Chapter 9

237 13 2
                                    

Ashella terbangun dari tidurnya saat matahari mengisi celah-celah dari jendela kamarnya. Ia melangkah malas dengan rambut yang acak-acakan menuju toilet. Ia melewati kamar Nico yang berada di sebelahnya. Seringaian iseng muncul di wajahnya. Ia membuka sedikit pintu Nico dan melihat Nico tidak ada disana. Ia membuka pintu itu lebih lebar dan ia masih tidak menemukan Nico disana.

Ashella yang masih dibalut piyama 'spongebob' kesukaanya itu pun akhirnya memutuskan keluar. Disaat memutar tubuhnya ada sesuatu yang menahannya dan membuat ia tersentak dan hingga kehilangan keseimbangan.

Ia menatap wajah orang yang didepannya dan itu adalah Nico. Ashella benar-benar ingin mengumpat sekarang. Wajah Ashella memerah karena malu ketahuan memasuki kamar orang tanpa ijin.

"Nic,maaf ya gue tadi kepo jadinya gue masuk. Btw lo wangi banget!" Ashella menghirup aroma tubuh Nico yang membuatnya terhanyut pesona Nico.

Nico hanya berdeham dan memasuki kamarnya mengambil tas dan sweater berwarna biru navy miliknya.Warna favorit Ashella.

Ashella yang melihat sweater itu seperti kelaparan membuat Nico mengernyitkan dahinya.

"Nic..." Nada Ashella memelas. Ini adalah jenis nada yang ia keluarkan jika sedang menginginkan sesuatu.

Mata Nico seakan bertanya akan panggilan Ashella.

"Sweaternya." Ucap Ashella dengan pandangan yang tak lepas dari sweater Nico.

"Hm?" Nico semakin bingung dengan sikap Ashella yang aneh menurutnya.

"Lucu deh," cengir Ashella sembari menampilkan senyum pepsodent miliknya.

Nico mendengus.

"Can i borrow, boy?" Ucap Ashella keras kepala.

Nico menggeleng dan meninggalkan Ashella yang menekuk bibirnya.

"Nico tungguin!" Ujar Ashella sembari mengejar Nico.

○○●●

"Nic, gue denger mama lo ke Amrik, ya?" Suara Reno menginterupsi keheningan antara 5 sekawan ini.

Nico mengangguk kecil.

"Lo gaakan ikut pindah Nic?" Tanya Sandy memastikan.

"Ngehe bat deh lu, sama aja lu secara halus nyuruh dia pindah." Dikta membalas.

"Sans kale." Fino terkekeh menanggapi ucapan Dikta.

"So, pada mau pesen apa nih? Gue traktirin deh." Ucap Fino berdiri dari bangku bangsawan yang dipersiapkan para siswa-siswa khusus untuk 5 sekawan ini.

Terlihat binaran mata dari Sandy, Dikta, dan Reno tapi tidak dengan Nico dia masih saja memainkan hpnya.

"Lah tumben lu mau traktir kita-kita?" Sandy menggoda Fino dengan seringaian jahil.

"Elah yang biasanya modal nyengir minta dibayarin juga." Sewot Dikta.

"Eh nyet! Ngaca kalo ngomong yang gitu kan elu! Bege dipelihara." Cibir Fino dengan nada cerewet.

"Kayaknya ada yang lagi seneng nih sampe ngadain acara traktir-traktiran gini." Ucap Reno yang mengerti raut wajah bahagia Fino. Dari lima sekawan ini yang paling dekat dengan Fino adalah Reno, jadi maklum saja Reno sudah hafal dengan perubahan sikap Fino.

"Widiih!! Tau aja lo, Ren. Lo emang orang ter-peka yang gue kenal." Fino tertawa bahagia.

"Jadi, kamu anggep aku apa?" Dikta memulai lagi nada alay-nya. Memang orang yang paling jayus disini hanyalah Dikta. Entah ngidam apa Ibunya ini sampai melahirkan anak yang laknat nya ga ketulungan.

NiColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang