Mendung yang mengandung gerimis, membuai melenakan
Syafa pov
Sejak kesalahpahaman saat di puncak, hubungan kami semakim membaik, komunikasipun makin lancar. Kami mulai saling menanyakan dulu sebelum menyimpulkan sesuatu hal.
"Mas ahad besok adek ijin dauroh boleh nggak?"tanyaku membuka percakapan saat hendak tidur. Saat hendak tidur seperti inilah waktu berkualitas kami untuk saling bercerita, saling diskusi.
"Ahad besok? "
"Iya, kita ada acara?"
"Ada undangan ulang tahun pernikahan atasanku dek"
"Trus menurut mas gimana? "
"Balik lagi ke adek. Silakan adek buat keputusan dan pasti ada alasan kenapa adek ambil keputusan itu?"ucapnya sambil membelai rambutku
"Adek datang ke dauroh kalo mas izinin "
"Alasannya apa, kalo mas boleh tau? "
"Dauroh ini sebagian dari agenda da'wah adek. Dan bila adek keluar untuk berda'wah dan mas meridhoinya maka mas juga akan dapat pahala seperti adek berpahala. Dan mas juga tau kan kalo ulang tahun itu bukan hadlarah yg boleh di ambil oleh kita sebagai muslim. Nah sekarang point nya mas izinin adek nggak buat dateng ke dauroh? "
"Iya... Mas izinin."
"Makasih ya mas... "
Aku bersyukur suamiku paham, sehingga kegiatan da'wahku tidak terganggu. Walaupun kita berbeda thariqohnya, tapi kami tak mempermasalahkannya.
Sebulan ini kerjaanku full, di tambah setiap weekend pasti ada kegiatan, ataupun mengunjungi mba Rahma atau mba Husna.
Akhir-akhir ini setiap pulang dari kantor badanku terasa lelah sekali. Bahkan terkadang setelah sholat isya aku tertidur masih dengan mukena yg menempel ,sampai-sampai mas Wawan suamiku geleng-geleng kepala dan sering mengataiku pelor alias nempel molor. Aku sendiri juga bingung dengan rasa capekku yang tak bisa kompromi ini. Aku yang biasanya rajin sekarang males tanpa alasan, setiap merebahkan badan pasti langsung pulas. Tak jarang aku ketiduran di mushola kantor.
Seperti sabtu ini, seusai halqoh aku berkunjung ke mba Husna, aku yang niatnya hanya rebahan malah pulas di depan tv, yang membuat suamiku hanya geleng-geleng kepala melihatku tertidur pulas.
"Kamu lagi banyak kerjaan ya dek?" tanya mba Husna setelah aku bangun hendak sholat dhuhur .
"Iya mba, lagi banyak deadline. Badan rasanya remuk "
"Jangan di paksakan dek, dzolim sama diri sendiri kalo adek nggak istirahat "nasehatnya
"Iya mba... "
"Jadi kapan isi?"
"Hah!! Isi.... Maksudnya mba?" tanyaku heran
"Hamil... "
"Belum tau mba, kemaren kami ke dokter seperti saran mba.. katanya kami baik-baik aja mba"
"Syukurlah,jangan di tunda ya dek. Suamimu udah cukup matang untuk jadi seorang ayah.. "
"Iya mba.. Doakan kami aja mba"
Semakin hari rasa capek semakin menyiksaku. Bisa di pastikan usai sholat isya aku langsung tidur, bahkan tak jarang melewatkan makan malam, alhasil suamiku makan sendirian. Dan seminggu lebih ia 'berpuasa' karena mungkin nggak tega melihat aku kelelahan.
Ikwan pov
Entah seberapa banyak kerjaan istriku di kantor. Aku perhatikan lebih dari tiga minggu ini dia selalu kelelahan. Kondisi pekerjaanku pun tak jauh beda, aku memang sibuk akhir-akhir ini, sehingga jarang memanjakannya, mungkin itu yang membuat dia agak manja beberapa hari belakangan ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam CintaNya (Tersedia di Google playbook)
SpiritualTulisan pertamaku di sini... Perjuangan cintaku bersamanya untuk mendapatkanNya Berharap berjodoh tidak untuk dunia saja namun juga sampai akhirat. Sebuah penyatuan cinta yg berpondasi pada ridhoNya Jatuh bangun dalam membina rumah tangga Cinta, i...