Peony(Indignation)

1.9K 106 1
                                    

"Bima" 

"hem" jawab Bima seadanya dengan mata dan tangan yang tidak lepas dari BlackBerry barunya. 

"aku ingin berdiskusi tentang kinerja karyawan" kata Dimas yang berdiri di depan meja Bima. Deby, mantan PA Bima berdiri di sebelahnya membawakan berkas-berkas. 

Dimas akhirnya memiliki waktu untuk berdiskusi setelah menyelesaikan semua pekerjaan Bima yang dilimpahkan padanya karena dia membolos begitu saja selama tiga hari. Namun Bima malah berkutat dengan BlackBerry-nya. Suara 'ding-ding' khas BlackBerry Messenger terdengar berulang kali. 

"BIMA!" teriak Dimas sambil menggebrak meja keras. 

Deby terkesiap kaget. Bima mendongak melihat Dimas dengan wajah terganggu "What?" 

Dimas mengambil dokumen paling atas yang dibawa Deby dan melemparkannya ke Bima "aku ingin berdiskusi tentang kinerja karyawan" 

Bima membawa Dimas duduk di sofa tamu. Deby duduk di seberang Bima. Dimas bisa melihat kalau PA-nya berusaha menampilkan kesan seksi pada Bima. Membungkuk terlalu dalam atau menyilangkan kakinya sambil menarik sedikit rok-nya sehingga memperlihatkan bayang-bayang gelap.  

Dimas melihat ke arah Bima dan terkejut saat kakaknya itu mengacuhkan Deby. 

"Nah, aku ada acara jam 6 jadi sebaiknya kita selesaikan jam setengah enam" kata Bima sambil membuka dokumen pertama.

"aku pulang!" Kata Bima setengah berteriak begitu membuka pintu. 

"selamat datang!" balas suara feminim dari arah ruang TV. 

Bima melepas sepatu pantofel dan meletakkannya di rak, bersisihan dengan sandal wanita berwarna ungu muda. Bima menghampiri Andini yang sedang menonton TV. Wanita itu mengangkat kaki telanjangnya ke atas sofa, terbawa dalam acara komedi. Bima bisa melihat plaster putih di kepalanya. 

"aku mandi dulu." kata Bima sambil mengusap lembut pinggiran rambut Andini. 

"ok" balas Andini tanpa mengalihkan pandangan dari TV, tidak terganggu dengan sentuhan-sentuhan kecil Bima. 

Bima naik ke atas, menaruh tas kerja-nya di meja dan segera mandi. Dia berganti pakaian dengan celana katun panjang berwarna biru gelap dan kaos lengan pendek berwarna putih. Bima tersenyum geli saat melihat Andini tertawa terbahak-bahak karena lawakan di TV.  

Bima berdiri di belakang Andini, menopangkan kedua tanganya di atas punggung sofa. "Hei, kepala pitak, aku lapar" 

Andini menoleh dengan cepat ke arah Bima yang meringis jahil. Andini mendorong wajah Bima dengan gemas yang di tanggapi dengan tawa oleh Bima. Andini mengambil remote, mematikan TV dan berjalan dengan langkah kesal menuju dapur. Bima mengikuti di belakangnya. Seperti biasa, Bima bertugas mengangkut semua yang berat sedangkan Andini menyiapkan piring. 

"Besok aku ke lapangan untuk mengecek pembangunan perumahan. Bertemu dengan arsitek dan penanggung jawab lapangan. Setelah itu makan siang dengan Barata" kata Bima dengan nada malas dan jijik. 

"memang kenapa dengan Barata itu?" 

"dia pasti membawa anak perempuan dengan nafas terengah-engah itu." jawab Bima merinding. 

Andini mengambil serbet dan melemparkannya ke wajah Bima, "jangan jahat begitu!" 

Bima melempar balik serbet itu, "itu kenyataan. Tidak semua orang tahan mendengar maraton nafas. Yah... kecuali saat olahraga ranjang" 

"Stop!" sergah Andini jijik. 

Bima meletakkan serbet di meja, "Setelah itu aku kembali ke kantor dan rapat internal sampai sore. Begitu pulang aku ingin makan udang saus tiram, capcay, dan ikan bawal" 

DistrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang