saya kira selama ini perasaan saya terbalaskan,
saya kira selama ini semua yang ia ucapkan kepada saya adalah kebenaran,
saya kira selama ini ia benar-benar menyimpan perasaan untuk diri saya,
saya kira selama ini saya tidak sayang sendirian,
nyatanya itu semua hanyalah perkiraan saya,
dan realitanya jauh berbeda dari apa yang saya kira.aku terbangun di suatu pagi, masih dengan perasaan yang sama. perasaan dimana aku tersadar bahwa aku sangat menginginkan dirinya. perasaan dimana aku tau bahwa ia juga ingin bersama ku. lalu aku melihat dunia, melihat realita, bahwa ia tidak sama sekali memiliki keinginan seperti itu.
masih sesak rasanya, karena hati ini masih terikat, masih terikat kencang dan susah untuk dilepaskan. masih terasa segala kenangan yang berkaitan dengan dirinya, namun mengapa sekarang hanya sakit yang semakin memilukan?
saya kira semua yang ia katakan pada saya di setiap pertemuan kita adalah suatu kebenaran yang manis, namun nyatanya, kebenaran yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan apa yang ia katakan. ia telah menjadi pembohong ulung, dan aku telah menjadi keledai yang bodoh karena telah mempercayai manusia seperti dirinya.
hati ini, yang telah aku berikan seutuhnya untuk dirimu, ternyata dibuang begitu saja olehmu yang tak tahu malu. aku yang telah berjuang susah payah disini, harus menanggung pilu, dan menerima semua kenyataan bahwa ia tidak ingin lagi bersamaku. ia ingin aku pergi dari hidupnya, ia ingin aku mundur.
aku lelah,
masih saja lemah.
aku rindu,
masih saja cinta.
ingin bertahan,
namun apa daya?
ingin aku tetap memperjuangi cintanya,
namun apa balasan yang kudapatkan?
hanya perkataan pahit yang keluar dari bibir manisnya.
perkataan dimana kamu tidak benar-benar menyukaiku.
perkataan dimana kamu ingin aku pergi dari hidumu.
perkataan dimana kamu, masih menyukai sahabatku.

KAMU SEDANG MEMBACA
aku, kamu, (tanpa) kita.
Poeziehanya ada aku, kamu, dan yang sebenarnya terjadi adalah, tak pernah ada kata kita diantara hubungan ini.