E N A M

6.5K 359 11
                                    

Pagi ini adalah jadwal kepulangan keluarga Ali dan Prilly ke Jakarta. Awalnya mereka berencana untuk menetap sampai hari Selasa. Tapi, Prilly meminta kepada orang tuanya untuk pulang ke Jakarta. Karena Senin dirinya dan Ali harus sekolah, mereka sudah ijin dari hari kamis. Tidak enak kalau Senin nanti mereka harus izin lagi. Itulah alasan yang diberikan Prilly kepada orang tuanya. Orang tuanya pun tak punya pilihan lain untuk memenuhi permintaan anak perempuannya itu, terlebih Papa Rizal juga harus kembali bekerja.

Dan disini lah Prilly, duduk disamping Ali yang sedang duduk dibalik kemudi. Tak ada obrolan sampai saat ini. Prilly hanya memainkan hpnya, membalas pesan-pesan dari Grace yang menanyakan dirinya kapan kembali masuk sekolah.

Prilly melirik Ali yang sedang fokus melihat jalanan. Prilly jadi teringat Sarah, mantan pacar Ali yang 'katanya' baru putus. Apa Ali dan Sarah putus karena pernikahan ini? Ingin rasanya Prilly bertanya.

Ali melihat kearah Prilly yang sedang menatapnya lekat. Kedua alisnya terangkat seolah bertanya 'apa?' Kepada  Prilly. Prilly menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

"Prill, kenapa minta pulang?" Ali bertanya saat merasa tidak enak dengan keheningan yang terjadi. Aneh, padahal Ali biasanya sangat tak acuh dengan sekitarnya.

Prilly yang mendengar pertanyaan itu sontak menatap Ali. Ingatannya berputar pada kemarin malam. Tadi malam dia bermimpi buruk dan itu terasa sangat nyata. Saat ia turun menuju dapur untuk mengambil minuman pun Prilly melihat sekelebat bayangan, membuatnya takut seketika. Tapi, tak mungkin jika Prilly menceritakan yang sebenarnya pada Ali. Bisa malu dia, karena dianggap penakut.

"Hei, ditanya malah bengong." Ali mengusap wajah Prilly, membuat Prilly memelototkan matanya pada Ali.

"Gue takut ketinggalan pelajaran aja. Ngomong-ngomong kita nanti bakal tinggal di rumah orang tua lo?"

"Untuk sementara, tapi nanti kita bakal tinggal di apartement aku." Prilly hanya mengangguk mendengar pernyataan Ali. Pandangannya kembali diarahkan ke luar jendela mobil.

"Ngapain ngeliat keluar mulu sih? Mending liat aku yang ganteng ini." Ucap Ali narsis.

"Li, jujur ya gue sebenernya aneh denger lo ngomong aku-kamu. Terus mumpung gue inget nih ya, sebenernya kenapa sih lo kayaknya baik banget sama gue? Padahal setau gue lo itu cuek banget di sekolah."

"Aku ngomong aku-kamu supaya lebih enak aja, kita itu udah nikah loh Prill. Terus kenapa aku baik? Karena kamu itu istri aku. Ternyata kamu diem-diem suka merhatiin aku disekolah ya?", Ali tersenyum jahil.

"Kalau gitu aku juga akan belajar seperti kamu. Tapi jangan geer ya, aku gak pernah merhatiin kamu. Grace tuh yang suka ngegosipin kamu, apalagi tentang mantan kamu itu." Prilly sengaja menekankan kata 'mantan' untuk melihat reaksi Ali.

"Gitu ya?", Ali masih tersenyum jahil. Membuat Prilly menggeram perlahan.

"Gak ada inisiatif banget, ceritain kek tentang mantannya." Prilly menggumam sangat pelan.

"Apa Prill? Gak kedengeran" Ali bicara saat tidak mendengar gumaman Prilly yang sangat pelan itu.

"Gak", Prilly kembali melihat ke arah luar Jendela.

Lagian gue kepo banget sama kehidupan dia, ucap batin Prilly.

***

Prilly dan Ali duduk dalam diam, menikmati sarapan pagi mereka. Hanya dentingan sendok-garpu yang terdengar disana. Suasana sangat hening karena mereka hanya duduk berdua di meja makan itu.

Orang tua Prilly sudah pulang kerumah mereka, bahkan mungkin sudah kembali bekerja ke luar kota. Orangtua Ali pun sama, setelah sampai di rumah kemarin. Papa Ali mendapat panggilan bahwa ada pertemuan mendadak di Singapura. Jadi, di rumah hanya ada Ali, Prilly dan para pekerja.

My Wife Is Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang