"Nic, kamu duduk dulu sini. Mama kamu nanti paling kesini jam sembilanan, kamu disini aja dulu ngobrol-ngobrol sama Shella. Oh iya kalian belum kenalan ya? Bentar," Feranda memanggil Ashella dan menyuruhnya berkenalan dengan Nico.
"Ashella,"
Nico hanya mengangguk dan diam, Feranda mengelus rambut Nico dan tersenyum kepadanya.
"Shell? Mama mau pergi," Ucap Feranda sembari berjalan ke depan pagar.
"Ya, Ma." Ashella menyesuaikan langkahnya dengan Feranda dan menjawab ucapan Feranda dengan wajah malas yang suram.
"Itu sweater nya Nico bukan sih? Kok sama kayak kamu modelnya? Warnanya juga sama, atau jangan-jangan mama hanya halusinasi aja ya?" Tanya Feranda sontak membuat tubuh Ashella yang tadinya lemas dan lesu menjadi tegang seketika. Ashella mematung ditempat dan menundukkan kepalanya.
"Shell? Kenapa?" Tanya Feranda memastikan.
"Ah-eng, engga Ma, mungkin mama salah liat kali, lagian sweater gituan banyak kali di mall-mall, udah sana mama pergi ntar keburu telat." Ashella mencoba menguasai dirinya dan mencoba mengusir Ibunya dengan cara halus.
"Ajak ngomong Nico." Ucap Feranda dengan mata yang mengintimidasi sembari meninggalkan Ashella.
Apalagi ini Tuhan? Batin Ashella.
Seperginya Feranda, Ashella pun memutuskan untuk menonton tv daripada harus memikirkan kejadian aneh yang hari ini ia alami. Langkahnya terhenti saat melihat Nico juga duduk di sofa kesukaannya yang berada dekat jendela. Ashella mendekat dan duduk di sofa sebelah Nico. Nico tidak memperdulikan Ashella, matanya tetap tertuju pada acara talent show yang sedang disuguhkan oleh tv.
"Ekhem," Ashella berdeham untuk memberi kode pada Nico untuk memulai percakapan. Namun nihil, Nico tidak menanggapinya sama sekali.
"Nic, udah makan belum?" Ashella membuka bicara. Ini bukan masalah ia perhatian pada Nico melainkan ini adalah sebuah amanat Ibunya yang harus ia laksanakan.
Nico diam dan mengalihkan pandangannya pada Ashella. Tatapan yang dingin dan tidak tau apa artinya.
"Belum laper ya? Yaudah deh." Ashella mengalah daripada ia harus diperhatikan dengan ngeri oleh Nico.
"Jedar!!!!" Suara guntur yang muncul secara tiba-tiba menginterupsi keheningan yang tercipta di antara mereka.
"HWAAAA!!" Ashella berteriak dan menutup wajahnya dengan bantal sofa yang ada dipegangnya.
Hening.
Ashella mulai merasa malu sendiri karena perilakunya yang sungguh kekanakkan. Ia melihat wajah Nico yang teduh dari celah kecil di bantalnya. Tanpa ia sadari bibirnya sudah mengembangkan senyum saat melihat Nico.
"Nic, kayaknya hidup lo tuh bahagia banget ya, gak kaya gue," Ashella membuka mulut dan membenarkan posisi duduknya.
Nico mengarahkan pandangannya kepada Ashella dengan tatapan penuh tanya. Nico bingung melihat raut cemas di wajah Ashella.
"Udah tadi gue bercanda, gausah dipikirin." Ashella mencoba memaksakan senyumnya dan berusaha agar tidak terlihat rapuh.
Dahi Nico berkerut. Tidak biasanya gadis seceria Ashella bisa secemas ini. Nico terus bertanya-tanya dalam hatinya apa maksud dari perkataan Ashella tadi.
Ashella benci sesuatu yang berbau hening. Ia ingin sesuatu itu ramai, namun mungkin itu hanya mimpi Ashella. Mana mungkin ia bisa membuat situasi cair saat bersama dengan Nico? Ibarat mengajak ngobrol patung, gaakan diladenin. Bahkan mereka hanya berdua. Camkan itu. Hanya berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
NiCold
Teen FictionKehidupan Ashella berubah saat Nico, cowok dingin yang selalu menjawab perkataan Ashella dengan anggukan dan 'oh' dititipkan di rumahnya. Ditambah cinta pertama Ashella, Fino membalas perasaanya yang selama ini ia pendam. Siapakah yang akan kamu pil...