Sesuatu yang ku miliki tapi tidak dengan ku yaitu kenangan ~
*Qoryan Pov
Kalian tahu bagaimana rasanya sudah menyakiti mantan kemudian berpisah. Namun beberapa waktu yang cukup lama takdir mempertemukan. Mempertemukan dalam keadaan yang kurang berfaedah. Ah shit~"STOP! ini rumah sakit bukan ring tinju!". Lerai Amran dengan nada yang cukup tinggi.
Ya. Setelah bertengkar kecil dengan Aiman. Akhir-akhir ini aku sangat sensitif, mudah terpancing emosi, tidak ingin di ganggu, dan sangat sering melamun. Begitu? Mungkin sejak pertemuan itu.
Aku lihat dia memeluk erat abinya sambil menangis. Dia selalu saja menangis. Di infus saja dia menangis, hari kemarin saat aku menyuntikkan obat ke tangan kanannya dia juga menangis, di ruang tunggu tadi dia nangis lagi, dan.. dan.... waktu aku memperkenalkan diri dengan kata singkat air matanya menetes. Apakah aku salah? Atau apakah aku memang di takdirkan untuk melihatnya menangis? Kurasa tidak.
Ku akui tadi sikap ku memang cuek. Aku sadar aku dokter tak seharusnya bersikap acuh tak acuh pada pasien, tapi.. ah! Sulit untuk menganggap bahwa dia pasien ku, dia itu mantan ku, yang sedang terbaring lemah di hadapan ku ini orang yang kusuka-_-
2 jam kemudian ...
"Alhamdulillah selesai, semuanya berjalan lancar, asmanya pun tidak kumat". Ujar dr. Abdu setelah melaksanakan tugas.
"Oke deh istirahaaaaaat huu". Lelah Amran sambil berjalan menuju ruang istirahat.
"Semoga cepat sembuh cantik". Doa dr. Lina sambil mengusap kepala Nay yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Sementara aku? Tidak. Dia hanya pasien ku, please kenapa jantung ku jadi berdetak lebih kencang? Oke fine! "Kontrol jantung mu Yan".
"Woy lo gak istirahat?". Tanya Amran mengangetkan ku.
"Dia kapan sadar?". Balas ku mengalihkan pembicaraan.
"Hmm mungkin sebentar lagi. Dan dia akan bernafas lewat mulut kan? Karena hidungnya di sumbat pakai kain kasa". Kata Amran.
"Eh iya sih. Nih anak sakitnya parah banget ya". Jawab ku.
"Buaanget. Tapi syukurlah karena orang tuanya perhatian jadi dia cepat di bawa ke rumah sakit". Jelas Amran.
"Yaudah makan yuk, 20 menit kemudian kita cek dia lagi". Lanjut Amran sambil menarik tangan ku.
"Gak". Singkat ku.
"Kenapa?". Tanya Amran heran.
"Gue mau disini aja nungguin dia sampai sadar". Putusku.
"Yaelah, cieeeee CLBK. Hahaha udah makan kita kesini lagi oke?". Tawar Amran yang sangat mengerti apa mauku.
Fix, aku menerima tawaran Amran.
Di ruang istirahat sudah ada dr. Abdu, dr. Lina, dr. Aiman, dan beberapa suster yang sedang makan.
"Dari mana aja lo? Sini makan". Ajak dr. Lina.
"Wetssss, makanan sore ini enak banget". Puji Amran sambil mengambil beberapa lauk dengan semangat.
"Yang bawa kan ibunya Nay". Jelas dr. Abdu.
"Uhuuukkk uhukkk". Aku tersedak air yang sedang ku minum hampir saja menyembur wajah Amran.
"Woy santai woy". Ucap dr. Lina.
"Hahaha lo kayak anak SMA aja yang lagi CLBK". Ledek Amran.
"Gue keluar". Singkat Aiman.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan cinta biasa
RomansaYaa Allah, berikanlah aku kekukuatan ekstra agar bisa menjaga cinta ini, hingga tiba waktunya. Yaa Allah, berikan pula aku kekuatan untuk melupakannya sejenak agar ibadah ku tetap ku nomersatukan, bukan karena aku tidak peduli padanya, justru! karen...