Seorang wanita yang kehilangan pekerjaan pentingnya hanya semata mata membahagiakan orang lain, dipaksa berjanji untuk membantu seseorang untuk melanjutkan mimpinya menjadi seorang pianis.
Akankah wanita itu mampu?
Rintangan dimana mana.
Berhenti...
Mengawali hari yang baik. Ya, hari hari yang baik akan dimulai dari sekarang.
Sebuah caffe yang baru dengan nama SECRET GARDEN CAFFE'ST sangat ramai pengunjung. Caffe yang baru dibuka 2 hari dari hari pembuatnnya sangat ramai. Diskon dan promo yang dilakukan pihak Caffe itu membuat orang yang berlalu lalang akan menuju ke sungai Hann berhasil tertarik dengan caffe bernuansa taman itu.
"Ice americcano 2!"
"Caffe latte 1!"
" tolong es serut kacang merah !!"
Terdengar riuh saat banyak pengunjung yang memesan minuman. Pelayan caffe itu masih 1 karena memang mereka tidak menyangka kalau caffe nya akan memiliki banyak pengunjung.
Bae Johyun seorang barista, cheef sekaligus manager dari caffe itu bergerak ke sana kemari untuk melayani pelanggan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
( pakaiannya)
Kling.... Terdengar bunyi lonceng pertanda ada orang masuk di caffe itu.
Author Pov end ###
Kim Taehyung Pov On
"Yak....Kim Taehyung!!" Panggil seseorang yang aku kenal suaranya.
Ya...siapa lagi kalau bukan namja banten yang selalu menggangguku dengan tingakhnya yang aneh.
Aku mendengus kesal dan menghentikan langkahku. Suara gesekan sepatu dengan lantai yang licin semakin terdengar di telingaku yang ku tutupi dengan headphone putih kesayanganku.
" yak...hosh...hosh...."
" aku telah memanggilmu dari tadi kau tahu? Aku sampai berlari untuk mengejarmu."
" siapa suruh kau berlari."
" yak...yaish...."
Aku meneruskan jalanku yang terganggu oleh namja bantet Jimin. Park Jimin yang cerewet.
Jimin menyusulku. Dia berhasil meraih pundakku yang lebih tinggi dari nya. Woah...lihatlah. Dia berjinjit untuk merangkulku.
" lihatlah dirimu!!" Kataku dengan tidak melihat orang yabg sedang aju ajak bicara.
" waeyo?" Tanya jImin bingung.
" hh...apakah kau akan terus seperti ini ketika sampai gerbang? Kau tidak pegal dengan kakimu yang sedang berjinjit eoh?"
Lantas saja Jimin melepaskan rangkulannya dari pundakku. Aku melihat sejenak Jimin yang sesang mengumpat. Ya...aku tau itu dari mulutnya walaupun tidak terdengar.
