Andini memiliki dua saudari tiri tapi mereka tidak pernah akrab. Selama menjadi saudara, mereka berinteraksi hanya saat lebaran dan membicarakan pertunangannya. Jadi Andini kaget saat Karisa, saudari tiri yang seumuran dengannya, muncul di pintu florist. Andini tidak tahu kalau ternyata keluarga di atas kertasnya tahu di mana alamat florist-nya.
Andini langsung keluar dari counter, meninggalkan rangkaian bunganya dan menghampiri Karisa, "Hai Ris, apa kabar?"
"Lumayan tempat lo" kata Karisa sambil melihat florist Andini, tidak membalas pertanyaan ramah Andini.
"Thanks. Kamu mau beli bunga?"
"Nggak. Gue mau minta nomer Bima. Lo pasti punya kan?"
"Kamu kenal Bima?" tanya Andini kaget.
"Tentu aja gue kenal. Gue bahkan pernah menghabiskan malam sama dia, jadi gue mau nomer Bima supaya gue bisa lebih deketin dia. Apalagi sebentar lagi dia ulang tahun"
Andini terperangah. Dia tidak pernah menyangka Karisa pernah 'tidur' dengan Bima. Betapa sempitnya Surabaya ini. Bahkan saudara Andini juga di embat Bima. Tapi karena itu Bima, Andini berfikir lagi mungkin semua wanita jet-set sudah pernah bersamanya.
"Lo punya kan?"
Andini mengigit bibir bawahnya, bingung harus jujur atau tidak.
"aku punya tapi sebaiknya aku tanya Bima dulu"
Andini mengambil ponselnya dari saku celana jins.
Karisa menyambar ponsel dari tangan Andini, "Nggak perlu. Dia pasti nggak keberatan"
Andini mengambil ponselnya lagi dan mendapatkan pelototan dari Karisa, "Aku harus tanya dulu."
Andini dengan sigap menahan ponselnya saat Karisa akan mengambil ponselnya lagi.
"Lepasin!" perintah Karisa.
"Aku tanya Bima dulu" kata Andini tidak mau mengalah.
"Ah, alasan. Paling lo nggak mau membagi nomer Bima karena lo mau goda dia juga." Tuduh Karisa yang masih berusaha menarik ponsel Andini.
Karisa tahu dengan pasti Bima akan menolak untuk memberikan nomernya. Tidak ada wanita one night stand Bima yang memiliki nomernya.
"Tidak. Aku akan bertanya ke Bima, kalau dia bersedia, aku akan memberikan nomernya padamu" Bantah Andini keras.
Karisa marah pada ke keras kepalaan Andini. Karisa juga marah pada keberuntungan Andini karena bisa mendapatkan lelaki setampan dan sekelas Reza. Dia merasa itu tidak adil, karena Andini mendapatkan Reza hanya karena mereka satu SMA.
Karisa tidak bisa masuk SMA Budaya Bhakti karena tidak cukup kaya. Andini bisa masuk ke sana karena kakek dan neneknya. Karisa pasti bisa mendapatkan lelaki seperti Reza, atau bahkan Bima jika dia sekolah di SMA elite itu. Dia akan menjadi istri lelaki kaya berpengaruh dan bukannya bergelut dengan dunia model yang keras.
"Minggir lo!" Karisa mendorong tubuh Andini ke belakang dan menarik ponsel Andini.
Andini kehilangan keseimbangan. Dia tersandung pot - pot bunga dan terjengkang ke belakang. Kepalanya terbentur pot bersamaan dengan jeritan histeris Puput. Karisa pucat saat melihat cairan merah yang mulai muncul di sekitar kepala Andini.
Karisa melempar ponsel Andini dan dengan cepat pergi dari Violeta. Puput menjerit memanggil Dara dengan panik karena dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia tidak berani menggerakkan Andini, takut jika malah memperparah keadaan.
"Bagaimana ini?!" tanya Dara dengan panik.
"Ambulance. Panggil Ambulance!" perintah Puput yang mulai bisa berfikir.