#4 The picture

164 33 8
                                    

Brittany menutup wajahnya yang memerah di hadapan cermin. Ia masih tidak menyangka kalau beberapa menit yang lalu ia benar-benar bertemu Shawn Mendes. Orang tua nya selalu marah jika Brittany merengek meminta izin ingin bertemu Shawn. Tapi, sekarang Brittany bisa bertemu Shawn dengan pekerjaannya sendiri dan tanpa mengeluarkan uang sepersen pun milik orang tua nya.

Sekarang semua seperti mimpi bagi Brittany. Ia membasuh kedua tangannya kemudian keluar dari dalam toilet. Tujuannya sekarang hanyalah menghampiri Mac untuk menjambkanya karena Mac hampir membuat Brittany malu dengan pertanyaan tadi.

Brittany pun mencari keberadaan Mac di meja nya. Tak lama kemudian, Brittany langsung menghampirinya.

"Mac!" Panggil Brittnay cukup keras.

Mac sedikit terkejut, "For god shake, Brittany! What?"

"Mengapa kau memberikan dua pertanyaan bodoh itu, huh!? Kau hampir membuatku malu di hadapannya." Brittany menggeser kursi di samping nya dan berhadapan dengan Mac.

Mac terkekeh, "Itu bukan pertanyaan yang bodoh, Britt. Hanya pertanyaan biasa."

"Tidak! Pertanyaannya sangat intens, Mac. Kau benar-benar menyebalkan!"

Mac tertawa, "Benarkah? Lebih baik buka email mu sekarang."

Brittany mengerinyit bingung, "Apa?"

"Buka saja, oke? Aku akan mengedit video nya dulu. Temui aku di lantai bawah. Bye, Britt." Mac bangkit dari kursinya kemudian berjalan meninggalkan Brittany.

Karena penasaran, Brittany berjalan ke arah meja nya dan mengambil ponsel nya di dalam tas. Betapa terkejutnya Brittany saat membuka email dari Mac. Brittany menutup mulut dengan kedua tangannya supaya ia tidak berteriak. Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju lift dan menekan tombol nya hingga lantai paling atas.

Di dalam lift, tubuhnya sedikit gemetar karena ia belum bisa teriak. Setelah sampai di lantai paling atas, Brittany keluar dari lift dan menaiki beberapa anak tangga. Sampailah ia tepat di atas gedung.

Ia sedikit berlari, kemudian ia meloncat, memekik girang, dan berteriak.

"I met Shawn! Shawn Mendes!" Brittany melompat, lalu ia melihat email kembali, dan melompat lagi. Ia benar-benar sangat senang sekarang. Dua buah foto yang membuatnya seperti kehilangan akal sehatnya.

Brittany mengatur nafasnya setelah beberapa kali berteriak. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Terdalat satu email masuk.

From : Mac Harmon.
To : Brittany Smith
Subject : WHERE ARE YOU!?

Where the fuck are you, huh!? Meet me in downstairs rn.

*********

James Ray bergegas menuju lobby utama saat menerima telfon dari security. Ia berjalan dengan sedikit terburu-buru, hingga pandangannya menangkap lelaki muda yang tak jauh dari posisinya.

Dengan langkah semakin lebar, James menghampirinya, "Shawn, right?"

James mengantar tamu nya sampai pada lantai atas. Namun saat ia melirik jam tangan, ia tidak yakin bisa mengantarnya hingga ke tempat Interview akan berlangsung. Karena Ray harus menghadiri meeting kurang lebih 5 menit lagi.

Ketika pintu lift terbuka, James memberhentikan langkahnya di depan pintu lift.

"Kau hanya perlu berjalan lurus, Shawn. Maaf aku harus pergi karena ada beberapa hal yang harus di selesaikan."

"Okay, thank you, sir." Mendengar jawaban dari Shawn, James mengangguk kemudian pergi meninggalkan Shawn.

James kembali memasuki lift. Di dalam lift, pikirannya melayang. Semoga dengan semua usaha nya, keponakan kesayangannya bisa bahagia.

Ia pun memasuki meeting room dan berjabat tangan dengan beberapa stuff nya. Memulai meeting dengan sangat tenang, namun berhasil mencapai satu mufakat. James merasa beruntung memiliki stuff yang sangat bertanggung jawab. Bahkan meeting nya hari ini berjalan dengan sangat lancar dan juga cukup cepat.

Setelah selesai menjalani meeting, James kembali ke ruangannya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Tolong ke ruanganku sekarang." Ujar James dengan nada dingin. James kembali menaruh ponselnya kemudian menunggu seseorang datang.

Tak lama kemudian, terdengar suara decitan pintu dan juga derapan langkah kaki memasuki ruangan James.

"Duduklah."

James menghela nafas sejenak, "Jadi, bagaimana perasaannya?"

"Dia terlihat sangat bahagia, sir. Semua berjalan lancar sesuai dengan apa yang anda inginkan."

James mengangguk, "Baiklah, kerja bagus."

"Saya permisi, sir."

**********

Brittany memberikan beberapa lembaran uang pada kasir.

"Thank you, miss."

Ia pun beranjak pergi dari toko yang ia kunjungi. Brittany membeli sebuah bingkai berwarna coklat tua dan satu buku dengan ukiran indah yang menarik perhatiannya. Brittany pun tidak tahu untuk apa ia membeli buku tersebut. Rasanya ia benar-benar ingin membelinya.

Brittany memasuki apartemennya, kemudian mengeluarkan sebuah bingkai foto yang sebelumnya ia beli. Membuka laci meja di kamarnya, Brittany mengambil salah satu foto yang terdapat disitu. Foto dimana Shawn merangkulnya, dan Brittany tersenyum ke arah kamera.

Ia memasukkan foto nya ke dalam bingkai, lalu menaruhnya tepat di atas meja belajarnya. Brittany tersenyum saat melihat kembali fotonya. Ia sungguh merasa senang dapat bertemu Shawn secara langsung.

Brittany melirik sebuah buku yang sebelumnya ia beli bersama bingkai foto itu, lalu Brittany melirik sebuah foto yang masih terdapat di laci meja nya. Ia pun mengambil foto tersebut, mengambil lem, lalu membuka lembaran buku.

Di tempelkannya foto tersebut dengan rapih. Brittany mengambil pena, kemudian ia menuliskan semua perasaannya di dalam buku itu dengan sangat detail. Ia ingin menulis semua yang ia rasakan, supaya ia dapat terus mengingatnya. Mengingat setiap moment berharga dalam hidupnya. Rasanya ia juga ingin sekali bertemu kedua orang tua nya untuk bercerita mengenai hal ini.

Senyum tak lepas dari wajah cantik Brittany. Jemarinya dengan lancar menuliskan semuanya. Seolah ia sedang bercerita dengan temannya sendiri di dalam buku itu. Setelah selesai, Brittany melirik ke arah jam dinding. Ia pun bangkit dan merapihkan barang-barangnya.

Karena sudah larut malam, ia pun berbaring di kasur nya dan menarik selimutnya. Dipejamkan kedua matanya, ia membiarkan suasana gelap menghampiri dirinya, lalu tertidur.

************

"Shawn, Brittany akan mengantarmu ke lobby utama."

Setelah Shawn dan Brittany pergi, Mac beregas ke meja nya. Ia menghubungkan kamera miliknya pada komputer untuk memindahkan dua foto yang diambilnya untuk Brittany. Mac mencetak kedua foto tersebut, lalu menaruhnya di atas meja Brittany.

Menghadap komputer lagi, lalu Mac memindahkan foto tersebut ke dalam ponselnya supaya bisa mengirim kedua foto itu melalui email kepada Brittany. Setelah selesai dengan tugasnya, Mac meminum air mineral yang terletak di atas meja nya.

"Mac!"

Mac hampir tersedak saat mendengar dirinya di panggil. Ia menoleh, terlihat Brittany menghampiri dirinya.

Mac tertawa saat mendengar Brittany mengeluh akibat dua pertanyaan yang terlalu personal itu. Raut wajah Brittany terlihat sedikit kesal saat melihat Mac tertawa.

Namun saat Mac memberi tahu Brittany untuk membuka email nya, wajah Brittany seolah berseri-seri. Mac berjalan meninggalkan Brittany karena tidak ingin menjadi korban atas ke-fanatikan Brittany.

Tak lama kemudian, ponsel Mac bergetar.

"Tolong ke ruanganku sekarang."

*********

Rada garing yaa:( comment donggg kasih sarann:(

Btw votenya jgn lupa yaaa thank youuu❤❤

The Interview [S.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang