"Kamu mencintai Bima juga kan?"
Andini membeku dengan pertanyaan Matahari. Andini mengangkat kepalanya dan berpandangan dengan Matahari yang menatapnya sedih.
Andini mengerjap-ngerjapkan matanya dan menunduk dalam, "Maaf Bu..."
"Ibu yang minta maaf karena sudah membuatmu harus berada di keadaan ini" Matahari menghela nafas lemah saat Andini menatapnya, "Ibu melihat kalian saat pesta kebun Bunga. Ibu ingin mencari kamu saat melihat kalian di belakang pilar. Ibu bingung dan marah saat melihat kalian berdua. Ibu marah karena anak Ibu di khianati dan tidak ingin dia tidak tahu.
Ibu memberitahu Bunga dan ternyata Bunga sudah mencurigai Bima. Ibu tidak tega memberitahu Reza jadi Ibu meminta Bunga melakukannya" Matahari menyentuh rambut Andini, "Namun Ibu lebih sedih saat melihatmu yang kebingungan dan begitu tersiksa karena Reza memaksakan semuanya. Kamu sudah seperti anak Ibu sendiri tanpa melihat kamu sebagai pasangan Reza"
Andini menyentuh tangan Matahari, "Saya... Ini adalah yang terbaik. Ini yang seharusnya terjadi"
Matahari mengusap air mata Andini, "Jika Ibu menjadi kamu, Ibu akan memilih Bima"
"Ibu..."
"Ibu tahu seperti apa kamu tidak nyaman dengan pekerjaan Reza dan prioritasnya. Kamu membutuhkan cinta yang selalu ada untukmu. Setiap kali Reza pergi, kamu selalu tersiksa. Saat Reza luka karena bentrok di Papua, kamu seperti mayat hidup, tidak makan, tidak berbicara. Ibu selalu ketakutan jika kamu... kamu membunuh dirimu sendiri jika Reza tidak kembali." Matahari tersenyum dengan air mata yang mengalir di pipinya, "Pilihlah Bima, Andini. Ibu tidak akan sanggup melihatmu mati atau lebih buruk dari itu karena Reza."
"Tapi Reza..."
"Reza akan bertahan, dia memiliki pekerjaan yang menjadi gantungannya di dunia sedangkan kamu... kamu tidak memiliki apapun. Pilihlah Bima. Ibu dan Ayah merestuimu, Andini"
"Huaaa...." Andini menangis keras seperti anak kecil dan memeluk Matahari erat. Matahari ikut menangis dan menciumi kepala Andini seperti anaknya sendiri.
Reza bingung saat mengetahui bahwa keluarganya ada di rumah Bima begitu dia sampai di rumah. Bi Sri memberitahu bahwa Reza harus datang ke sana begitu sampai. Reza membawa tasnya yang berisi semua berkas untuk pernikahannya dengan Andini. Dia bahkan sudah menelfon petugas di sana untuk memberitahukan kesiapannya tapi mereka mengatakan Andini belum melengkapi semuanya.
Taksi membawa Reza masuk ke rumah keluarga Bima, dulu dia sering ke rumah ini karena dulu salah satu paviliun di rumah inilah yang menjadi basecamp Pandawa Lima. Reza melihat mobil orang tuanya terparkir rapi di depan. Reza keluar dan disambut seorang pelayan yang memakai walkie talkie dan mengatakan kehadirannya. Reza tidak bisa memberinya senyum ramah karena entah kenapa dia merasa ada yang aneh.
Pintu mahogani besar dan tinggi terbuka dan Ibunya yang cantik keluar. Reza belum sempat mencium tangan Ibunya tapi Ibunya sudah memeluknya lebih dulu.
"Ada apa Bu?" tanya Reza khawatir karena mengira ada sesuatu yang terjadi pada keluarga Bima.
"Relakan dia Rez. Biarkan Andini bahagia" Bisik Matahari dengan suara serak menahan tangis.
"Apa maksud Ibu?" tanya Reza tidak ingin mengerti. Badannya mendingin, dia tidak ingin berfikir hal itu. Tidak ingin.
Matahari meraih tangan kiri Reza, mencoba menarik cincin platinum dari jarinya tapi Reza berkelit, dia menjauh dan melindungi tangannya defensif "Ibu mau apa?"
"Lepaskan Rez. Ibu mohon" pinta Matahari dengan mata yang tidak terlihat memihak Reza.
Reza menggeleng mantap, "Ini cincin pertunanganku dengan Andini Bu. Aku tidak akan melepaskannya kecuali setelah aku mengucapkan ijab qobul"