Chapter Five

3.8K 165 0
                                    

Aku memeras handuk dari mangkuk besar yang kubawa dan menaruhnya dikening Kayla. Kayla batuk lalu membetulkan posisi handuk basahnya.

“ terimakasih, mom..” katanya tersenyum, aku mengelus pipinya

“ bagaimana keadaanmu? Lebih baik dari kemarin?” tanyaku. Dia mengangguk

“ mom, daddy mana?” tanyanya

“ oh, daddy sedang merekam lagu untuk album berikutnya sayang..” jawabku, lalu aku melihat jam tanganku. Pukul 6 sore. Seharusnya dia sudah menuju rumah jam segini.

“ sebentar lagi akan pulang kok..” kataku. kayla mengangguk. Aku mengambil boneka teddy bear besarnya dan menaruhnya disebelahnya, dia langsung memeluk bonekanya.

“ mom..” panggilnya

“ ya, sayang?” tanyaku sambil mengambil handuknya dikeningnya lagi dan mencelupkannya kedalam mangkuk air, lalu kuperas.

“ bisa bacakan dongeng untukku?” katanya. Aku lalu menaruh handuk basah itu kekeningnya dan mengambil salah satu buku dongeng yang ada di raknya.

“ peterpan?” tanyaku. Dia mengangguk. Aku membuka lembaran pertama dan mulai bercerita. Kayla memejamkan matanya. Aku terus mendongeng dan pada saat lembar kesekian sebelum habis, dia sudah tertidur lelap. Aku melirik jam tanganku. Setengah tujuh. Grant belum juga pulang. Aku menaruh kembali buku tersebut kerak bukunya dan membereskan mangkuk berisi air tersebut dan perlahan keluar dari kamarnya.

Begitu aku keluar dari kamarnya aku mendengar suara mobil Grant memasuki garasi rumah kami. Aku buru-buru turun kebawah dan membukakan pintu. Grant keluar dari mobil dengan wajah kesal yang tidak bisa dia tahan. Dia buru-buru masuk rumah dan pergi kedapur, tidak menghiraukanku. Aku menyusulnya kedapur dan dia membuka sebotol wine dan menuangkannya kegelas. Dia meminumnya buru-buru dan meletakkan gelasnya dengan kasar dimeja.

“ hai…” kataku pelan. Dia melihatku ganas lalu dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menghampiriku. Aku meletakkan kedua tanganku melingkar dipinggangnya.

“ ada yang bisa kubantu?” kataku lagi. Dia hanya menunduk sambil menggeleng.

“ studio kami dibobol orang hari ini..” ujarnya, aku menutup mulutku yang terkejut

“ semuanya hilang. Rekaman kami untuk album selanjutnya.. uang.. semua peralatan..” ujarnya. Aku menyuruhnya duduk dikursi meja makan. Dia meletakkan tangannya yang mengepal diatas meja.

“ aku tidak tahu harus bilang apa..”

“ tidak apa-apa Sabrina..” katanya datar. Aku mengelus-ngelus pundaknya.

“ sementara kami tidak bisa meneruskan proses rekamannya. Jonathan sudah menghubungi polisi dan seharian kami ada dikantor polisi tadi..” ujarnya

“ aku yakin kotak rekaman tersebut pasti ketemu..” kataku. Grant mengangkat bahu

“ bagaimana harimu? Kayla sudah baikkan?” tanyanya

“ aku baik.. kayla baru saja tidur, sudah lebih baik jauh daripada kemarin..” kataku

“ kau cantik hari ini..”

“ jadi aku jelek kemarin?” dia tertawa mendengarnya. Grant bangun lalu menarikku untuk bangun. Kami berdua naik kelantai atas dan menuju kamar. Dia menghempaskan dirinya langsung dikasur, menatap langit-langit. Aku tiduran disebelahnya.

“ aku harap polisi bisa menemukan kotak tersebut.. lagu kami untuk album baru ada disana semua dan semuanya hanya tinggal dimasukkan kedalam cd..” katanya

“ pasti ketemu kok..” jawabku meyakinkan. Aku mencium pipinya dan menarik selimut sampai batas dada Grant.

“ selamat malam..” kataku, lalu memejamkan mataku disampingnya

Second GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang