Duapuluh

356 27 8
                                    


Sudah satu bulan ini Sam hidup dalam kehampaan. Yang ia miliki sekarang hanya sedikit harapan. Setidaknya harapan inilah yang tidak membuat Sam jatuh terperosok ke dalam jurang kesedihan.

Tim forensik menyatakan bahwa darah yang terdapat dalam kereta yang meledak satupun tidak memiliki kecocokan DNA dengan Silvia. Itu artinya Rose masih hidup dan inilah harapan Sam. Meskipun salah satu tim forensik ada yang menyatakan bahwa dengan ledakan besar tersebut tak akan ada yang selamat,sulit mengidentifikasi jenazah. Tak apa,setidaknya Sam berharap Rose masih hidup dan itu keyakinanya.

Semangatnya bertambah lagi ketika suatu malam Silvia datang ke rumahnya. Silvia meminta maaf dan menyesali perbuatanya. Silvia pun meminta Sam untuk terus mencari Rose karena Silvia juga yakin Rose masih hidup.

Silvia pun membiayai semuanya dan mencarikan informan terbaik di negeri ini. Awalnya Sam menolak,tapi Silvia meyakinkan bahwa ini demi Rose. Sam pun menyetujui.

Tapi sampai saat ini belum ada kabar baik. Belum satupun informan yang menemukan keberadaan Rose. Sam harus lebih bersabar lagi.

***

"Bagaimana kondisinya?"

"Masih sama."

Rizal menghela nafas berat. Hidupnya hampa saat mendengar gadis yang dicintainya terbaring koma. Dan itu karena dirinya datang terlambat.

Rizal menuju sebuah ruangan khusus. Di depan ada dua bodyguard yang menjaga. Rizal membuka pintunya. Dan pemandangan seperti inilah yang sebulan ini ia lihat. Seorang gadis terbujur lemah dengan seluruh tubuhnya terpasang infus,selang,cup oksigen dan entah alat apa itu Rizal tidak tau. Tapi setidaknya alat alat itu membuat gadisnya bertahan.

Rizal duduk di sisi pembaringan gadisnya. Mengusap pelan kepalanya lalu menggenggam tanganya yang tidak terpasang infus.

"Hey putri tidur kapan kamu bangun? Apakah kau selalu bermimpi indah sampai sampai tak mau bangun? Apakah lebih nyaman disana daripada disini? Bangun putri tidur aku sangat merindukanmu."

Setiap hari inilah yang Rizal lakukan. Mengajaknya bicara. Berharap gadisnya bangun dari komanya.

Disisi lain Rizal ingin selalu bersama gadisnya. Karena sudah bisa dipastikan jika gadis itu bangun,Rizal akan kehilanganya. Untuk saat ini Rizal ingin egois. Gadis ini akan ia jadikan miliknya. Apapun caranya. Meskipun nanti menyakitkan.

"Rose.." gumam Rizal lirih.

***
"Bagaimana keadaanya dokter?"

"Ibu ini tidak apa apa hanya lecet sedikit saja."

"Syukurlah,terimakasih dokter."

"Yah sama sama." Sang dokter berlalu pergi.

"Mari saya antar bu."

Sang Ibu menggeleng.
"Tidak usah nak,Ibu bisa pulang sendiri rumah ibu dekat dari sini."

"Tapi bu.."

"Tidak apa apa Nak,Ibu sudah merepotkanmu, permisi."

Sang Ibu pergi meninggalkan Sam begitu saja. Panggilan Sam tak dihiraukanya.

Sam mengejar. Tapi tiba tiba langkahnya terhenti.

Sam

Sam mengernyit. Adakah yang memanggilnya. Sam mengamati sekeliling tapi tak ada siapapun yang memanggilnya. Mungkin hanya halusinasi. Sam kembali melangkah mencari Sang Ibu yang ditolongnya tadi. Tapi sudah tak terlihat.

Sam

Deg

Perasaan apa ini. Mungkinkah? Sam menggelengkan kepalanya. Tapi..

Love By Gun (Selesai) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang