Part 1

2.2K 24 0
                                    

Luna tidak tahu apakah ini merupakan jalan hidup yang benar baginya. Luna sudah satu setengah tahun bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota yang merupakan pusat dunia hiburan di negeri Paman Sam. Semua ini dijalaninya karena hanya perusahaan ini yang menerima hasil interview dan hasil tes yang telah dijalaninya.

Takuya Higashi adalah seorang yang tekun, teliti, dan tegas. Pria berdarah Jepang itu merupakan seorang manager bagian human resource di sebuah perusahaan yang sama dengan tempat Luna bekerja saat ini. Takuya memang asli kelahiran Tokyo dan pada awalnya bekerja di J Company di kantor pusat mereka di Tokyo. Setelah dua tahun bekerja, Takuya dipindahkan ke cabang di Los Angeles karena memiliki performa yang bagus, sekaligus karena manager bagian human resource telah mengundurkan diri semenjak satu bulan sebelum melahirkan anak keduanya.

"Luna!" panggil Takuya melalui telepon.

"Ada apa pak?" tanya Luna.

"Selesaikan laporan penggajian karyawan sebelum jam dua siang! Setelah itu, kirimkan laporan itu melalui email!" ucap Takuya.

"Ya," jawab Luna dengan setengah hati.

Takuya sebagai atasan selalu bertindak tegas, terutama kepada Luna. Luna tidak mengerti kenapa pria itu hanya bersikap keras terhadapnya. Henry yang merupakan teman kerja Luna saja tidak pernah diperlakukan seperti itu.

"Ada apa? Kenapa kusut begitu?" tanya Henry sambil meletakan segelas teh hangat di hadapan Luna yang menempati meja kerja persis di samping meja kerjanya.

"Ah," keluh Luna.

"Ada apa? Apakah Takuya bersikap keras kepadamu lagi?" tanya Henry.

"Ya, begitulah kalau sudah menjelang akhir pekan. Bukannya semakin ringan, tetapi pekerjaan semakin padat saja," ucap Luna.

"Jelas saja! Diantara kami bertiga, kamu yang paling pintar nilai tesnya," ucap Henry.

"Tapi, tidak seharusnya seperti ini. Sudahlah, lebih baik aku mulai sekarang saja membuat laporan penggajiannya," ucap Luna.

"Aku juga ingin melanjutkan laporan reimbursementnya," ucap Henry.

***

Setelah jam istirahat makan siang, Luna melanjutkan pekerjaannya mulai dari pukul satu siang tepat. Disaat dirinya dengan sigap menyelesaikan pekerjaannya, ketiga teman kerjanya yang berada pada posisi yang sama masih dengan lega mengecek ponselnya. Ada yang melihat berita terkini, ada yang mengecek akun sosial medianya, dan lain-lain. Hal ini membuat Luna merasa kurang adil.

Terpikir di benak Luna untuk mengundurkan diri. Tetapi, setelah dipikir-pikir, sayang kalau mengundurkan diri begitu saja. Luna sudah merasa puas dengan jumlah gaji yang diterimanya, ditambah dengan biaya transportasi dan asuransi kesehatan yang diberikan oleh perusahaan secara rutin setiap bulan. Selain itu, lingkungan kerja di perusahaan sangat nyaman. Desain ruang kerja yang nyaman membuatnya betah. Yang membuatnya kurang nyaman hanyalah satu; manager Higashi.

"Send!" ucap Luna sambil menekan tombol send pada layar monitor.

Luna melirik jam pada layar komputer. Jam menunjukan pukul 13:55 yang berarti bahwa Luna belum terlambat untuk mengirim emailnya. Setelah itu, Luna bisa dengan santai meluruskan kedua tangannya dan juga kedua kakinya.

Luna bangkit berdiri dari kursinya. Luna berjalan kelar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang untuk bersantai. Di dalam ruang itu, terdapat dua orang karyawan dari divisi lain yang sedang bermain catur. Luna hanya duduk di atas sofa sambil memperhatikannya.

"Checkmate!" ucap Daniel.

"Oh My God! Sepertinya kita baru saja mulai bermain," keluh Mary.

"Hei, apakah kalian berdua sedang tidak ada kerjaan?" tanya Luna.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang