Part 8

138 6 0
                                    


Samar-samar Luna membayangkan apa yang telah terjadi selama delapan tahun belakangan ini. Marvin benar. Henry adalah orang yang paling dekat dengannya selain anggota keluarga. Henry sudah hafal segala hal tentang Luna. Mulai dari hobi, kebiasaan belanja, warna kesukaan, musik kesukaan, acara televisi kesukaan, dan hal kecil lainnya. Tidak banyak yang dirahasiakan diantara mereka berdua.

Henry adalah tema pertama yang menemani Luna di hari meninggalnya kedua orang tua Luna hingga hari pemakaman kedua orang tua Luna. Bahkan, Marvin pun tidak bisa menenangkan emosi Luna saat mendengar orang tua Luna kritis di rumah sakit setelah kecelakaan.

Luna mengingat kembali masa-masa tragis itu.

Flashback

Pertengahan Juli 2013

Karena Luna sedang libur musim panas, Luna dan kedua orang tuanya berencana untuk pergi jalan-jalan bersama. Mereka berencana untuk pergi ke rumah salah satu saudara dari ayahnya yang tinggal di kota Los Angeles.

Marvin tidak bisa ikut karena pekerjaan. Marvin harus menghadiri konser amal yang sudah ditandatanganinya. Hal itu membuat Marvin sangat sibuk dan tidak bisa pulang ke rumah untuk sementara waktu.

Saat di perjalanan, sebuah truk besar menabrak mobil yang dikendarai oleh ayah Luna. Supir truk yang mengendarai mobil itu mengantuk dan mabuk, sehingga menyetir dengan sangat kacau. Mobil milik ayah Luna sangat rusak. Kaca depan mobil itu pecah dan spionnya terlepas dai badan mobil. Selain itu, keluar api dari bagian mesin mobil, yang mengakibatkan bagian depan mobil sedikit terbakar.

Luna yang duduk di kursi belakang mobil langsung keluar. Seorang pria membuka pintu belakang mobil Luna setelah Luna membuka kuncinya. Luna diamankan oleh pria itu, lalu pria itu menelepon 911. Kedua orang tua Luna dibawa dengan mobil ambulans menuju ke rumah sakit terdekat.

Luna hanya mengalami luka kecil saja. Dokter hanya perlu untuk menjahit bagian dekat pelipis kiri Luna. Sementara itu, dokter lain harus melakukan operasi terhadap ibu Luna. Ayah Luna sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Begitu juga dengan supir yang mabuk itu. Supir truk itu juga tidak dapat diselamatkan.

"Henry," ucap Luna dengan berkaca-kaca.

"Luna, kenapa kamu berbicara dengan nada seperti itu? Bagaimana perjalanmu ke rumah pamanmu?" tanya Henry.

"Henry...." Ucap Luna.

"Hey, ada apa?" tanya Henry.

"Aku berada di rumah sakit Beverly Hills," ucap Luna.

"Kamu berada di rumah sakit? Kenapa?" tanya Henry dengan terkejut.

"Mom dan Dad meninggal," ucap Luna.

"Apa katamu? Meninggal? Kenapa bisa seperti itu?" tanya Henry.

"Akan aku jelaskan kalau kamu sudah tiba di sini. Marvin juga akan datang setelah konser amal berakhir. Maaf karena aku mengejutkanmu di malam hari seperti ini. Sudah lewat pukul sepuluh malam," ucap Luna.

"Tidak apa-apa. Aku sedang tidak berada di dalam rumah. Ibuku bertengkar dengan ayahku. Mereka akan bercerai dan akhir tahun ini, ibuku akan menikah dengan pria lain," ucap Henry.

Setelah Henry tiba di lantai tiga gedung rumah sakit Beverly Hills, Henry langsung berlari mendekati Luna. Henry memeluk tubuh Luna dan Luna menangis di dalam pelukan Henry. Luna menangis sekencang-kencangnya. Seluruh air mata yang bisa dikeluarkannya membasahi kaus berwarna abu-abu yang dikenakan oleh Henry.

"Maaf," ucap Luna setelah dia sadar kalau dia sudah membasahi hampir seluruh bagian kaus abu-abu Henry.

Luna dan Henry menyudahi pelukan mereka. Selain karena kaus yang dipakai oleh Henry sudah sangat basah, karena kedatangan Marvin di dekat mereka. Pasti Marvin sudah menyaksikan pelukan erat itu selama beberapa menit.

"Aku tidak bermaksud untuk mengganggu waktu kalian," ucap Marvin.

"Marv," ucap Luna di depan kakaknya.

"Ya, aku tahu kalau mereka sudah pergi meninggalkan kita. Aku juga sedih. Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa menahan rasa sedihku," ucap Marvin.

"Marvin, ponselmu tertinggal di jok mobil," ucap Mia, manager Marvin.

"Terima kasih Mia," ucap Marvin.

Dua orang suster mendorong tempat tidur yang dipakai oleh ibu Luna. Kedua suster itu membawa ibu Luna menuju ke kamar mayat sebelum besok dibawa ke tempat pemakaman. Jasad ayah Luna sudah lebih dulu dibawa ke ruang mayat oleh para suster.

"Baru saja masuk ke ruang ICU beberapa jam, tetapi Mom sudah pergi meninggalkan kita," ucap Luna.

"Semua sudah diatur oleh Tuhan," ucap Marvin untuk menyemangati Luna.

Setelah jasad ibu Luna dibawa ke ruang mayat, Marvin mengurus administrasi ke meja administrasi. Marvin sudah menjadi kepala keluarga dan Marvin harus mengurus semuanya. Biaya rumah sakit dan biaya pemakaman menjadi tanggung jawabnya, selain bertanggung jawab untuk melanjutkan biaya pendidikan Luna. Luna masih menjadi seorang mahasiswi di UCLA: University of Carlifornia Los Angeles tahun ke tiga.

Keesokan harinya, kedua orang tua Luna dimakamkan. Semua hadirin memakai pakaian berwarna hitam. Luna memakai dress hitam selutut. Henry dan Marvin memakai jas berwarna hitam.

Di acara pemakaman itu, hadir keluarga paman Luna yang tadinya akan dikunjungi Luna. Selain itu, hadir adik kandung Henry. Luna sudah mengenal baik adik kandung Henry, sehingga mereka tidak merasa canggung saat bertemu.

"Luna, aku turut berduka cita," ucap Katie, adik Henry yang imut.

"Terima kasih Katie," ucap Luna.

Luna menangis sekali lagi. Walaupun Luna sudah berusaha untuk menahan air matanya, tetapi Luna tetap menangis.

Marvin yang dari tadi mencoba untuk menenangkan Luna, harus gagal karena Luna tidak bisa mengontrol emosinya. Setelah itu, Henry mencoba untuk berbicara kepada Luna.

"Luna, jangan menangis terus!" ucap Henry.

Henry menarik lengan kanan Luna, lalu membawa Luna menjauhi makam kedua orang tuanya. Henry memeluk Luna beberapa saat agar Luna bisa menghentikan tangisannya.

"Terima kasih," ucap Luna kepada Henry.

"Tersenyumlah!" ucap Henry.

Luna tersenyum setelah menghentikan tangisannya. Henry ikut tersenyum setelah melihat Luna tersenyum. Setelah itu, mereka kembali ke depan makam orang tua Luna. Keluarga paman Luna mengajak Luna, Marvin, Henry, dan Katie untuk makan siang bersama.

***

Luna tidak dapat tidur dengan tenang. Perasaannya tercampur aduk antara senang dengan sedih. Luna bertanya tanya di dalam hati kecilnya. Apakah benar Luna telah berubah? Apakah secara tidak langsung Luna telah membuat persahabatannya dengan Henry menjadi kacau balau?

"Belum tidur?" tanya Marvin saat melihat Luna keluar dari dalam kamarnya.

"Aku hanya ingin ke kamar mandi sebentar," ucap Luna.

"Baiklah," ucap Marvin.

Setelah Luna keluar dari dalam kamar mandi, Luna berjalan ke arah kamarnya. Marvin mematikan televisi dan hendak masuk ke kamarnya untuk tidur.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang