9|Butterfly

6K 700 71
                                    

|hyunnrc|

Warning: boyslove, yaoi, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

"Hyung bisa tolong ke kantor? Suami tampanmu ini meninggalkan dokumen penting di rak dekat lampu, ehe."

Taehyung mendengus keras. Kenapa juga suaminya ini, padahal memeriksa baterai laptop saja tidak pernah lupa.

"Iya Jeon Jungkook suami Park Taehyung yang tampan."

"Maaf ya hyung. Secepatnya kutunggu. Dah hyung, muah."

Sambungan teleponnya terputus. Taehyung beranjak ke kamarnya. Tangannya mencari yang dimaksud Jungkook.

Gotcha! Ketemu.

Jadi sekarang dia tinggal bersiap dan segera pergi ke kantor Jungkook. Ia berganti pakaian mengenakan sweater navy blue kemudian melapisinya lagi dengan jaket. Taehyung tersenyum melihat pantulan dirinya dikaca.
.

.
Untung Hyunwoo sudah bersama Jimin, jadi ia tidak perlu membawa Hyunwoo bersamanya. Ia keluar dari taxi yang tumpangi. Merapikan bajunya lagi, kemudian bersiap berjalan sedikit menuju kantor.

Matanya menerawang bangunan yang ia lewati. Ia jarang keluar rumah apalagi ke kantor Jungkook, jadi ya dia agak asing. Langkah sepatu conversenya perlahan melambat.

Beberapa meter di depan berdiri gerombolan pria yang terlihat mengerikan, menatapnya. Duh, firasatnya buruk. Ia mengaktifkan ponselnya sambil terus berjalan.

"Jimin hyung kumohon." gumamnya, sambil mengetik beberapa karakter diponsel.
.

.
Ish, gini gini aku pernah ikut taekwondo, tau!

Taehyung terjebak digerombolan pria yang mengepungnya. Mereka menginginkan tas yang Taehyung bawa. Taehyung tak bisa menyerahkannya begitu saja, ada dokumen yang Jungkook minta, selain barang berharganya juga.

Taehyung sudah mengepalkan kedua tangannya, memasang kuda-kuda.

"Mau mencoba melawan rupanya." suara berat seorang lelaki tak membuat Taehyung takut. Ia malah semakin mengeratkan kepalan tangannya, "Maju!"

Taehyung melayangkan tinjunya. Kakinya dengan cekatan menendang tulang rusuk kemudian tulang keringnya lawannya. Hah!  Belum waktunya seorang Park Taehyung menyerah.

Strike! Pukulan dan tendangannya memang tak pernah meleset. Ia tersenyum menang.

"Kau yang mengajak bermain, rambut pirang."

Salah satu dari mereka menyeringai. Lalu dengan santainya mengeluarkan pisau dari saku jaket. Mata Taehyung membesar.

"Woa woa woa, bukankah ini tak adil? Aku tak membawa senjata apapun."

"Persetan!"
.

.
Ponsel milik Jimin bergetar, line masuk dari adiknya.

Hyungie sepertinya aku tidur di rumah sakit malam ini:')

Jimin berdiri kaget. Eh, maksudnya?! Adiknya dalam bahaya!

"Astaga Tae," Jimin bergumam khawatir, menggigit kecil kuku-kukunya.

Jemari Jimin bergerak cepat diatas ponsel miliknya. Mencari posisi Taehyung lewat GPS. Matanya sudah berair.

"Sekretaris Go, aku titip Hyunwoo sebentar."

Ia bergegas, berlari keluar ruangannya. Menyusul Taehyung yang mungkin sudah sangat membutuhkan bantuannya.
.

.
Jimin berlari mengikuti lingkaran kecil yang bergerak-gerak di layar ponselnya. Ia memasuki gang sempit disebrang jalan.

"DEK!"

Jimin menjerit kalut. Tungkainya berlari menghampiri Taehyung didepan sana.

Taehyung dengan lebam biru dipipi dan sudut bibirnya. Darah mengalir deras dari perutnya, mengubah warna jaket yang ia kenakan menjadi merah. Bibirnya pucat, jemari panjangnya masih berusaha menekan luka yang ia dapat.

"H-h-hyungie."

"Dek sadar dek. Astaga Taehyung! Tahan sebentar, hyung telpon ambulance."

Tangan Jimin bergetar saat menekan tombol panggilan cepat. Airmatanya sudah deras mengalir. Tak ada yang lebih mengerikan daripada melihat adiknya sekarat karena luka tusuk.

"Hyung di sini, ssaeng."
.

.
Taehyung mengeluarkan banyak darah. Kondisinya lemah untuk sekarang. Kepalanya juga sempat terbentur keras membuatnya cepat hilang kesadaran.

Jimin disampingnya terus merapalkan doa untuk kesadaran Taehyung. Bulir airmata tidak berhenti menetes dari mata indahnya.

"Taehyung hyung!"

Pemuda datang dengan pakaian kerjanya. Wajahnya yang lelah menyiratkan kekhawatiran. Ia menghampiri Taehyung yang terbaring tenang dikasur. Tangannya mengelus poni Taehyung yang basah.

"Ia mendapat luka tusuk yang cukup dalam. Selain lebam dipipinya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Aku sudah menghubungi Hoseok hyung untuk datang ke sini." jelas Jimin dengan suara serak.

Jungkook menoleh. Tanganya terangkat mengelus rambut Jimin, "Taehyung akan baik-baik saja, hyung."

"Kita harus bicara, Jungkook."
.

.
BUGH

Bogem mentah dari Jimin membuat sobek sudut bibir Jungkook. Jungkook hanya terdiam. Bahkan saat mulut mungil itu mengutuk dirinya.

"Kau harusnya menjaga Taehyung!"

Jungkook menatap ujung sepatunya dan Jimin. Membiarkan Jimin melepas semua emosinya.

"Dia bisa mati karenamu, Jungkook!"

Jimin masih berbicara dengan nada tinggi. Emosi dan perasaan khawatir menyelimutinya. Sebenarnya, ia hanya takut. Takut Taehyung sakit.

"Kalau Taehyung kenapa-kenapa bagaimana?"

Kemudian teriakan frustasi terdengar ditelinga Jungkook. Jimin sudah menjambak rambutnya sendiri sambil sesenggukan. Jungkook segera menarik Jimin kepelukannya. Mengelus rambut coklat itu pelan.

"Hyung maafkan aku. Aku yang menyuruhnya ke kantor. Aku yang membuatnya jadi seperti ini. Maaf hyung."

"Simpan kata maafmu itu untuk Taehyung, berengsek."

Jimin tak menolak dekapan pemuda itu. Gumaman kasarnya teredam di dada Jungkook. Terus membasahi jas kerja Jungkook dengan airmatanya.

"Aku hanya tak mau kehilangan Taehyung. Dia adikku satu-satunya."

"Iya hyung aku tau,"

Tangannya menuntun kepala Jimin untuk mendongak. Memberikan senyum hangatnya lalu mengusap airmata Jimin. Jungkook membawanya lagi dalam pelukan.

"Percaya padaku, Taehyung hyung akan baik-baik saja." kemudian bibirnya mencium pundak Jimin berkali-kali.
.

.
[hoseok pov]

Eung?

"Bukankah itu Jimin dan Jeon Jungkook?"

Alisku terpaut bingung.
.

.
TBC

note: yang diam diam #TeamVKook gpp kok, saya menerima(?) barangkali ada gitu? :)

Maaf kalo ada yang ngebias Tae, trs ternistakan karena menjadi uke/damai

YANG MAU MENGUTUK JK JADI BATU? SILAKAN SILAKAN:')

Kalo vhope, seke nya gmna? '-'

Aku beneran buta otp selain jikook sama namjin:(

16 Juni 2017

When love have to choose | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang