Tak ada persahabatan antara wanita dan pria kecuali dalam ikatan halal
Separuh dien akan ku jemput bersamamu, penyempurnaan ibadahkuSyafa pov
Waktu berjalan begitu cepat, hari yang di nantikan telah tiba. Halaman depan rumahku di sulap menjadi tempat walimahan dengan tenda dan dekorasi yang bernuansa biru,warna favoritku..
Di hari bahagia ini keluarga mas Usman dan mba Anna benar-benar tidak datang, hanya mba Aida dan keluarga yang bilang akan datang pas walimahanku. Itu cukup membuatku terhibur.
Alhamdulillah aku mendapat ijin cuti satu minggu, hingga aku bisa menyiapkan segala sesuatu tanpa merepotkan banyak orang. Walimahku ini tak mengundang banyak orang, hanya keluarga dan kerabat dekat, pun tak ada acara apapun, hanya akad nikah dan tauziah saja. Bunda juga mengundang anak-anak yatim yang di santuni oleh kelompok pengajuannya.
Mba Husna telah datang terlebih dahulu dan mendampingi mba Rahma yang menungguiku di makeup oleh perias. Banyak perdebatan kecil saat aku di rias, masalah alis yang nggak ku ijinkan untuk di cukur, khimarku yang harus menutup dada, makeup yg tipis. Sang perias hanya geleng-geleng saja, sedang mba Rahma terus membisikinya agar menurut apa mauku.
Jilbab putih dengan khimar biru laut, aku sudah menginfokan warna pakaianku ke mba Husna agar warna yg di pakai calon suamiku bisa serasi karena kami nggak ada acara fitting dll. Aku melihat diri di depan cermin, benar-benar berbeda mukaku. The power of makeup kata orang ma.
Pukul sepuluh prosesi akad nikah di mulai. Masih ada waktu lima belas menit lagi, dan ruang tamu di rumahku sudah ramai yang menandakan mempelai pria dan keluarga sudah datang.
Jantungku berdetak kencang,hatiku berdebar, tanganku basah oleh keringat...Tak lama terdengar suara melantunkan beberapa ayat yang berisi tentang suami istri hak dan kewajibannya yg dipilih oleh ayah. Ayah memang meminta calon suamiku itu untuk murajaah ayat-ayat itu sebelum mengucapkan akad nikah. Hatiku terasa sejuk mendengar bacaanya yang fasih dan bagus, tak salah aku menerimanya. Semoga akhlak dan sifatnya semakin bagus.
"Akad nikah bentar lagi dek... "Bisik mba Rahma saat ayat terakhir selesai di lafazkan.
Aku hanya mengangguk, semakin berdebar-debar.
Suasana berubah menjadi hening, detik-detik perubahan statusku berjalan lambat. Ku gigit bibir bawahku, sedikit menghilangkan rasa cemas. Hatiku tetap berdzikir..
SAH!!!!!
Terdengar suara nyaring yg berarti mulai detik ini aku adalah seorang istri. Ya istri dari pria yang kukenal kurang lebih empat bulan ini. Menjadi pendamping dari pria yang berhasil mengalihkan duniaku. Mba Rahma memeluk erat. Aku memejamkan mata mengatur nafasku, air mata menetes pelan, ruangan ini menjadi sunyi. Aku merasa ada tangan yang mengusap lembut air mataku, juga aroma parfum yang asing di indera penciumanku.
"Kenapa menangis?? "
Aku terlonjak kaget dan bengong saat membuka mata dan mendapati seorang pria di depanku, ya dia Ikhwan suamiku. Aku tengok kanan kiri tak ada siapapun, ya fix kami hanya berdua. Kemana mba Rahma dan perias pergi? Kenapa aku nggak tau kalo mereka pergi? Berapa lama memang aku memejamkan mata? Dan kenapa aku nggak sadar ada orang masuk ruangan ini?
"Kenapa menangis? "Ulang nya saat mendapatiku hanya diam terbengong dalam lamunan, tak menjawab pertanyaannya.
"Eh.. Ti tidak.. A aku hanya.. Ah tak bisa ku ungkapkan"jawabku gugup dan aneh.
Dia hanya tersenyum. Senyum yang begitu lembut.
"Kita sholat sunah dulu ya, dua rakaat,nggak lagi halangan kan?"ajaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam CintaNya (Tersedia di Google playbook)
EspiritualTulisan pertamaku di sini... Perjuangan cintaku bersamanya untuk mendapatkanNya Berharap berjodoh tidak untuk dunia saja namun juga sampai akhirat. Sebuah penyatuan cinta yg berpondasi pada ridhoNya Jatuh bangun dalam membina rumah tangga Cinta, i...