Chapter 8

321 16 1
                                    

Now playing
Night Changes -1d

Tina dan Nico berpamitan pulang ke rumah mereka untuk mengemasi barang-barang Nico yang akan dibawa ke rumah Feranda. Nico menghembuskan nafasnya gusar. Ia pasti akan rindu berat pada Tina, apalagi yang selama ini mengerti keadaanya hanyalah Ibunya, sedangkan ayahnya sangat sibuk bekerja di luar negeri dan belum pulang-pulang sampai sekarang.

Nico masuk kedalam rumahnya dan membaringkan dirinya di ranjang. Nico memejamkan matanya dan membayangkan hidupnya tanpa Ibunya selama 5 bulan kedepan. Ia pasti akan sulit mencari keteduhan yang selama ini hanya ia dapatkan pada Tina.

"Nic, udah selesai beres-beresnya?" Tanya Tina tanpa membuka pintu kamar Nico.

Nico tak membalas ucapan Tina dan segera berlari ke luar kamarnya. Ia langsung memeluk Ibunya yang akan ia rindukan 5 bulan kedepan. Sulit rasanya melepas sesuatu yang sudah membuat kita nyaman, namun kalau itu demi kebaikan maka lepaskan. Itulah Nico, dia diam namun di dalam hatinya ia ingin sekali banyak berbicara namun ia yakin orang-orang tak akan mengerti apa maksud dari perkataanya.

"Nic, mama pasti akan merindukan kamu, nak." Air mata Tina menetes dari ujung matanya. Ia sangat menyanyangi Nico namun karena pekerjaan menuntutnya untuk pergi, maka ia harus pergi. Bagaimanapun ini semua dia lakukan untuk kelangsungan hidupnya dengan Nico. Suaminya sudah tidak pulang dari beberapa bulan kemarin dan Tina mengartikan bahwa sekarang hanyalah dia dan Nico yang tersisa. Ia harus bekerja keras untuk Nico karena hanya Nico lah harta berharganya yang tersisa. Inilah Ibu yang sejati, yang rela mempertaruhkan segalanya demi anaknya yang ia sayang.

"Don't go." Nico berkata dengan suara berat dan parau, bagaimanapun ini sangat sulit baginya.

"Nak, mama pasti segera pulang kalau kerjaan mama udah selesai disana. Kamu jaga diri baik-baik, jangan sampai kamu pulang dengan wajah babak belur ya?" Tina mengelus sayang wajah anak remaja nya.

Nico mengangguk pasrah lalu masuk kembali kedalam dekapan Ibunya. Rasanya nyaman dan pas. Itulah mengapa Nico tidak pernah melirik perempuan karena sampai saat ini hanya Ibunya lah yang memberikan kenyamanan padanya bukan perempuan lain.

"Udah siap, ayo berangkat." Ajak Tina yang sudah menyeka air matanya dan melepas pelukan perpisahannya dengan Nico.

Nico masuk dan kembali dengan 2 koper berisi perlengkapan dan buku-buku sekolahnya.

"Nico, mama akan sangat merindukanmu." Ucap Tina dengan tatapan sendu.

Nico hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia dan Tina segera menuju mobil untuk pergi ke rumah Feranda.

Disisi lain, Ashella sedang sibuk menulis sebuah puisi di diary-nya yang tak lain hanyalah untuk Fino.

Bisu

Pria dengan senyuman berbeda
Pecandu senyum dan penahan rasa
Sampai kapankah ku diam?
Menunggu pelangi terindah datang
Membisu ditempat menahan gejolak
Menikmati bayanganmu sebatas angan

Ashella menghela nafasnya. Sampai kapan dia harus memendam rasa ini. Sampai kapan ia harus mencintai Fino? Apakah mencintai sendiri itu harus sesakit ini? Ashella kembali pada dunianya, ia berhenti memikirkan Fino dan menutup diary-nya.

"Shell, kamu tuh bisa jaga kesopanan gak sih sama tamu?" Ashella yang baru saja keluar kamarnya langsung dilabrak oleh Feranda.

"Maksud?" Ashella mengernyitkan dahinya, ia rasa sikapnya tadi sopan-sopan saja.

"Kamu ini memang gak bisa diajar tata krama! Udah berapa kali mama bilang kalau sama tamu kamu harus tersenyum! Ngerti gak sih?!" Feranda membentak Ashella dan membuat hati Ashella terkoyak lagi.

NiColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang