Part 21

120 5 0
                                    


Bulan Februari telah tiba. Luna sedang berada di ruang ganti baju di sebuah gereja. Seorang fashion stylist sedang mendandani Luna secantik mungkin, karena hari ini adalah hari yang paling bahagia baginya, yaitu hari pernikahannya.

Di depan ruang ganti baju, Takuya sudah siap dengan tuxedo berwarna hitamnya. Takuya juga sudah membawa cincin dan meletakkan cincin di dalam saku celana panjang hitamnya.

Kedua orang tua Takuya tidak ingin datang ke acara pernikahan hari ini. Lebih tepatnya, mereka kurang setuju. Sebab, mereka masih mengharapkan wanita seperti Alice, yang memiliki segalanya. Berbeda sekali dengan Luna yang hanya bekerja sebagai karyawan biasa. Takuya juga tidak masalah bila kedua orang tuanya serta kakeknya tidak mau hadir. Takuya tidak butuh restu dari siapa-siapa selain dari pihak Luna.

"Sudah siap?" tanya Takuya ketika perias sudah membukakan pintu untuk Takuya.

"Sudah," jawab Luna.

Takuya mengulurkan tangan kanannya untuk menyambut Luna. Luna berjalan meraih tangan kanan Takuya dan mereka bergandengan tangan. Marvin berjalan di belakang mereka sebagai pengganti sosok ayah yang menyerahkan anak perempuannya ke depan altar.

Sesampainya mereka di depan pintu utama gereja, Takuya masuk terlebih dahulu. Setelah itu, Luna masuk didampingi oleh Marvin. Untungnya, tidak ada wartawan yang datang untuk memfoto Marvin dan Luna karena Marvin tidak mengumumkan pernikahan Luna secara terang-terangan.

Paduan suara membuka sakramen pernikahan dengan menyanyikan sebuah lagu. Saat lagu mulai dinyanyikan, Marvin menggandeng tangan Luna dan mereka berjalan bersama di atas karpet merah menuju depan meja altar. Di depan meja altar, sudah ada Takuya yang berdiri untuk menyambut Luna.

Takuya dan Luna duduk bersebelahan pada bangku deretan paling depan. Setelah mereka duduk, paduan suara berhenti menyanyikan lagu pembukaan. Sekarang, giliran Pastur yang memimpin acara sampai selesai.

Tiba saatnya pertukaran cincin dan pemberkatan pernikahan. Setelah pastur memberikan khotbah, pastor akan meminta Takuya dan Luna untuk mengucapkan janji pernikahan mereka.

"Saudara Takuya Higashi. Apakah saudara mencintai saudara Luna Cornell dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?" tanya pastor yang memimpin sakramen.

"Ya, saya mencintai Luna Cornell dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit," jawab Takuya.

"Saudara Luna Cornell. Apakah saudara mencintai saudara Takuya Higashi dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?" tanya pastor.

"Ya, saya mencinta Takuya Higashi dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit," jawab Luna.

"Sekarang, waktunya untuk saling bertukar cincin pernikahan dan memberikan tanda cinta dengan berciuman satu sama lain," ucap pastor.

Takuya mengambil cincin yang sudah dia bawa dari dalam kotaknya. Saat Takuya mulai memasukkan cincin itu ke dalam jari manis Luna, seseorang datang sambil berlari dan membuat suasana menjadi kacau balau.

"HENTIKAN!" teriak Alice.

Semua umat memandang Alice. Kehadiran Alice membuat suasana menjadi kacau balau. Takuya bukan hanya merasa kacau, tetapi heran. Dari mana Alice tahu? Apa mungkin dari ayahnya?

"Ada apa ini?" tanya pastor.

"Mereka tidak bisa menikah! Seharusnya, Takuya menikah denganku," ucap Alice.

"Alice, ada apa ini? Bukankah aku sudah membatalkan pertunangan kita?" tanya Takuya di depan altar.

"Aku ini calon tunanganmu! Bulan depan kita akan bertunangan. Apakah kamu sudah lupa ya? Beraninya kamu bermain di belakangku!" teriak Alice.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang