Part 4

204 10 0
                                    


"Kenapa manager bertanya seperti itu?" tanya Luna dengan polos sekaligus demi memecah keheningan diantara dia dan Takuya.

"Apakah ada alasan lain selain karena aku mencintaimu?" tanya Takuya.

"Bukan itu maksudku. Kita tidak dekat. Kita juga jarang bertemu di luar jam kerja. Untuk apa manager bertanya seperti itu kepadaku?" tanya Luna sambil meniup ramennya.

"Apakah kamu adalah wanita yang sulit untuk didekati?" tanya Takuya.

"Maaf, aku belum bisa memberi jawaban kepadamu," ucap Luna.

Terdapat beribu kekecewaan yang dirasakan oleh Takuya. Mungkin, pria itu terlalu terburu-buru untuk menyatakan perasaannya. Dengan berat hati, Takuya menyimpan kembali perasaannya terhadap bawaannya.

Setelah ramen habis, Luna pulang ke rumahnya. Takuya mengantar Luna pulang sampai ke depan pagar rumah Luna. Setelah itu. Luna masuk ke dalam kamarnya dan duduk sejenak sebelum mandi.

"Berapa lama lagi aku harus menunggu Henry? Sampai kapan dia akan diam seperti ini?" keluh Luna.

***

Malam ini hujan turun dengan deras. Luna beruntung karena dia sudah tiba di dalam rumahnya sebelum hujan turun. Terlebih, Luna beruntung karena pulang diantar menggunakan mobil. Luna tidak perlu menunggu bus kota malam ini.

Luna mengecek ponselnya setelah keluar dari dalam kamar mandi. Luna terkejut karena ada banyak panggilan tidak terjawab dan pesan yang belum dibacanya.

Luna bergegas membuka pagar rumahnya. Di depan pagar itu, terdapat sosok Henry yang sudah basah kuyup. Luna langsung membukakan pagar rumahnya untuk menyambut kedatangan Henry.

"Henry?" tanya Luna dengan wajah terkejut.

Henry memajukan posisinya mendekati Luna. Henry langsung memeluk tubuh Luna karena kekhawatirannya. Henry pikir, Luna pergi entah kemana.

"Syukurlah kamu ada di rumahmu," ucap Henry.

"Henry, ada apa ini?" ucap Luna sambil mencoba melepaskan pelukan dari Henry.

"Kamu sudah berhasil membuatku khawatir! Kemana saja? Kamu tidak mengangkat teleponku dan juga membaca pesanku. Coba saja kamu lihat, ada berapa jumlah panggilan tidak terjawab dariku?" tanya Henry.

"Apakah aku adalah seorang anak remaja yang pantas untuk dikhawatirkan jika aku pergi tanpa kabar? Aku ini sudah besar dan aku punya hak untuk pergi ke tempat yang aku inginkan," ucap Luna.

"Luna, akhir-akhir ini kamu banyak berubah ya! Kamu tidak seperti Luna yang aku kenal selama delapan tahun ini," ucap Henry.

"Maaf kalau aku sampai membuatmu khawatir. Tapi, aku baik-baik saja," ucap Luna.

Henry masuk ke dalam rumah Luna. Rumah itu jauh lebih sepi bila dibandingkan dengan tiga tahun yang lalu. Kedua orang tua Luna telah tiada. Mereka pergi demi kebahagiaan Luna. Diantara mereka bertiga, hanya Luna yang selamat dari kecelakaan tragis waktu itu.

Luna sangat kuat. Semua hal dikerjakannya sendiri. Walaupun sibuk bekerja lima hari dalam seminggu, tapi, untuk urusan rumah tangga, Luna cukup ahli. Isi rumah Luna tertata dengan rapih. Sampai tidak berserakan. Lantai tidak berdebu.

Sebenarnya, Luna memiliki seorang kakak laki-laki. Tetapi, kakak kandungnya itu sering tidak ada di rumah karena pekerjaan. Terpaksa, Luna tertinggal di rumahnya dan semua urusan rumah tangga dikerjakannya sendiri.

Jika semua teman Luna memiliki foto wisuda bersama salah satu orang tuanya atau kedua orang tuanya, berbeda dengan Luna. Luna tidak memiliki foto seperti itu. Satu-satunya foto studio yang Luna miliki dengan memakai pakaian wisuda hanyalah foto dirinya bersama dengan Henry, sahabat terbaiknya.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang