisa, "Cuma ciuman kamu bilang?! Kalau Jaebum gak nonjok kamu, siapa yang tau kamu bakal ngapain!"
Sehun menatap perempuan di hadapannya. Tidak percaya. Wendy menamparnya. Apakah aku sebrengsek itu, Wen?
"Wen, aku-"
"Get out of this room! Pergi kamu yang jauh, terserah kemana. Aku gak peduli.." Wendy masih menatapnya dengan nanar, "aku cuma perlu kamu keluar dari rumah ini!"
Sehun benar-benar keluar. Rasanya seperti mengulang pertengkaran mereka di rumah sakit lalu. Sehun yang selalu menghindari masalahnya. Wendy yang tidak memberinya celah untuk menjelaskan apapun.
Keduanya butuh ruang. Entah berapa lama. Entah berapa jauh.
Kala itu, Sehun pergi selama seminggu penuh dari rumah. Jauh. Tidak ada yang menyadarinya, bahkan teman-temannya.
Seminggu itu pula Wendy sadar, bahwa Sehun, tidak berupaya menghubunginya sama sekali. Tidak berupaya membenarkan apa yang harus dibenarkan. Dan, tidak menyadari bahwa Wendy sebenarnya memberikan kesempatan baginya untuk kembali.
Lelaki itu baru menampakkan diri seminggu kemudian di rumah mereka. Bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
Wendy pun bisa. Bertingkah seolah mereka tidak mengenal satu sama lain.
Mungkinkah memang begini akhirnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
if you | sehun x wendy
Historia Corta"if you're struggling like I am, can't we make things a little easier?" ©2019 cchanism