Chapter Ten

2.9K 132 0
                                    

Hari minggu pun tiba. Aku, Grant, kayla, Chris Jonathan dan Don pergi kesebuah pertokoan besar untuk berbelanja baju dan sebagainya. Saking senangnya, selama 5 hari ini aku tidak memikirkan tentang aku hamil atau tidak, dan aku juga tidak mengetestnya lagi. Kami sampai disebuah toko super besar, dimana menjual pakaian formal untuk lelaki dan wanita. Dibagi dalam dua lantai. Lantai pertama untuk perempuan, dan yang diatas untuk lelaki. Mereka juga menjual baju pengantin dan sebagainya. Kayla sudah hilang diantara deretan deretan baju dan sepatu, dia memang paling suka berbelanja baju. Aku masih memilih milih sementara Grant dan ketiga temannya sudah naik keatas.

Pelayan toko yang sudah menjadi langganan keluargaku datang untuk memberikan 2 gaun kepadaku untuk dicoba. Satunya berwarna merah selutut memakai tali yang diikat dileher dan satu lagi gaun berwarna hijau yang menutupi seluruh tanganku sampai bawah. Aku suka yang merah, jadi aku mengambil yang merah terlebih dahulu. Aku lalu menyusuri toko dan menemukan gaun berwarna putih, seperti yang biasa dewi-dewi yunani pakai. Berbahan flanel, tangan buntung, panjangnya menjuntai sampai bawah dan disekitar pinggan diberi aksesoris tali melingkar berwarna emas. Aku juga mengambil itu untuk dicoba. Aku lihat kayla sudah masuk ruang ganti. Aku masuk ruang ganti disebelahnya. Kucoba gaun merahku terlebih dahulu.

Setelah kukenakan gaunku aku membetulkan rambutku dan berkaca. Kayla tiba-tiba menyibakkan tirai dan melihatku. Dia sudah mengenakan gaun berwarna putih selutut dan terlihat sangat cantik ditubuhnya.

“ mom, aku tidak suka gaunmu..” katanya memandangku dikaca. Aku menoleh kearahnya.

“ aku juga.. btw, gaunmu bagus.. kau mau yang itu?” tanyaku. Dia mengangguk

“ oke sayang, tutup dulu tirainya- kau tunggu didepan. Aku mau mencoba satu baju lagi. Saat aku selesai, aku akan keluar dan aku meminta pendapatmu jujur, oke?” dia mengangguk lalu menutup tirainya.

==========================================================================

- Grant's POV -

“ ini tux ketiga yang kucoba…” aku keluar dari ruang ganti dengan tux berwarna hitam bergaris pinggiran merah. Mereka semua mendesis tidak setuju ketika aku keluar. Aku melepas jasku dan duduk dikursi. Chris masuk keruang ganti.

“ aku tidak bisa menemukan apapun disini.. tidak ada yang terlihat bagus untukku..”

“ ini bagus untukku..” Jonathan sedang berkaca dengan tux hitamnya dan tersenyum narsis dikaca. Aku menggelengkan kepala.

“ ini, kau mungkin mau mencoba vest terlebih dahulu..” Don memberikanku ves berwarna hitam, aku memakainya dan berjalan menuju kaca. Aku mengamati diriku dikaca. Lumayan, tapi aku nampak tidak berbentuk memakai vest seperti ini. Aku membukanya lagi dan menyerahkannya pada Don. Dia sedang mencoba memakai kemeja putih dan menggulung lengannya.

“ aku tidak pernah berbelanja sendirian..” ujarku, “biasanya Sabrina yang memilihkannya. Dan semuanya selalu aku suka..” kataku sambil duduk pasrah, Don disebelahku duduk juga.

“ bagaimana menurutmu kemeja ini ditubuhku?” kata Don

“ looking good..” aku tersenyum. Chris keluar dengan mengenakan vest hitamnya dan kemeja putihnya sambil berkacak pinggang.

“ aku agak susah bernafas memakai vest ini..” akunya, kami tertawa

“ mungkin aku harus diet..” ujarnya

“ ah.. kau terlihat oke Chris, as always..” kataku. dia tertawa. Chris lalu berjalan kearah rak kemeja dan mengambil kemeja putih lalu tux berwarna putih dengan pinggiran hitam ditepian dada dan tangan, dan dasi kupu-kupu, ia menyerahkannya kepadaku.

Second GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang