Bima mengerang dan tangannya menggapai - gapai ke meja lampu tempat dia menaruh ponselnya yang berdering tidak mau berhenti. "Hallo?" tanyanya dengan suara serak mengantuk.
"Pagi Bim. Aku ada di lobby apartemenmu."
Bima mengerutkan kening dalam, belum membuka mata "Andini? Kenapa kamu ke sini pagi - pagi?"
"Adaaa aja. Pokoknya bukain pintu" jawab Andini dengan suara ceria.
"Iyaa" jawab Bima sebelum melempar ponselnya dan bangun dengan terhuyung - huyung. Bima membukakan pintu dan bersandar di sana menunggu sampai lift Andini sampai di lantainya.
"Happy Birthday, Bimasena!" teriak Andini membuat Bima yang sempat ketiduran lagi langsung sadar.
Bima mengerutkan kening, "Thank you tapi ulang tahunku besok"
"Aku tahu dan kamu selalu merayakan dengan sepupu dan teman - temanmu di Club. Jadi aku merayakannya hari ini"
"Oke. Mana kadoku?"
Andini memberikan senyum jenaka, "Aku tidak tahu harus memberimu apa jadi seharian ini aku akan menjadi koki pribadimu." Andini memperlihatkan tas kain ungu mudanya "Sarapan untukmu"
"Masuk" kata Bima cepat dan memberikan jalan untuk Andini.
Andini terkikik geli dan mendorong punggung Bima, "Sudah jam 6, mandi sana"
"Hem.." jawab Bima malas tapi tetap berangkat untuk mandi. Dalam waktu satu jam, Bima turun ke ruang makan dan di sambut harum masakan dan kopi yang membuat Bima berselera dan bersemangat.
Bima menaikkan alis pada Andini yang menuangkan nasi ke piring "Nasi kuning?"
"Hu-um. Biasanya kalau ulang tahun kan dibuatkan nasi kuning" jawab Andini meletakkan piring berisi nasi kuning di depan Bima.
"Mau keringan tempe?" tanya Andini sambil mengangkat mangkuk berisi keringan tempe
"Iya"
"Ayam?"
"Iya"
"Srundeng?"
"Semuanya saja." Jawab Bima sambil menunjuk semua lauk pendamping nasi kuning yang di sediakan Andini. Kering tempe, Ayam, Srundeng, telur dadar, dan udang.
Andini tersenyum lebar, "Aku tahu"
Bima memakan semuanya sampai habis dan merasa puas apalagi Andini melayaninya dengan sangat cekatan. Bima merasa Andini punya bakat di bidang kuliner dan pelayanan. Seharusnya dia membuka restoran saja.
"Kamu mau makan siang apa nanti? Biar aku kirim ke kantormu" tanya Andini yang mengikuti Bima berjalan menuju pintu depan.
"Apa saja." Jawab Bima karena dia tahu masakan Andini selalu enak.
"Tunggu!" sergah Andini begitu Bima hendak menggapai pintu.
Bima berbalik, "apa?"
Andini mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam dari balik tubuhnya, "hadiah kecil untukmu"
Bima membuka kotak itu dan menemukan dua benda kecil berwarna perak mengkilap dengan desain bola basket, "Cufflinks?"
"Yap. Ada namamu di baliknya, jadi tidak akan di ambil orang. Sini aku pasangkan" Andini memasangkan tiap cufflink di pergelangan kemeja Bima dan tersenyum setelah keduanya terpasang dengan rapi "Sudah. Sempurna" Andini menutup kotaknya "Biar aku taruh di kamarmu. Pergilah. Hati - hati di jalan"