Chapter 4

470 60 30
                                    

Ashella merasakan kebimbangan saat melihat Feranda menapakkan kakinya lebih jauh ke dalam sekolahnya, SMA Harapan Jaya. Ashella merasa mati rasa dan kakinya mendadak lemas seketika. Akhirnya ia memutuskan mengejar Feranda kedalam dan memasrahkan semua resiko kepada sang waktu.

Feranda menapakkan kakinya di lapangan sekolah. Ia melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain basket namun tak ada Nico disana. Ia melirik ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Nico namun tak ada juga anak itu.

"Ma!! Tungguin As-hella dong!!" Ashella datang dengan nafas tersengal-sengal sembari memegang dadanya untuk menormalkan detakan jantungnya yang kini berdetak dengan cepat. Feranda melihat anak semata wayangnya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mama ayo pulang, Shella cape," Ashella memelas pada Feranda.

"Bentar, mama cari Nico dulu! Kamu bisa sabar gak sih?!" sungut Feranda, ia berjalan menuju lapangan dan mendapati seorang pria yang baru saja keluar dari WC dan duduk di bangku dekat lapangan. Feranda hafal betul wajah itu. Ya, itu adalah Nico yang ia cari-cari sedari tadi. Ia pun mendekat ke arah Nico diikuti oleh Ashella dari belakang yang sedang mengumpat dalam hatinya sedari tadi.

"Ekhem," Feranda berdeham agar Nico menyadari keberadaanya. Namun nihil, mungkin musik yang ia putar dalam headset-nya terlalu kencang ditambah ia seakan menikmati lagu itu sembari memejamkan matanya hingga tidak menyadari dehaman Feranda.

Feranda menunduk melihat wajah Nico yang begitu damai dan dingin seperti biasanya. Nico membuka matanya dan kaget melihat wajah wanita yang cukup dekat dengannya. Sedangkan Feranda hanya tersenyum tipis dan memegang puncak kepala Nico. Ia mengelus sayang rambut Nico, dan Ashella hanya membuka mulutnya tidak percaya akan pemandangan di depannya.

Darimana mama bisa akrab gitu sih sama si Nico? batin Ashella.

"Nic, lama ga ketemu ya sama Tante," Feranda angkat bicara dan melihat pada sweater yang Nico kenakan.

Kok kayak yang punya Shella ya? Batin Feranda sembari menautkan kedua alisnya.

Nico hanya diam sembari tersenyum tipis dan pandangan matanya langsung tertuju kepada Ashella. Ashella sontak membeku dan speechless seketika. Ashella mengumpat dalam hati saat Nico menatapnya dengan tatapan dingin.

Semoga mama ga nyadar kalo sweater gue dipake dia. Ashella memohon didalam hati sembari menunduk dan menggigit bibirnya.

"Nic, tadi mama kamu nelpon tante, kamu disuruh ke rumah tante dulu katanya. Soalnya kamu kan gak bawa motor, dan mama kamu ada meeting penting." Feranda melontarkan segala pesan Tina yang dititipkan kepadanya.

Ashella mengerutkan dahinya dan membuka mulutnya tidak percaya. "Kejanggalan apa lagi ini?" batin Ashella.

Nico melihat kearah Feranda dan dibalas oleh senyuman tulus keibuan Feranda. Nico pun berlari kecil mengambil tas yang diletakannya di dekat tas Reno.

"Nic, balik?" Sandy menghentikan men-dribble bola basketnya.

"Loh? Gajadi nebeng, Nic? Fino mengerutkan dahinya dan mendekati Nico, matanya menangkap seorang wanita yang sudah membantunya tadi hingga rela kesakitan.

"Ashella? Ngapain disini?" Tanya Fino kepada Ashella yang tatapannya masih kosong tak bisa ditebak.

"Shell, ada yang ngajak ngobrol tuh, yang sopan dikit jadi orang kenapa sih, Sel?!" Bisik Feranda mengusik kesunyian telinga Ashella.

Ashella menatap Ibunya tajam dan segera tersenyum ke arah Fino.

"Ehm.. Fin, ini mama gue," Ucap Ashella kepada Fino dan Nico hanya layaknya patung ditengah-tengah mereka.

"Oh gitu? Salam tante." Fino mencium tangan Feranda dan dibalas senyuman hangat oleh Feranda.

Feranda melihat jam tangannya dan kaget seketika saat melihat jam pukul setengah lima. Ia harus mengikuti rapat penting perusahaan.

"Shell, Nic ayo pulang. Mama ada rapat penting nih!" Ucap Feranda risih sendiri.

Ashella yang baru saja mendapat pemandangan langka langsung ditampar oleh kenyataan ia harus segera pulang. Ia malas jika Ibunya hanya membicarakan tentang perusahaan, meeting, rapat, atau apalah yang berhubungan dengan kerjaan Ibunya yang sangat menyita waktunya untuk mendapatkan kehangatan dan perhatian seorang Ibu.

Ashella melangkahkan kakinya jengah. Ia marah pada Ibunya. Namun tangannya ditahan oleh Fino hingga membuat Ashella berbalik dan mereka saling bertatapan.

"Plis, jantung kali ini diajak kompromi bisa ga?" Batin Ashella.

Mata mereka bertemu, binar mata Fino berbinar, membuat Ashella ingin lompat tinggi.

"Kena-pa Fin?" Bibir Ashella kembali kelu dan jantungnya sudah berdetak cepat melebihi batas dari tadi.

"Hmm.." Fino menggantung kalimatnya dan melangkah ke arah tas nya ia mengambil sweater berwarna abu-abu dan menyerahkannya kepada Ashella.

"Nih," Fino menyodorkan sweaternya ke tangan Ashella.

"Eh?" Ashella menautkan kedua alisnya.

Fino mendekat dan jarak wajahnya hanya sekitar 1 cm dari wajah Ashella. Ia berbisik kepada Ashella namun jika dari belakang terlihat seperti ingin mencium Ashella.

"Jantung plis sans." Ashella menggigiti bibir bagian bawahnya.

"Tadi kan, sweater lo dipake Nico, jadi sebagai gantinya gue ngasih ini buat lo. Biar lo ga kedinginan." Fino menjauhkan wajahnya dan tersenyum hangat kepada Ashella.

Jantung Ashella berdesir hangat. Kakinya mendadak lemas dan kaku. Lidah nya kelu dan logika nya sedang tidak berfikir jernih. Semua organ tubuhnya mati seketika hanya karena Fino.

"Oh gi-tu, btw ke-kenapa lo bisa tau?" Ucap Ashella terbata-bata dengan kaki yang bergetar. Tangannya dingin seperti es dan wajahnya merah panas berbanding terbalik dengan tangannya. Hatinya dipenuhi oleh kelopak bunga yang bermekaran dan dikelilingi oleh jutaan kupu-kupu didalamnya.

"Tadi gue ka---" Ucapan Fino terhenti seketika karena panggilan dari Feranda.

"Shell, cepet nanti mama gak boleh telat!" Teriak Feranda membuat Ashella kembali muram.

"Fin, duluan ya. Reno, Sandy, Dikta, gue duluan." Ucap Ashella melambaikan tangannya, dan dihadiahi oleh senyuman jahil dua sejoli.

"Hati-hati Shell,Nic." Ucap Fino lalu tersenyum dingin.

"Akhirnya gue nemuin special-wall yang pas dengan kriteria gue." Fino menyunggingkan senyum kemenangan dan kembali kepada dua sejoli yang sudah menunggunya di lapangan.

○○●●

Mulmed: Fino Megantara
See u on next chapter
Don't forget to vomen
Anjass

To Be Continued

NiColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang