7.Air mata khitbah...

9.7K 601 12
                                    

Hidup akan terus berjalan dan berproses...
Meninggalkan hari lalu dengan segala kenangan yang ada
Melangkah menuju esok hari
Laksana roda yg selalu berputar menuju tempat tujuannya

Ikhwan pov

Setelah mendengar penjelasan mba Husna tentang situasi yang di hadapi Syafa, aku paham kenapa gadis itu terlihat sedih.

Walaupun pada pertemuan pertama kali mba Rahma sudah mengatakan hal ini mamun tetap saja aku kaget, terlebih reaksi kakak sulungnya.

"Ane udah menduganya Wan... "Sahut Hafidz saat aku menemuinya dan menceritakan semua

"Trus apa kata Syafa?? "

"Dia bilang siap menerima segala resiko dari keputusan yang di ambil"

"Trus ente gimana? "

"Hmmmmm"

"Wan, beban ente berat... Syafa udah ambil keputusan, ane harap kamu dukung dan jaga hatinya. Buktikan kalo ente layak buat Fafa"

"Fidz ,boleh ane tau bagaimana kakak-kakak Syafa itu.. Maksud ane tentang status sosial mereka..."

Hafidz terdiam sejenak...

"Secara materi kakak-kakak Syafa termasuk golongan berada. Mas Usman yg pernah aku ceritakan dulu dia seorang diplomat senior,bahkan denger-denger kandidat dubes kalo nggak salah. Kakak yg nomor dua mba Aida suaminya Rektor sekaligus pemilik universitas juga sekolah yg cukup terkenal di Surabaya, mba Anna anak nomor tiga dia pejabat strategis di kementerian ekomoni suaminya direktur perusahaan multinasional, dan yg sering kita temui mba Rahma dia punya jabatan juga di dirjen pajak dan suaminya pengusaha. "Jelas Hafidz yg membuatku agak mencelos. Pantas saja kakak-kakak nya menentang keputusannya, apalah aku ini.

"Aku paham kenapa kakak-kakak nya begitu menentang keputusan Syafa..."

"Ebte nggak usah minder Wan.. Syafa melihat apa yg kamu punya dan kakak-kakak nya nggak punya... "

"Maksudnya?? "

"Iman entw, kefahaman ente. Walaupun kalian beda harakah namun itu tak masalah selama kalian masih hanif dalam beragama. Istriku bilang Syafa mengatakan Aku mencintainya karena agama yang ada padanya, hilang agamanya hilang pula cintaku. Jadi aku harap jangan hilangkan agamamu, sehingga mengecewakan Syafa"

Aku terharu dengan pikiran gadis kecilku itu. Walaupun itu pantas karena dia aktif di suatu harakah. Syafa, gadis kecil yang rela mengambil keputusan yang membuatnya ditentang kakak yang selama ini menyayangi demi seorang pria yang entah bisa membahagiakannya apa tidak.

"Jangan kecewain ane ya Wan.. Walaupun kami saudara jauh, tapi ane sangat menyanyanginya.. Ane yakin ente sanggup Wan... "

Aku hanya mengangguk mantap.

Syafa pov

Aku terdiam di balkon menikmati semilir angin. Sambil menemani Syafiyya -anak sulung mba Rahma-melukis.

Sebuah tepukan lembut di bahu menyadarkanku dari lamuman. Aku tersenyum mendapati mba Rahma berdiri di sebelahku.

"Kok melamum?? Ada apa??"

"Iya tu ma.. Dari tadi aunty melamun terus.. "Jawab Syafiyya mewakiliku

"Kakak... Mama kan tanya sama aunty.. Kok kakak yang jawab... "

"Abisnya kakak kesel ma... Aunty nggak nyambung kalo di ajak ngomong " Sahut Syafiyya sambil cemberut .

Aku hanya tersenyum melihat adegan di depanku..

Dalam CintaNya (Tersedia di Google playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang