#3 Best Interview

164 30 1
                                    

"Kemarin aku baru saja menghadiri banyak Interview. Tidak bisakah ditunda untuk besok?" Lelaki ini mengeluh kepada Manager nya.

"Tidak, Shawn. Kau harus menghadiri nya satu jam lagi. Sekarang kau bisa istirahat selama tiga puluh menit."

Shawn menghela nafas panjang mendengar ucapan dari manager nya. Ingin sekali rasanya Shawn berbaring di kasur sembari menonton film yang tertunda. Namun apa boleh buat, ia harus bertanggung jawab untuk menghadiri semua acara yang sudah di atur dalam jadwalnya.

Yang dilakukan Shawn saat ini hanyalah berbaring di sofa sembari memainkan game di ponselnya. Hari ini dia benar-benar muak untuk menghadiri Interview walaupun ini Interview terakhir untuk minggu ini. Sedari seminggu yang lalu Shawn sudah bosan mendengar banyak pertanyaan dari para wartawan.

Bahkan di Interview semalam, Shawn hanya melempar senyum sesekali dua kali karena terlalu bosan. Mendengar deretan pertanyaan dari beberapa pria yang lebih tua membuat nya merasa jengkel.

Shawn menaruh ponselnya di atas meja, lalu mencoba memejamkan matanya sejenak, membiarkan alam mimpi memasuki pikirannya supaya ia tidak lagi mendengarkan celotehan Andrew.

"Shawn! Wake up! We have to go now!"

Oh, sial. Baru saja Shawn ingin memejamkan matanya, namun teriakan Andrew sudah hampir memcahkan gendang telinga nya. Dengan rasa malas, ia pun bangkit dari sofa dan mengambil ponselnya, "Okay, wait a minute."

Shawn menatap cermin kemudian merapihkan sedikit rambutnya. Setelah siap, ia pun menghampiri Andrew yang sudah memegang kunci mobil.

*********

"Masuklah, aku menunggu disini." Ujar Andrew pada Shawn.

Shawn mengangguk kemudian masuk ke dalam gedung besar yang menjulang tinggi di hadapannya. Saat sedang berjalan, ia melihat seorang pria dari arah berlawanan menghampirinya.

"Shawn Mendes, right?" Tanya pria itu. Shawn mengangguk, "Yes."

"Follow me."

Shawn mengikuti pria yang tidak ia kenali ini di belakangnya. Pandangan Shawn menelusuri gedung yang sangat besar dan rapih ini. Apa Shawn akan di Interview di hadapan orang banyak? Atau di belakang layar putih? Atau bagaimana? Bahkan ia tidak ingin mengetahui nya sama sekali.

Mereka berdua memasuki lift yang di dalamnya terdapat beberapa orang. Shawn hampir berdecak sebal karena ia harus berada di lift bersama beberapa orang. Jika saja ia bisa memilih, ia lebih baik menaiki eskalator di gedung ini. Namun ia tidak yakin kalau di gedung ini memiliki eskalator seperti di pusat perbelanjaan. Dentingan lift berbunyi. Mereka berdua keluar dari lift.

"Kau hanya perlu berjalan lurus dan akan bertemu seorang Pria bernama Mac yang akan mengurusmu. Maaf, aku harus pergi karena ada beberapa hal yang harus di selesaikan."

Shawn hanya mengangguk, "Thank you, sir."

Dengan langkah malas, Shawn berjalan terus. Ia melihat beberapa orang sedang menyiapkan kamera dan semacamnya. Ia pun mendekat kesana.

"Excuse me." Ujar Shawn sopan.

Pandangan Shawn jatuh pada seorang gadis yang sedang duduk terdiam di sofa hitam di hadapannya. Shawn hampir tidak berkedip melihatnya karena gadis ini benar-benar sedikit menarik perhatian Shawn. Mata mereka bertemu, mereka berdua terdiam dengan posisi masing-masing seolah terhanyut dalam kontak mata mereka.

"Hey, Britt!" Sebuah suara membuyarkan lamunan Shawn. Shawn menoleh, melihat seorang Pria menghampiri gadis itu dan juga dirinya.

"Shawn, it's Brittany." Shawn tersenyum mendengarnya, dengan senang hati ia menjabat tangan mulus milik Brittany.

The Interview [S.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang