5|I NEED U

7.4K 808 42
                                    

|hyunnrc|

Warning: boyslove, yaoi, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

Jungkook baru saja keluar dari kamar mandi, mengusap rambut basahnya yang habis dicuci.

"Jungkook,"

"Eoh hyung, wae?! Uljima,"

Jungkook terlonjak kaget melihat Taehyung menangis lalu memanggilnya dengan suara serak.

"Eomma, eomma ngga ada."
.

.
Mobil silver milik Jimin melaju cepat, saat pemiliknya mendengar bahwa ibunya meninggal.

Di seberang, adiknya sudah menangis hebat terus berusaha menormalkan suaranya.

Sampai rumah, Jimin segera disambut Taehyung dengan mata sembabnya, dan Jungkook yang menggendong Hyunwoo.

"Kita harus hik berangkat sekarang hik hyung." Jungkook disampingnya terus mengusap bahunya pelan.

"Baiklah." Jimin mempersiapkan sebentar keperluannya, kemudian mengambil Hyunwoo dari Jungkook.

"Pakai mobilku saja, hyung." Jimin mengiyakan permintaan Jungkook.

Oke, sekarang bukan waktunya memikirkan bagaimana sikapnya terhadap Jungkook.
.

.
Mereka berempat berangkat menuju Busan. Taehyung yang berada di depan masih sesenggukan. Tatapannya kosong. Hyunwoo kembali tertidur.

"Apa eomma mengatakan sesuatu akhir-akhir ini, Tae?"

Karena kemarin malam, ibunya juga menelpon mengatakan bahwa ia harus menjaga Taehyung dengan baik. Jimin punya firasat.

"Entahlah hyung, hik eomma hanya berpesan hik agar aku terus baik-baik denganmu." nadanya terdengar lemah.

Taehyung yang sekarang adalah Taehyung yang rapuh.

Jimin terdiam. Melirik Jungkook yang fokus menyetir tanpa membuka suara.

Jimin beranjak kemudian mengelus pundak Taehyung dan tersenyum tulus. Berharap Taehyung dapat merasakan kehangatan yang ia salurkan. Taehyung balas tersenyum.

Jimin juga tak menyangka akan kehilangan sosok ibu begitu cepat. Tempat keluh kesahnya, akankah ia kuat menjalani keluarga ini kedepannya?

Memorinya memutar ulang kejadian malam itu.

Tuhan, tolong kuatkan Jimin.
.

.
Pertahanan Jimin runtuh melihat jasad ibunya terbujur kaku di sana. Tangis yang sempat ia tahan kini keluar deras membasahi pipi bulatnya.

Memeluk Hyunwoo yang berkedip polos melihat sekitarnya. Dan ya, sekarang hanya Hyunwoo satu-satunya yang menjadi penguat dan penghiburnya.

Jungkook diam mengamati Jimin. Lengannya lagi-lagi ingin memeluk kakaknya itu. Jimin yang tadinya terlihat begitu kuat, akhirnya menumpahkan semua emosinya. Terlihat sama rapuhnya dengan Taehyung.

Hah.

Apa pilihan selalu serumit ini?
.

.
Mereka berdua terduduk berdampingan di jejeran rapi kursi itu. Duduk berdampingan dengan hanya berjarak dua kursi diantara keduanya.

Hening. Keduanya bungkam, terlalu takut untuk merangkai sebuah pembicaraan. Atmosfer yang mencekiknya memaksa Jimin untuk angkat bicara beberapa menit kemudian.

"Hei." yang lebih muda menoleh.

"Lihat Taehyung." ia menunjuk adiknya yang sedang sibuk sendiri didepan. "Ia bahkan terlihat manis dengan mata sembabnya." Jimin tertawa pelan.

Yang diajak bicara masih terdiam. Mengamati yang dimaksud hyungnya. Kemudian kembali pada Jimin.

"Jungkook." panggilnya lagi dengan suara serak.

"Kau tau jika kau salah, kan?" ucapnya lirih. Tertunduk, meremas tangannya gemas. Jejak air mata bahkan masih tercetak jelas di kedua pipinya.

Jungkook hendak beranjak saat suara Jimin menghentikannya, "Jangan bergerak secentipun."

"Kau. Kau sadarkan atas apa yang kau lakukan?"

Kenapa mulut Jungkook susah sekali terbuka?

"Aku tau, hyung. Maaf."

"Bagaimana bisa kau mempermainkan orang polos seperti Taehyung?" menatap kosong kedepan.

"Kurasa kau tidak bisa menyalahkanku sepenuhnya, hyung." nadanya masih tenang seperti air.

Hati Jimin semakin sesak. Kenyataan menghantamnya keras. Jungkook benar atas apa yang dikatakannya.

"Hiks, Jungkook."

Untuk sekali lagi, Jimin runtuh. Pipinya kembali basah, terlalu lelah menghadapi masalah yang bertubi-tubi. Ia butuh seseorang.

Jungkook mendekat, rautnya melembut. Mengantarkan lengannya untuk melingkari Jimin. Mengusapnya pelan.

"Jungkook hiks aku lelah. Maafkan aku, hiks maaf."

"Shh, gwenchana hyung."

Jungkook terus menepuk punggung Jimin yang ada dipelukannya. Bajunya ia rasa sudah basah oleh airmata Jimin.

Aku sadar seberapa berengseknya aku, hyung.
.

.
TBC

note: apdet sebelum ukk TwT/yoshh

yuhuuuu uri bangtan menanggg/telat:v army emang kkaepjang! bangtan juga/luvluvluv

kucuma bisa apdet segini dulu, gaes. besokkan lagi(?)

ga ngefeel itu pasti/maap. saya akan berusaha lebih baik:) bentar lagi puasa, yadongnya dikurangin:vv

terimakasih ya vommentnya:'3

23 Mei 2017

When love have to choose | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang