Geranium(Comfort)

1.8K 107 0
                                    

Tangan Andini bergerak-gerak tidak nyaman di atas meja. Andini tersentak saat merasakan getaran di pahanya, dengan cepat dia mengambil ponsel di saku celana dan melihat padang bunga violet. Tidak ada pesan baru, BBM ataupun misscall iseng. Andini mendesah dan meletakkan ponselnya di meja. Entah sudah keberapa kali dia merasakan getaran khayal. 

Andini meletakkan dagunya di meja, cemberut memandang ponselnya "kemana sih kamu? Katanya mau makan sayap goreng." 

Dua hari yang lalu Bima mengatakan ingin makan sayap ayam goreng tapi Andini malas masak. Lalu esoknya Bima tidak datang ke florist. Awalnya Andini tidak peduli namun hari kedua Bima menghilang, Andini merasa berdosa. Mungkin saja Bima marah padanya karena membuatkan daging saus barbeque dengan banyak paprika saat itu. 

Pagi-pagi Andini berangkat ke pasar, membeli sayap ayam kesukaan Bima. Andini sudah mengirim BBM, SMS, dan menelfon ke ponsel Bima untuk memberitahunya kalau dia memasak sayap ayam goreng, tapi lelaki itu tidak membalas. Andini mendesah. Apa mungkin dia sangat sibuk ya? Mungkin saja. Begitu-begitu dia kan CEO. Andini melihat masakannya. Lebih baik aku mengirim ini ke kantornya saja. Daripada mubadzir.  

Andini mengemasi semuanya dalam wadah tupperware lalu membuat kopi dan memasukkannya ke tremos kecil sebagai pelengkap. Dia kan suka minum kopi. Masakan dan kopi dia masukkan ke tas khusus. Andini berhenti saat akan keluar rumah. Dia melihat penampilannya. Celana katun dan kaos. Sepertinya tidak pantas. Nanti di kira mau minta -minta lagi. 

Andini mengganti bajunya dengan memakai celana jins pensil berwarna hitam, one piece warna ungu muda, angkle boots dan memakai make up tipis. Setelah puas dengan penampilannya, Andini berangkat ke kantor Bima menggunakan yaris ungu-nya. Dua jam di sertai macet, akhirnya Andini sampai juga di kantor Bima. Andini memarkir mobilnya di bagian depan kantor setelah berbicara dengan satpam. 

Andini merasa tidak nyaman saat pegawai yang memakai pakaian kantor rapi melihatnya. Andini jadi merasa salah kostum karena hanya dia yang berpakaian santai. Dia menghampiri meja resepsionis. Wanita cantik bername tag Shinta menyapanya ramah dan bertanya kepentingan Andini. 

"saya ingin menitipkan makan siang ini untuk Bima, ah, Bimasena Caraka. Dia CEO di sini" kata Andini ragu-ragu. 

Shinta mengambil tas yang diberikan Andini, "Dari siapa kalau boleh saya tahu?" 

"Andini." 

"baik nona Andini. Akan saya sampaikan pada Pak Bima" 

"terimakasih." Andini berniat pergi tapi menahan diri dan kembali ke resepsionis "Ah, boleh saya tanya?" 

"silahkan" jawab Shinta sopan. 

"Bima ada di kantor?" 

"sepertinya begitu nona. Beliau tidak memberi tahu pada kami kalau sedang keluar" 

"oh... Baiklah kalau begitu. Terimakasih" 

"sama-sama nona" 

Dia ada di kantor, berarti dia sibuk. Andini melangkah keluar kantor tapi dilangkahnya yang ke lima, seseorang memanggil namanya. Andini berbalik dan melihat Dimas. Lelaki itu menghampirinya dengan senyum ramah. 

"Hai Dim" 

"Hai mbak. Ada urusan apa di sini?" 

Andini mencoba mengatur ekspresinya, "oh...um.. Aku mau berbicara sesuatu sama Bima tapi tidak jadi" 

"kenapa? Bima ada kok di atas. Bicara soal apa mbak? Kontrak ya?" 

"oh... Um... Iya sih..." jawab Andini pelan. 

DistrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang