kita kembali chat seperti semula.
membahas semua yang terjadi apa adanya.
tanpa ada pembahasan tentang diri-nya,
yang membuatku sedikit tenang.
kau menanggapinya dengan sedikit candaan,
yang membuatku tersenyum senang.
aku kira kita akan menjadi kita yang dulu, tanpa ada sangkut paut akan dirinya.
namun aku salah.kau kembali membahasnya.
membahas tentang dirinya.
kau berkata bahwa,
lusa adalah hari spesialnya.
lalu kau bertanya kepadaku apa hadiah yang bagus untuk kau berikan kepadanya.
pertanyaan yang sangat mudah bila dibandingkan dengan soal fisika.
tapi mengapa sakit untuk kujawab rasanya?aku telah mencoba untuk menahan sesak di dada.
aku telah mencoba untuk menjawabnya dengan tenang agar kau tidak mengetahui bahwa ada belati yang tertancap di hatiku saat ini.
aku telah mencoba berbagai cara agar aku tetap bersikap biasa saja sekarang ini.
namun aku tak kuasa menahannya.
kepingan kaca ini terus mendesak keluar dari tempat pertahanannya.aku rapuh.
aku masih saja lemah.
aku hancur.
masih saja dikalahkan oleh rasa cemburu.
padahal,
aku bukan lagi siapa-siapa dirimu.
yang kulakukan hanya menangis,
menangis dalam diam,
menangis dan tak boleh ketahuan.
menangis,
karena nyatanya aku masih sayang.
menangis,
karena aku masih menginginkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
aku, kamu, (tanpa) kita.
Poesiahanya ada aku, kamu, dan yang sebenarnya terjadi adalah, tak pernah ada kata kita diantara hubungan ini.