#13 He knows

131 25 2
                                    

Wajah Brittany sedikit panik mendengar perkataan Shawn yang menyuruhnya untuk pergi ke Rumah Sakit. "No, please. I'm fine, really." Ujarnya sambil menggaruk lehernya yang sangat gatal.

Shawn menggenggam tangan Brittany dan menjauhkannya dari leher jenjang Brittany. "Stop doing that, okay? We have to go now. We'll go to your Apartment. You have a medicine for this, right?" Tanya Shawn dengan nafas yang sedikit memburu.

Brittany mengangguk, ia berkali-kali berdeham untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokannya. Shawn menggenggam tangannya kemudian mengajaknya keluar dari toko es krim tersebut. Shawn terburu-buru membawa Brittany ke mobilnya. Terkadang Brittany mengusap tangannya pada lehernya guna mengurangi rasa gatal yang menjalar. Sampai di depan mobil milik Shawn, Shawn menahan kedua bahu Brittany lalu ia melirik kunciran yang berada di pergelangan tangan Brittany. Shawn menariknya dengan cepat.

"Turn around."

Brittany yang mengerti maksud Shawn, memutar badannya memunggungi Shawn, Shawn menyentuh rambut Britanny, lalu menguncirnya secara asal. Setelah selesai, Shawn langsung membuka pintu mobilnya lalu membantu Brittany menaiki mobilnya. Ia berlari ke arah kemudi lalu langsung menyalakan mobilnya.

Beberapa tetes keringat mulai membanjiri kening Shawn dan terkadang terjatuh di pelipisnya. Nafasnya masih sedikit memburu akibat terlalu khawatir. Shawn mengendarai mobilnya dengan cukup cepat. Di pikirannya hanyalah dengan cepat membawa Brittany pulang lalu mengobati alergi nya. Shawn pun heran mengapa ia begitu bodoh dalam urusan wanita. Melirik Brittany saja rasanya Shawn tidak sanggup karena ia sangat merasa bersalah akan tindakannya yang sangat ceroboh itu. Bagaimana ia bisa tidak menanyakan pada Brittany terlebih dahulu? Jika ia bertanya lebih dulu, pasti tidak akan seperti ini.

Shawn tersentak saat merasakan sebuah tissue yang menyeka keringat nya. Ia sedikit melirikkan matanya, lalu terlihat Brittany yang tengah menyeka keringat Shawn dengan sangat perlahan.

"Are you okay, Shawn?" Tanya Brittany.

"Y- yeah."

Brittany terdengar menghela nafas kasar. Brittany tahu jelas Shawn sangat khawatir. Terlihat dari raut wajahnya serta keringat nya yang terus menerus membasahi pelipisnya.

"B- Brittany, where's your Apartment?" Shawn menurunkan laju kecepatannya ketika ia hampir mendekati tempat Brittany bekerja.

Brittany melirik sekitar, "Not far from here."

Shawn mengangguk, kemudian kembali mempercepat laju kecepatannya. Sampai beberapa menit kemudian, Shawn melihat sebuah Apartemen di ujung jalan. Ia melirik Brittany sejenak. Brittany yang mengerti tatapan Shawn hanya menganghuk kecil. Tanpa basa-basi lagi Shawn langsung memasuki basement Apartemen tersebut.

Setelah memarkirkan mobilnya, ia membukakan pintu untuk Brittany kemudian menuntunnya memasuki Apartemen dengan langkah yang sangat lebar. Jika sebelumnya Shawn yang terlihat sangat khawatir, kaliini giliran Brittany yang merasa sangat khawatir. Shawn tidak boleh memasuki Apartemennya. Brittany ingin berhenti melangkah, namun ia tidak bisa. Ingin ia berbicara kepada Shawn dan menyuruhnya berhenti, namun rasanya lidahnya kelu untuk berbicara.

The Interview [S.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang