S A T U

7.7K 413 3
                                    

Murid baru, gelar yang–saat ini–disandang Prilly Latukonsina. Hari ini hari pertama Prilly menjadi kelas XII di sekolah barunya.

Dia berjalan dengan kepala yang ditundukan. Banyak pasang mata yang menatapnya, bukan kagum tapi jijik. Dan itu malah membuat Prilly puas. Mereka yang melihatnya pun dengan cepat kembali ke kegiatan awal yang mereka lakukan. Bergosip bersama teman, membaca buku dan lain-lain.

Ini mempermudah rencana, ucap batin Prilly.

***

Prilly masih berjalan mencari ruang kepala sekolah. Kepalanya menengok ke kanan dan kekiri dan dia sadar kalau di lorong sudah sangat sepi. Itu artinya bel masuk sudah berbunyi.

Memangnya dia sudah mencari berapa lama sih? Kiranya itulah yang sedang diucapkan batinnya.

"Gimana nih? Kan gak lucu masa hari pertama masuk sebagai nerd langsung terlambat. Bisa gagal penyamaran gue", umpat Prilly pelan.

Ya, Prilly memang sedang menyamar menjadi salah satu Nerd di sekolah barunya ini. Dia hanya ingin hidupnya tenang, tidak seperti di sekolah lamanya. Menjadi pusat perhatian. Bukannya sombong, tapi Prilly memang memiliki wajah yang cantik. Keluarganya yang terpandang pun membuat Prilly di dekati oleh murid-murid di sekolah lamanya. Prilly sangat benci hal itu, mereka hanya ingin memanfaatkannya!.

Matanya tak sengaja melihat siluet seorang lelaki yang ada di lapangan basket dan sedang meminum air mineralnya. Awalnya Prilly bingung, kenapa lelaki itu masih di luar kelas. Tapi, dia tidak memikirkannya lebih jauh. Sekarang dia tersesat dan lelaki itu terlihat santai.

Tanpa pikir dua kali Prilly berjalan mendekati murid itu. Saat sudah berada disampingnya dia menyentuh bahu lelaki itu dengan telunjuknya.

"Permisi", hanya satu kata yang membuat lelaki itu memandang kearahnya dengan terkejut.

Karena lelaki itu masih memandangnya tanpa berkedip membuat Prilly langsung mengatakan tujuannya menghampiri lelaki itu.

"Saya mau tanya, ruang kepala sekolah dimana ya? Saya cari dari tadi tidak ketemu. Sekolahnya luas banget, saya jadi bingung sendiri," ucap Prilly sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aliando" Sahut lelaki itu singkat sambil menyodorkan tangannya ke Prilly.

"Prilly?", sahut Prilly bingung sambil membalas uluran tangan Ali.

"Ayo gue anter," Ali bangun dari posisinya duduk dan berjalan mendahului Prilly yang masih diam.

"Buruan! Tadi Lo mau ke ruang kepsek kan?" Ali berteriak pada Prilly tanpa membalikan tubuhnya terlebih dahulu.

Prilly menjawab dengan mengangguk, walaupun dia tahu bahwa anggukannya tadi tidak akan terlihat oleh lelaki tampan itu. Ya, Prilly akui lelaki itu memang tampan. Matanya yang tajam, bulu mata yang tebal dan juga jangan lupa dengan jambulnya itu. Bisa dibilang sempurna. Kesan pertama dengan lelaki dihadapannya pun bisa dibilang baik, lelaki ini mau menolong Prilly. Terlalu asik melamun, Prilly sampai tidak sadar kalau dia sudah sampai di depan ruang kepsek.

"Woy! Udah sampe nih, malah bengong." Sentak Ali yang membuat Prilly tersadar dari lamunannya.

"Eh iya, makasih ya. Maaf ngerepotin," ucap Prilly gelagapan.

Saat tangannya sudah memegang handle pintu Prilly berbalik menghadap Ali yang juga sedang menatapnya. Prilly tersenyum dan berterimakasih tanpa suara.

"Ada-ada aja," gumam Ali sambil terkekeh geli.

***

Prilly menghembuskan nafasnya kembali sebelum masuk lebih dalam ke ruangan itu.

"Assalamualaikum."

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang