E M P A T

6.3K 397 16
                                    

Prilly duduk dengan malas di sofa ruang tamunya. Setelah makan malam selesai. Kedua keluarga itu memutuskan untuk melanjutkan perbicangannya di ruang keluarga. Dan bagaimana tidak malas? Para orang tua sekarang ini sedang membicarakan tentang pernikahan Ali dan dirinya.

Gosh! Rasanya Prilly ingin segera menidurkan dirinya dikasur doraemonnya itu. Lagipula, dia disini diabaikan. Orang tuanya dan orangtua Ali malah asik sendiri berbincang, sementara Ali? Dia hanya menatap para orang tua dengan malas. Mungkin pemikiran Ali dan Prilly kali ini sama. Ingin pergi dari ruangan ini.

Prilly pun memutuskan untuk memainkan handphonenya. Lagi pula, Ali yang sekarang berada disampingnya pun hanya diam. Ali sama sekali tak mau mengajaknya berbincang.

From: Grace

"Prilly, temenin gue ke mall yuk!"

03:44 PM

Prilly membulatkan matanya saat mendapati pesan singkat dari Grace beberapa jam yang lalu.

To: Grace

"Maaf Grace, aku lagi ada urusan keluarga. Maaf juga baru bales pesan kamu jam segini. Soalnya baru sekarang aku megang hp. Maaf ya..."

08:23 PM

From: Grace

"GUE MARAH!!!!!!!!!!"

08.23 PM

To: Grace

"Marah kok bilang-bilang? Tapi, serius deh. Aku dari siangbantu mamah masak, jadi gak sempet megang hp. Aku janji deh, besok kita ke mall nanti aku traktir makan. Tapi jangan marah ya? Ya?"

08. 24 PM

From: Grace

"OKE!"

08.24 PM

Prilly terkekeh, dia memilih untuk tidak membalas pesan dari Grace. Memangnya dia perlu membalas apa lagi? Kepalanya menggeleng-geleng, sepertinya Grace akam menjadi teman yang baik untuknya. Tidak seperti 'manusia-manusia' yang berada di sekolahnya yang dulu.

Prilly menyimpan kembali hpnya. Prilly mengalihkan pandangannya ke Ali, dahinya berkerut bingung. Sejak kapan Ali memperhatikannya? Prilly pun membalas tatapan Ali seolah mengatakan 'apa'.

"Ikut gue", Ali berbisik di Telinga Prilly.

Prilly mengangguk dan menyusul Ali yang sudah berdiri. Sepertinya, para orangtua tidak menyadari pergerakan mereka. Ali pun menggandeng tangan Prilly menuju ke taman belakang. Jantung Prilly berdetak lebih kencang, karena Prilly baru kali ini di gandeng oleh lelaki selain Papanya. Pandangan Prilly terarah pada wajah Ali, entah bagaimana Prilly merasa malam ini Ali terlihat lebih tampan. Wajahnya yang terkena sinar bulan, hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal, bulu mata yang lentik.

Prilly menggeleng-geleng kan kepalanya sendiri. Apa yang baru saja dia pikirkan tadi?! Prilly pun kembali bernafas lega saat Ali melepaskan genggamannya.

"Prilly, tadinya gue mau ngomongin ini di sekolah. Tapi, berhubung gue mengormati permintaan lo sebagai calon istri gue. Permintaan perihal kita yang pura-pura gak kenal disekolah, jadi gue terpaksa menunda obrolan ini. Gini ya Prill, gue tau lo terpaksa nerima perjodohan ini. Tapi tolong, lo sedikit aja hargain gue. Minimal lo hargain keluarga gue yang udah baik banget sama lo-"

Prilly memotong ucapan Ali dan tersenyum sinis. "Tunggu ya Li, bagian mana gue yang gak ngehargain lo dan keluarga lo?"

Ali meraih tangan kiri Prilly. "Ini, buktinya lo gak pakai cincin yang udah gue kasih sama lo. Lo tau? Cincin itu udah turun temurun, tapi gak lo pake. Lo itu emang gak bisa ngehargain gue. Gue tau kok cincin itu gak ada artinya buat lo."

Prilly memejamkan matanya, dia harus bisa mengatur emosinya saat menghadapi Ali.

"Denger ya Li, gue gak seburuk yang lo kira. Gue udah nerima perjodohan ini dengan ikhlas. Maka dari itu, gue akan belajar nerima segala yang berhubungan dengan perjodohan ini. Dan tadi lo bilang cincin? Gue pake kok Li. Tapi, sorry gue emang gak pake cincinnya di jari gue." Prilly melepas kalung yang dipakainya dan memperlihatkannya di depan Ali.

"Sorry cincinnya gak gue pake di jari. Gue gak bermaksud untuk tidak menghargai keluarga lo. Awalnya gue cuma takut, kalau di sekolah lo ngenalin gue. Gue gak mau penyamaran gue sebagai 'si cupu' terbongkar. Tapi, ternyata lo udah tau penyamaran gue. Setelah gue niat pake cincinnya di jari. Gue pikir ulang lagi, terlebih setelah kita tabrakan dan gue yang langsung tenar di kalangan fans lo itu. Pasti nanti fans lo itu bakal cari tau tentang gue, cari masalah sama gue. Dan gue gak mau itu terjadi. Terserah lo mau ngomong gue egois atau apapun itu. Tapi yang gue mau cuma itu, gak lebih. Gue cuma pengen rasain punya kehidupan yang normal, punya temen yang nerima gue apa adanya, jauh dari kata-kata sanjungan, dan segala sesuatu yang bersifat fake. Apa itu salah? Maaf kalau gue egois dan Lo merasa gue gak ngehargain Lo." Prilly membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkan Ali.

Ali akui kalau dia memang salah, tapi Prilly juga salah bukan? Ali mengacak-acak rambutnya. Dia merasa bersalah, Ali sudah menyakiti hati Prilly.

Ali pun memilih pergi menyusul Prilly ke dalam rumah. Dilihatnya Prilly sedang duduk dan memainkan handphonenya tanpa berniat melihatnya sedikit pun.

"Loh kamu dari mana?" Mamah Resi bertanya dengan bingung, pasalnya dia sama sekali tak melihat Ali keluar.

"Cuma keluar sebentar, cari angin." Ali menjawab sambil duduk kembali di samping Prilly yang sudah tak memainkan handphonenya.

"Berhubung Ali nya juga udah disini. Gimana kalau kita omongin sama anak-anak  tentang hasil diskusi kita tadi?," kali ini mamah Ully yang berbicara dengan mata berbinar.

"Ada apa mah?", Prilly bertanya karena bingung ibunya yang kelewat antusias itu.

"Kita udah tentuin tanggal pernikahan kalian." Mamah Ully menjawab dengan senyum manisnya. Prilly dan Ali terdiam.

"Kapan?", Ali bertanya dengan tenang.

"Akad nikahnya seminggu lagi."

"Apa?!", Prilly berteriak sangat kencang membuat semua orang di ruangan itu kaget dan mengelus dadanya.

"Kalian gak bercanda kan? Aku sama Ali itu baru kenal beberapa hari. Tiba-tiba langsung nikah gitu aja? Lagipula, kita juga masih sekolahkan? Nikahnya gak bisa nanti udah lulus aja ya?", Prilly berbicara sambil menatap kedua orangtuanya dan juga orang tua Ali.

"Sayang, tante tau kamu belum terbiasa dengan semua ini. Tapi selama menunggu 1 minggu itu, kalian kan bisa lebih deket lagi. Kalau urusan sekolah kamu gak usah khawatir, gak bakal ada yang tau kalau kalian bakalan nikah. Itukan sekolah keluarga Syarief. Dan kenapa kami gak nunggu kalian lulus? Ya karna kami mau aja. Hehehe", Mamah Resi berbicara dengan kekehannya.

Prilly mengumpat dalam hati. Kenapa tiba-tiba hidupnya jadi seperti ini? Prilly memang setuju dengan perjodohan ini, tapi gak dengan menikah di usianya yang sekarang. Prilly melihat kearah Ali, sedangkan yang dilihat hanya menaikan alisnya dan mengedikan bahu.

"Prilly setuju", Prilly tersenyum paksa.

"Ali juga setuju kok", Ali tersenyum sangat manis membuat Prilly memutar bola matanya.

***








Tbc

22 Mei, 2017

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang