D U A B E L A S

5.8K 339 19
                                    

Dan tebakan kalian salah. Murid barunya bukan Randy

***

Prilly membelaklakan mata, mulutnya pun melebar tak percaya.

'Benarkah dia akan bersekolah disini? Satu kelas denganku?!' Batin Prilly berbicara.

Perlahan senyum tersungging dengan manis di wajahnya. Dia dipertemukan kembali dengan sahabatnya, Gritte. Senang? Tentu saja. Apalagi yang perlu Prilly khawatirkan? Dirinya dan Gritte sudah menyelesaikan kesalapahaman itu. Tapi, apa Gritte akan mengenali Prilly yang sekarang sedang menyamar?

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Gritte Agatha. Saya pindahan dari sekolah di Singapure. Semoga kita semua bisa jadi teman." Gritte mengalihkan perhatiannya ke keseliling kelas. Matanya berhenti saat melihat seseorang yang duduk di bangku depan meja guru. Dahi Gritte mengernyit, dia merasa tak asing dengan perempuan yang terlihat nerd itu.

"Prilly...?" Gumam Gritte pelan. Matanya memicing melihat Prilly lebih lekat. Kepalanya menggeleng pelan, Gritte pikir perempuan itu hanya kebetulan mirip dengan Prilly.

"Yasudah Gritte, kamu bisa cari tempat duduk yang kosong."

"Makasih bu," Gritte langsung berjalan ke tempat duduk yang kosong. Gritte berjalan dengan tatapan menerawang. Memikirkan apa sebelumnya ia pernah bertemu perempuan nerd itu.

***

Suara bel berbunyi di seluruh penjuru sekolah. Pertanda berakhirnya jam mata pelajaran. Tiba waktunya untuk murid SMA Satria membungkam suara bergemuruh dari perut mereka. Seperti tidak ada hari esok, mereka bergerombol menyerbu kantin, surga bagi para pelajar. Tak terkecuali Prilly dan Grace yang saat ini sedang berjalan menuju kantin.

Langkah Prilly terhenti saat ada sesuatu yang menyentuh pundaknya. Prilly pun membalikan badannya, saat melihat orang yang menyentug pundaknya, dia pun tersenyum.

"Lo, ikut gue!" Orang itu menunjuk dan tanpa aba-aba menarik tangan Prilly, membuatnya sedikit terhuyung. Grace yang melihat itu pun ingin protes namun terhenti karena Prilly mengangkat telapak tangannya dan mengangguk.

Prilly mengikut saja kemana tangannya itu ditarik. Dia tau hal ini akan terjadi, Gritte pasti akan menyadari kalau dia saat ini sedang menyamar menjadi nerd. Ya, Gritte yang menarik tangannya saat ini. Dalam hati, Prilly tersenyum geli. Pasti setelah ini, Gritte akan mengumpat tidak jelas.

"Lo! Ngapain sih dandan kayak begini?!" Gritte sedikit berteriak karena menahan rasa gemasnya, gemas ingin mencekik Prilly.g

"Baru nyadar mba?", Prilly berbicara kelewat santai membuat Gritte semakin gondok.

"Maksudnya apaan sih? Mau di bully lo? Atau gue aja yang bully lo?", Prilly berdecak. Bagaimana mungkin ada teman yang berbicara seperti itu? Ada, hanya Gritte.

"Ya, gapalah. Gue kepikiran aja sama ucapan lo. Gue, mencoba nyingkirin image 'Prilly' saat ini. Yang lo omongin waktu itu, semuanya bener. Semuanya terjadi karna gue", Prilly hanya tersenyum bodoh dan malah membuat Gritte merasa bersalah.

"Ck, gimanapun caranya lo itu tetep Prilly. Omongan gue waktu itu keluar gitu aja karena gue lagi emosi. Kalau gue yang bikin Lo dandan kayak gini, gue minta maaf." Prilly tersenyum geli melihat Gritte yang berbicara dengan serius.

"Udahlah gak usah dibahas, lagian seharusnya gue yang nanya. Lo kenapa bisa sekolah disini?" Prilly mengangkat kedua alisnya.

"Disuruh Om Rizal, katanya gue disuruh jagain anaknya yang manjanya minta ampun."

"Ck, lo itu iri sama gue. Makannya ngomong kayak begitu." Prilly memutar bola matanya saat Gritte merespon ucapannya dengan gelak tawa.

"Eh iya, si Ardy nyariin lo tuh. Katanya titip salam buat istri masa depannya. Sumpah ya, waktu tau gue mau ketemu Lo dia ribet banget. Ngebet pengen ketemu Lo, gue aja sampai ngakak. Emang lo gak pernah ngabarin dia? Kejam banget sih. " Setelah Gritte berbicara, terdengar suara dari salah satu bilik.

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang