Tujuhbelas

362 27 3
                                    

Flashback on

"Kalian terlalu banyak memberikanya cairan,kan sudah kubilang cukup satu tetes saja."

Rizal mengusap wajahnya.
"Aku sudah memerintahkan orang suruhanku untuk menggunakan satu tetes saja."

Agin,sang Dokter mengerutkan alisnya.
"Benarkah? Tapi dari reaksi kesakitan gadis itu cairan yang kalian berikan berlebih."

"Oke,aku akan mengeceknya nanti,,bagaimana kondisinya sekarang?" Tanya Rizal panik.

"Beruntunglah kau segera memanggilku,dia sudah kuberi pereda rasa sakitnya."

"Apakah efeknya masih?"

"Tentu saja,dia akan melupakan kejadian yang baru terjadi,jika dia mencoba mengingatnya kepalanya akan sakit."

"Bagus,kau memang temanku."

"Berikan cairan itu sekali lagi."

Rizal mengangguk.

Sore itu dalam keadaan tak sadarkan diri Rizal membawa Rose kembali ke Jakarta. Tak lupa Rizal menonaktifkan iphone Rose.

Setibanya di rumah Silvia.

"Putriku baik baik saja kan?" Tanya Silvia sambil memandang Rose yang seperti tertidur pulas.

"Maaf  bu ,ada sedikit kecerobohan oleh anak buahku tapi semuanya sudah aman terkendali."

"Apa maksud kamu Zal?"

"Mereka menumpahkan botol cairan itu ke dalam makanan Rose,hasilnya Rose menjerit kesakitan."

Silvia membulatkan matanya.
"Dasar bodoh!Lalu sekarang keadaan putriku!!" Suara Silvia meninggi.

"Teman saya sudah memberikan suntikan pereda rasa nyeri,cairan itu masih akan bekerja dengan baik."

Silvia menghela nafas.
"Syukurlah,yang penting rencana kita berjalan lancar."

Keduanya tersenyum puas.

Flashback off

"Kau yakin obat itu bekerja"

"Aku yakin,itu adalah hasil kerja kerasku jadi tidak mungkin gagal."

"Tapi dia masih bisa mengingat?"

Orang di sebrang telepon itu berfikir keras.
"Ah..ya..apakah ingatanya itu berhubungan dengan orang yang dia cintai."

Rizal mendengus kasar. Tebakan temanya benar.
"Ya.."

"Itu adalah ingatan kuat yang paling dia ingat. Kejadian sebelumnya dia tidak ingat kan?"

"Tidak,setelah sadar dia hanya mengingat dia punya janji selain itu dia tidak pernah menanyakanya."

"Efek obat itu bekerja,kecuali pada ingatanya yang satu itu."

"Bagaimana kalo kubuat dia tidak ingat selamanya dan hanya mengingat diriku." Rizal tersenyum menyeringai dengan idenya itu.

"Jangan bodoh Rizal! Jika obat itu kau berikan padanya terus menerus itu akan merusak fungsi otaknya." Agin khawatir dengan rencana sahabatnya ini.

"Akan kupertimbangkan."

"Rizal jangan berbuat nekad kau-"

Tuut

Rizal menutup sambungan teleponya. Dia tersenyum penuh misteri.

Dia harus jadi milikku

Love By Gun (Selesai) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang