9.Lailatul zifaf

11.3K 607 9
                                    

Hakekat berumahtangga adalah melestarikan keturunan, sesuai fitrah manusia memenuhi gharizah nau nya

Ikhwan pov

Selasa malam ini kami harus balik ke Jakarta. Pukul sepuluh malam stasiun Tugu, mobilitas manusia masih ramai. Sebentar lagi kereta yang akan membawa kami ke Jakarta tiba. Terasa lucu bagiku, lima hari lalu aku di sini sendirian, sekarang ada tangan mungil yg aku gandeng. Yah aku hanya mendapat cuti tiga hari, lusa aku harus kembali berkutat dengan rutinitas. Akibatnya aku tak sempat mengajaknya berlibur. Berbeda dengan istriku ini, ia mendapat cuti seminggu.

Ngomong-ngomong masalah berlibur, aku sebenarnya sudah menyiapkan agenda bulan madu, namun harus batal saat cutiku tak bisa kuperpanjang karena aku harus menyelesaikan tanggung jawab pekerjaanku.

Tiga hari sejak menjadi istriku, Syafa masih mengenakan khimar saat denganku, pun ketika tidur dia gelisah saat ada orang di sampingnya,aku tau fakta ini dari bunda yang mengatakan Syafa akan susah tidur bila ada orang lain di sampingnya,dia akan gelisah sepanjang malam,jadi bunda minta aku untuk bersabar menghadapinya. Aku mengerti mungkin dia belum siap dan masih kikuk

"Masih lama ya mas? "

"Sebentar lagi, kenapa"

"Eng... Enggak kok.. "Jawabnya gugup

"Capek ya dek."

Ia hanya mengangguk kecil. Ku raih kepalanya hingga bersender di bahu kananku.

"Tidurlah...nantibkalo keretanya datang aku bangunin."

Syafa pov

Dingin ac kereta ini bener-bener kebangetan. Padahal aku udah berjaket tebal dan berselimut, tapi masih aja terasa dingin. Saat aku menggigil kedinginan, di sebelahku bapak satu alias misuaku ini dengan santai memejamkan mata.

"Nggak peka"batinku

Mungkin terusik aku yg gelisah ia membuka mata.

"Kenapa"

Aduh datar banget mas nadanya. Sebagai orang baru aku kadang bingung dengan maksud kata-kata nya, selalu datar kayak balok kayu.

"Kedinginan dek"

Aku hanya mengangguk. Kemudian ku rasa tangan kokohnya memelukku, menyenderkan kepalaku di dada bidangnya. Rasa hangat dan nyaman menyelimuti hatiku. Aku mencari posisi yang nyaman untuk tidur di dada bidangnya.

"Diam dek. Nanti juga hangat,tidurlah"

Bluussss.

Mukaku menghangat,akupun memeluk pinggangnya.

Usai sholat subuh di Istiqlal, kami bergegas ke kost suamiku. Ya dia telah meminta ijin untuk mengajakku pulang ke kost. Toh kami tidak menginap, karena harus beres-beres untuk menempati rumah kontrakan baru.

Aku memasuki kamar kost suamiku, rapi itu yg pertama ku nilai. Ya aku tau dia sangat suka kerapian. Maskulin, penilaian keduaku

"Masuk. "

Ya Tuhan ni suami menyuruh apa mempersilahkan sih, datar banget.

"Istirahatlah, mas cari sarapan dulu. Pintu di kunci ya takut ada yang main masuk aja"

Ya Rabbi, untuk kalimat sepanjang itupun nadanya masih lempeng... Aish... Otakku bisa cepet aus ini menerka maksud omongannya.

"Mas...kamar mandinya di dalem kan?? "

"Iya, sikat gigi dan lain-lain ada di nakas pojok ya. Perlu bantuan lagi? "

"Enggak mas"

"Aku pergi dulu"

Dalam CintaNya (Tersedia di Google playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang