S E M B I L A N

6.5K 366 22
                                    

Prilly dan Ali duduk dihadapan Mamah Resi yang masih saja tersenyum. Ali memutar matanya malas melihat tingkah ibunya itu. Prilly masih menundukan kepalanya, dalam hatinya dia terus menyalahkan dirinya sendiri karena dia tadi diam saja saat Ali menciumnya.

"Jadi, ini toh alasan kalian milih pindah lebih cepat. Kalian gak mau diganggu sama orang rumah ya? Padahal kalau di rumah juga mamah gak bakal ganggu kok." Prilly mengangkat kepalanya dan wajahnya langsung memanas saat melihat mertuanya itu, memasang wajah menggoda.

"Emang salah kalau Ali pengen berduaan sama Prilly?" Ali menjawab godaan ibunya dengan santai, sangat kelewat santai. Prilly juga yang mendengar jawaban Ali langsung menatap Ali tajam. Matanya melotot mengisyaratkan'kenapa lo ngomong gitu?'

"Ahhh... gak salah sih, cuma lain kali itu pintu apartemennya di tutup dulu. Kamu buru-buru banget sih, pasti langsung nyerobot gitu aja. Iya kan Prilly?", Tanya Mamah Resi. Prilly bingung harus menjawab apa.

"Udahlah mah gak usah di bahas lagi. Lagian kenapa mamah ada disini, bukan Di Singapore?"

"Dasar kamu gak sopan sama orang tua, mamah pulang duluan dari Singapore waktu denger kabar kalau kalian mau pindah ke apartemen. Takutnya kalian itu berantem, tapi ternyata kalian akur-akur aja, kelewat akur malah."

"Emang salah akur sama istri sendiri?" Ali lagi-lagi menjawab ucapan bunya dengan pertanyaan.

"Gak asik baget kamu Li, yaudah lah mamah pulang aja!" Mamah Resi bangun dari posisi duduknya.

"Eh, nginep disini aja mah. Daripada mamah nanti di rumah sendirian." Prilly berusaha membujuk ibu mertuanya. Dalam hati dia merutuki sikap Ali yang sangat menyebalkan.

"Gak apa-apa sayang, mamah pulang aja. Om Syarief besok juga pulang", Mamah Resi tersenyum kepada Prilly yang dibalas senyuman dan anggukan oleh Prilly. Prilly pun mengantar ibu mertuanya ke pintu depan apartemen. Ali juga mengikuti kedua wanita itu dari belakang.

"Mamah pulang ya sayang, kamu hati-hati dirumah." Mamah Resi mengecup puncak kepala Prilly. Lalu pandangannya berpindah pada Ali.

"Jagain Prilly, awas kalau bikin Prilly nangis. Jangan macem-macem", Mamah Resi mencubit perut Ali membuat sang empu memekik pelan.

"Giliran sama anak sendiri, galak banget." Ali bergumam sangat pelan membuat Mamah Resi tak dapat mendengarnya.

"Assalamualikum","Waalaikumsallam"

Setelah menjawab salam, hanya ada keheningan diantara Ali dan Prilly. Prilly masih menatap pintu apartemen yang sekarang sudah tertutup. Ali juga diam, menunggu apa yang akan Prilly lakukan. Perlahan Prilly memundurkan langkahnya dan membalikan badannya.

"Aku pindah kamarnya jadi," Prilly berbicara tanpa menoleh ke Ali. Prilly takut jika dia melihat wajah tampan suaminya itu, dia akan mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

"O... oke," Ali menjawab dengan sedikit gugup. Tentu saja dia sedikit bersalah. Setelah memarahi Prilly sampai menangis, dengan seenak jidatnya dia mencium gadis itu. Dua kali.

Ali memutuskan untuk menuju keeuang tv, mengharapkan ada tayangan yang akan membuatnya terhibur. Sembari menunggu Prilly yang masih membereskan baju-bajunya di kamar. Tak lama kemudian, dia melihat Prilly yang sedang berjalan menuju kamar yang lain. Sambil membawa pakaiannya. Ali tetap diam dalam posisinya.

Beberapa menit kemudian, Prilly keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat lebih segar, juga rambutnya yang basah. Dengan santai Prilly duduk di single sofa disamping Ali.

"Ali, aku cuma mau ngejelasin supaya gak ada lagi kesalahpahaman kayak tadi lagi. Aku pindah kamar, karna aku mau kita mulai semuanya dari awal lagi. Seperti yang kamu bilang tadi di mobil dan parkiran." Prilly hanya diam memperhatikan dan menunggu reaksi lawan bicaranya itu.

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang