Shawn hanya bisa menatapnya dalam diam. Menatap gadis berambut coklat yang baru ia temui beberapa hari sebelumnya. Wajahnya yang pucat dan tenang, rambut panjangnya yang masih terlihat indah, membuat Shawn ingin mengelusnya. Dengan perlahan, Shawn mengarahkan jemarinya pada rambut panjang Brittany, merasakan betapa lembut rambut tersebut. Shawn sedikit merapihkannya supaya helaian rambut Brittany tidak menempel di leher jenjangnya. Rasanya sekarang Shawn tidak dapat berkata apapun. Seolah ia merasa kekosongan yang sangat dalam pada lubuk hatinya melihat kondisi Brittany.
Merasa bersalah? Tentu saja. Andai Shawn bisa mengobrol bersama Brittany sedikit lebih lama, mungkin Brittany tidak akan meminum obat yang salah. Yang entah obat apapun itu, Shawn tidak mengetahuinya. Namun bukanlah mudah bagi Shawn untuk tidak menuruti perkataan Andrew yang sudah banyak membantunya. Shawn benar-benar merasa kebingungan. Merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya, apa yang melanda pikiran dan perasaannya yang tidak bisa ia jabarkan dengan kata-kata. Jemari nya perlahan naik mengelus kening Brittany, membuat pertemuan antara permukaan kulit Brittany dan dirinya. Membuatnya merasakan suatu sengatan kecil yang tidak bisa ia katakan.
Entah gerakan darimana, Shawn sedikit memajukan wajahnya, mendaratkan sebuah kecupan singkat pada kening Brittany selama beberapa detik, lalu menjauh kembali. Shawn tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Ia merasa seperti dipermainkan oleh dirinya sendiri. Oleh pikirannya, hatinya, perasaannya, semua benar-benar terasa....aneh. Sebuah deringan ponsel membuat Shawn tersadar dari lamunannya.
Mom.
Shawn menggeser tombol slide untuk mengangkatnya.
"Hi, Mom. What's up!"
"Hey, what are you doing?"
Shawn berjalan menuju sudut ruangan dan menghadap ke arah dinding.
"Actually, I'm in hospital right now."
"What's going on!?" Terdengar kepanikan dari sebrang sana.
"No, Mom. I'm okay. I'll tell you later about this." Ujar Shawn mencoba menenangkan ibunya.
Bau yang cukup aneh menyeruak pada indra penciuman Brittany, yang membuatnya perlahan mulai membuka kedua matanya. Meskipun berat, Brittany terus mencobanya. Hingga ia tersadar, ini bukan Apartemennya, melainkan Rumah Sakit. Pandangan Brittany tertuju pada seorang pria yang tengah berdiri di sudut ruangan. Ia tidak bisa mengenalinya karena pria tersebut membelakanginya. Namun Brittany tidak peduli ketika rasa haus mulai melanda dirinya. Astaga, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri!? Rasanya seperti ia tidak meminum air selama sebulan penuh. Brittany melirik ke arah meja di sampir tempat tidurnya, ada segelas air dan beberapa butir obat disana. Dengan perlahan, Brittany mencoba meraihnya.
"Okay. Sorry for bothering you, sweety."
"No, Mom. You're not-"
Prankk..
Sontak Shawn langsung menoleh saat mendengar suara benda pecah. Shawn terkejut saat melihat cukup banyak pecahan kaca dimana-mana serta Brittany yang tengah membenarkan posisi selang infusnya. Ia langsung menutup panggilan Ibu nya dan berlari ke arah Brittany dan dengan cukup hati-hati supaya ia tidak menginjak beberapa pecahan tersebut. Dengan perlahan, Shawn mulai menggenggam telapak tangan Brittany dan membenarkan posisi selang infusnya. Ia dapat merasakan tangan Brittany yang bergetar hebat. Mungkin karena itu Brittany menjatuhkan gelasnya.
"S..Shawn.." Panggil Brittany dengan suaranya yang parau. Shawn dapat merasakan dengan jelas tangan Brittany yang masih sedikit bergetar. Shawn langsung membawa Brittany ke dalam pelukannya, berharap membuat Brittany sedikit lebih tenang.
"It's okay, Brittany, you're save now." Shawn mengelus rambut panjang Brittany secara perlahan.
"Shawn.." Suara Brittany sedikit bergetar karena ia masih sedikit Shock dengan kejadian tersebut. Bukanlah hal yang baik memang jika seorang yang baru saja siuman memegang sebuah benda terutama yang terbuat dari kaca. Shawn mengerti akan hal itu jadi ia hanya berusaha menenangkan Brittany dan tidak mempedulikan pecahan gelas di dekatnya. Mungkin ia bisa memanggil petugas kebersihan setelah ini.
Shawn semakin mendekap Brittany saat merasakan kedua lengan Brittany melingkar diantara perutnya. Jemarinya tidak berhenti mengelus rambut panjang Brittany. "Breath, Brittany. Breath. You're save. You're okay."
Brittany memejamkan matanya, merasakan sentuhan lembut dari Shawn, merasakan hangat tubuhnya, menghirup aroma parfumnya, semua benar-benar sempurna. Hingga Brittany merasakan sebuah kecupan kecil mendarat di kepalanya. Brittany tidak bisa menjelaskan perasaannya sekarang. Ia hanya merasakan kenyamanan yang benar-benar sempurna.
"Brittany!?"
Shawn melepaskan dekapannya dari Brittany saat melihat Paman dan Bibi Brittany memasuki ruangan.
"Be careful, Mrs." Ucap Shawn saat melihat Claire berjalan menghampirinya.
"Oh my gosh, Brittany." Claire langsung membawa Brittany ke dalam pelukannya, menggantikan peranan Shawn sebelumnya.
"What's going on?" Tanya James sambil menghampiri Shawn dan Claire.
"She trying to drink. But her hands is shaking." Jelas Shawn singkat.
James hanya mengangguk, "Don't worry, I'm gonna fix this." Ia berjalan meninggalkan ruangan untuk memanggil petugas kebersihan.
Shawn hanya terdiam melihat pecahan gelas yang berserakan, lalu melihat Brittany dan juga Bibinya. Dalam hati ia merasa senang, melihat Brittany sudah sadar kembali. Namun, ia merasa sedikit bersalah karena ceroboh. Harusnya Shawn tidak mengalihkan pandangannya dari Brittany.
Claire langsung menatap Shawn saat merasa ia tengah melihat ke arah dirinya dan juga Brittany. "No, Shawn. It's not your fault. Come here."
Shawn hanya tersenyum kecil kemudian menghampiri Brittany dan Bibi nya. "I really sorry, ma'am. But my Mom is calling. So, I didn't know if she want to drink."
Claire tersenyum, "I told you it's not your fault, Shawn. But if you don't mind, can you stay here maybe five minutes? I have to take my phone in Dr. Watson's room." Tanya Claire yang dibalas sebuah anggukan kecil oleh Shawn.
"No problem, ma'am."
"Thank you, Shawn." Claire tersenyum kemudian ia berjalan keluar ruangan untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Sekarang hanyalah Brittany dan Shawn. Suasana canggung perlahan mulai menghampiri mereka. Shawn sedikit berdeham guna menghilangkan suasana canggung tersebut.
"So, how's your feeling?"
"I'm feeling good. And...sorry for that." Brittany menunjuk ke arah pecahan gelas yang masih berserakan di lantai.
Shawn terkekeh, "It's okay,"
Brittany hanya tersenyum kecil. "Shawn? Can you tell me what's going on?"
"Your uncle will tell you after this. Just take some rest..." Shawn menarik selimut dan mengisyaratkan Brittany untuk kembali berbaring. Setelah Brittang berbaring, Shawn menarik selimut tersebut hingga ke perut Brittany.
"Shawn?" Panggil Brittany dengan suara yang masih sedikit parau.
Shawn menoleh ke arahnya, "Hm?"
"Do you know...some-thing?" Brittany melipat kedua bibirnya membentuk sebuah garis lurus saat mengatakannya.
Shawn menautkan kedua alisnya, "What do you mean something?"
"Nothing. Just- forget it."
***********
Sorry bgt baru sempet lanjutin ini ish sumpah minta maaf bgt guee:( gue bakal usahain untuk sering next secepetnya kokkk but gue jg butuh respon dari kalian huhuuu:(
KAMU SEDANG MEMBACA
The Interview [S.M]
FanficBrittany Smith, merupakan seorang gadis yang sangat beruntung. Berawal dari sebuah Interview kecil, Brittany dapat bertemu idola nya. Bahkan tidak hanya sekali. Siapa sangka dengan seringnya mereka bertemu membuat mereka merasakan gelenyar aneh di d...