T I G A

6.5K 391 8
                                    

Tubuh Prilly terus menerus ditarik belakang . Tapi kaki dan tangannya tak tinggal diam, dia berusaha untuk memukul orang yang menariknya itu. Dan pilihan terakhirnya adalah menggigit tangan yang sedang membekap mulutnya.

"Shit!", orang itu melepaskan tangannya dari mata dan mulit Prilly. Tentu saja kesempatan itu dia gunakan untuk berlari dan menjauh.

Tapi, sepertinya Prilly gagal kembali. Pasalnya orang itu sekarang sudah memeluknya dari belakang, membalikan tubuhnya dan menghimpitnya di tembok. Prilly memilih memejamkan matanya karena takut, entahlah dia merasa kejadian ini tak asing.

"Buka mata lo," orang itu berucap tepat di depan wajah Prilly, membuatnya merinding.

Tapi tunggu, rasanya Prilly mengenal suara orang itu. Dengan perlahan Prilly membuka matanya dan tersentak sampai kepalanya terkena tembok di belakangnya cukup keras.

"Aww...", rintihnya sembari mengelus kepala belakangnya.

Orang didepan Prilly menatapnya tajam dan membuatnya menunduk.

"Angkat kepala lo, liat gue." Orang itu berucap dengan dinginnya. Prilly mengangkat kepalanya lagi dan terpaku pada mata hitam legam milik lelaki di depannya yang tak lain adalah Ali.

"I...iya?", Prilly berusaha untuk mengatur detak jantungnya. Itu semua karena Ali berada tepat didepannya, bahkan tubuh mereka hampir menempel.

"Lo gak usah pura-pura lagi, Prilly Latuconsina." Ucap Ali dengan menekankan nama Prilly.

Jantung Prilly kembali berdetak tidak karuan. Ali pasti sudah tau identitas aslinya. Prilly segera mengatur nafasnya dan balik menatap Ali dengan sama tajamnya, toh tak ada gunanya kalau dia mengelak.

"Oke, lo bener gue Prilly Latuconsina. Tapi gue gak bisa berhenti buat gak pura-pura. Jadi sekarang tolong minggir, gue harus piket."

Ali menampilkan smirk-nya. Lalu semakin mendekatkan tubuhnya dengan Prilly. Kepalanya maju membuat Prilly memejamkan matanya.

"Sayangnya gue gak mau minggir, sebelum lo berhenti pura-pura." Ali berbisik tepat di samping telinga Prilly.

"Lo gak punya hak untuk itu. Terserah gue mau berhenti atau gak. Dan satu lagi, disekolah anggap aja kita gak pernah kenal. Gue gak mau dapet masalah karena lo deket-deket sama gue." Setelah selesai bicara, Prilly mendorong Ali yang masih terdiam ditempatnya.

"Tapi lo tunangan gue!" Ali berteriak membuat Prilly diam ditempat sejenak, tapi langsung melanjutkan langkahnya. Seolah-olah ucapan Ali tidak berpengaruh apa-apa.

Ali mengerang frustasi. Tadi emosinya naik, karena melihat Prilly tidak memakai cincin pertunangan mereka. Padahal Ali memakainya tanpa takut ditanyai oleh sahabat-sahabatnya. Menghela nafas, Ali pun ikut meninggalkan halaman belakang sekolah dan memilih untuk menuju kelasnya.

Setelah sampai dikelasnya, Ali mendudukan tubuhnya dikursi dan menyender ke belakang sambil menutup matanya.

"Galau lo?", seseorang berucap dan duduk dihadapan Ali.

Ali menjawab dengan gumaman."Lo kenapa sih Aliando Syarief?", suara orang itu melembut.

"Jijik gue Rel", Ali mendengus dan menatap tajam Verrel. Sedangkan Verrel hanya mengedikan bahunya.

"Gak mau cerita nih bro?", Verrel menumpukan dagunya diatas kedua tangannya yang terlipat.

"Kepo lo!", sentak Ali dan melemparkan pulpen yang berada diatas mejanya kearah Verrel.

Kali ini Ali memilih tidak mau cerita kepada Verrel, sahabatnya. Dia hanya berpikir, tidak semua masalah harus ia ceritakan pada orang.

"Yeee... malah bengong lo. Kerasukan setan baru tau rasa!" Teriakan Verrel membuat Ali sadar dari pikirannya.

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang