2|Hold Me Tight

8.3K 945 105
                                    

|hyunnrc|

Warning: boyslove, yaoi, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

"Tae, Kook, hyung berangkat. Jaga rumah baik-baik. Jangan lupa makan."

"Hyung, katakan pada Jinyoung hyung, aku merindukannya." Jimin tersenyum, tangan kirinya terulur menyentuh surai adiknya.

"Oke. Jungkook aku berangkat." Jimin menepuk bahu Jungkook.

Memasuki mobil bersama Hyunwoo digendongannya. Kemudian mobil melaju dan hilang di belokan jalan.
.

.
"Hyung buat yang lebih manis dari Hyunwoo yuk?" Jungkook mengedipkan matanya nakal.

"Astaga Jungkookie, ini masih pagi. Kenapa pikiranmu tidak pernah bersih sih?" Taehyung mengomel dengan pipi merona.

"Lagian kau harus berangkat kerja."

"Aku libur hyung. Maka dari itu, yuk buat yuk."

Jungkook segera menarik lengan Taehyung, membawanya masuk kamar.

"Jungkookie aku masih mengantuk."

"Iya, akan kubuat agar hyung cepat tidur."
.

.
"Park Jinyoung-ssi apa kabar?" Jimin tersenyum lembut menatap lemari kaca berisikan abu milik suaminya.

"Ah yeobo, aku merindukanmu. Lihat Hyunwoo juga sudah merindukanmu." Jimin melirik anaknya yang sudah terlelap dipundaknya.

"Hyunwoo tumbuh dengan baik. Samchon nya dengan telaten merawatnya setiap hari. Dia semakin mirip denganmu."

Jimin selalu berbicara sendiri saat mengunjungi suaminya. Namun ia yakin suaminya itu akan mendengarkannya dengan baik juga.

"Taehyung sendiri sudah menikah. Namanya Jungkook. Dia anak yang baik walaupun agak menyebalkan. Aku harap mereka bisa bahagia selamanya."

Jimin beralih menatap foto masa remaja Jinyoung. Kemudian disampingnya foto keluarga kecil mereka.

"Kau harus baik-baik saja di sana. Aku mencintaimu."
.

.
Sore itu kediaman Park Jimin terasa sepi. Terlihat Taehyung yang sibuk menyiapkan malam dan Hyunwoo dengan mainannya diruang tengah. Bocah itu tak luput dari pengawasan Taehyung.

"Hyunwoo-ya jangan ke sana."

Taehyung segera membanting sumpitnya, berlari meraih Hyunwoo yang hendak keluar rumah.

"Jangan nakal, eoh." ia gemas, lalu menggesekkan hidungnya ke milik keponakannya. Hyunwoo tertawa.

"Aku pulang."

"Selamat datang hyungie."

Taehyung mendongak. Menatap kakaknya yang baru saja pulang kerja. Wajahnya lesu.

"Tumben Jungkook belum pulang, Tae?"

Ia melepas sepatu dan melonggarkan dasinya. Menghampiri Taehyung dan segera mencium pipi Hyunwoo.

"Dia pulang telat. Hyung mandi dulu sana. Makan malamnya sebentar lagi jadi."

"Siap kapten. Gomawo nae dongsaeng, kau yang terbaik."

Jimin naik ke kamarnya setelah mengusak surai adiknya.
.

.
"Kau oke kan dengan Jungkook?"

Jimin telah usai dengan kegiatan bersih dirinya. Ia segera turun ikut membantu Taehyung meletakkan piring di meja. Hyunwoo mengoceh memanggilnya.

"...mma, eomma."

"Apa sayang, eum?"

"Hah? Memang aku tidak terlihat baik dengan Jungkook?" Taehyung memasang wajah bingungnya.

"Bukan begitu juga. Maksudku kau sedang tak ada masalah dengan si Jeon itu, kan?"

"Tidak hyungie. Dia tidak suka membuat masalah lagian. Sukanya membuat jengkel."

"True af!"

Mereka berdua tertawa. Membuat Hyunwoo tiba-tiba terdiam melihat dua orang dewasa itu.

Bel rumah berbunyi, di susul sapaan lelah dari pemuda tinggi suami Park Taehyung.

"Aku pulang."

"Selamat datang."

"Aku daritadi bersin. Apa kalian sedang membicarakanku?" tanyanya to the point. Adik kakak itu menggeleng kompak.

Jungkook memutar bola matanya. Kemudian mendekati meja makan. Tangannya hendak mengambil nugget dari piring.

"Ya! Cuci tanganmu. Baru kau boleh mengambil ini."

Jimin mendelik lucu, Hyunwoo sampai tertawa. Jungkook mengaduh merasakan sakit ditangannya.
.

.
Jarum jam menunjukkan pukul 02.15. Jimin baru saja terbangun dan tak bisa tidur lagi, akhirnya ia memilih melanjutkan pekerjaan kantornya, meninggalkan Hyunwoo yang nyenyak tertidur.

Setelah membuat coklat hangat, ia mendudukkan pantatnya di karpet. Mulai membuka personal computernya dan mengetik perkerjaan yang ia butuhkan.

Kacamata frame hitam kesayangannya sudah terpasang rapi di wajahnya. Jarinya sibuk menari-nari diatas keyboard.

Dua puluh menit ia tenggelam dalam kesibukan. Lalu terdengar suara pintu terbuka. Ia menoleh.

Oh Jungkook.

Ia kembali fokus pada pc nya. Membenarkan letak kacamatanya lalu menyisir surainya ke belakang.

Deg deg!

Itu bukan jantung Jimin, tapi Jungkook. Ia menggeleng keras, melanjutkan langkahnya ke dapur.
.

.
Jungkook bersumpah tak bisa berpikir jernih untuk sekarang. Berulangkali ia mencoba menahan hasrat untuk tidak mencium kakak iparnya.

Jimin sudah tidur nyenyak dibahu kanannya. Setelah tadi mengeluh lelah dan mengantuk, Jimin dengan santainya menyandarkan kepalanya pada bahu Jungkook.

Bibir gemuk Jimin sudah memanggil untuk dilumat, entah mengapa Jungkook mengartikannya seperti itu. Wajah kakak iparnya ini benar-benar manis jika diamati. Jungkook jadi membayangkan bagaimana saat bibir itu mendesah karenanya.

Jungkook merasa sangat berengsek saat ini. Bisa-bisanya ia memikirkan hal kotor itu saat Taehyung sudah menjadi istrinya.

Namun, setan-setan semakin giat menggodanya, suasana hening semakin mendorongnya untuk mendekatkan bibirnya pada milik Jimin.

Jungkook ingin sekali menangkup bibir Jimin diantara bibirnya. Menggerakkannya pelan dan sensual.

Dan itu benar terjadi dua menit setelahnya. Jungkook memejamkan matanya, lalu membuka bibirnya. Melumat bibir kakaknya agak terburu.

Dan sesuai pemikirannya, bibir Jimin terasa manis, lebih dari Taehyung.

Jungkook melepaskan tautannya. Bibir ranum di depannya memerah, basah. Jungkook benar-benar tak memilki ide untuk hal yang baru saja ia lakukan.

Taehyung, maaf.

TBC

note: hiksTwT auk ah gelap.

terimakasih vommentnya:')

08 Mei 2017

When love have to choose | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang