3|Love is Not Over

7.9K 888 57
                                    

|hyunnrc|

Warning: boyslove, yaoi, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

Akhir pekan. Quality timenya keluarga kecil ini. Hyunwoo dan Jungkook sudah asyik ngemil didepan TV. Taehyung sibuk mengambil pakaian kotornya di kamar. Dan satu lagi, si ibu muda itu sedang kesusahan mengambil roti jahe di rak atas.

Ia sudah berjuang mengangkat kursi dari meja makan menuju dapur. Napasnya jadi agak tersengal.

"Hyunwoo-ya, tetap disini. Aku akan mengambil air." pamit Jungkook pada Hyunwoo yang hanya balas mengoceh.

Ups, ada kakak iparnya. Ia jadi agak sedikit canggung.

Namun, ia tetap melangkahkan kakinya ke dapur. Menatap heran kakaknya yang terlihat kesusahan.

"Hyung mau ambil apa sih? Naik kursi segala,"

Prangg!

Lengan kekar itu menangkap Jimin sigap saat keramik menghantam lantai dapur keras, diikuti Jimin yang jatuh setelahnya.

"Hyungie?!"

Tangan Jungkook mengeluarkan sedikit darah karena berhasil melindungi kepala Jimin dari pecahan keramik. Jimin terpejam erat.

"Hyung gwenchana?" bisiknya membuat kelopak Jimin terbuka. Airmatanya menggenang.

"Jungkook-ah,"

"Hyung!"

Taehyung datang dengan raut paniknya. Mendekati sang kakak yang berada dalam dekapan Jungkook.

"Taehyung-ah,"
.

.
"Kan bisa minta bantuan Jungkook! Hyung membuatku khawatir."

"Maaf Taehyungie, nggak kepikiran." Jimin merengut. Jungkook tersenyum sangat tipis.

Taehyung mengomel sambil mengobati tangan Jungkook yang terluka. Jungkook di depannya malah sibuk mengunci tatapannya pada Jimin. Memastikannya baik-baik saja.

"Nan gwenchana Jungkookah. Terimakasih, maafkan aku juga."

"Ya hyung."

"Apa kita boleh makan? Aku jadi lapar mendengar omelanmu."
.

.
Hyunwoo sudah didudukkan manis ditempatnya. Tiga orang dewasa lainnya sibuk memindahkan makanan ke meja.

Taehyung mengangkat supnya dari kompor. Jimin baru saja menata piring dan memindahkan lauknya. Jungkook di sampingnya sibuk mengisi air.

"Jeon, sendok!" pinta Taehyung.

Otomatis tangan kanan Jungkook terulur meraih sendok yang berada di dekat Jimin. Tangan satunya masih dibiarkan menggengam gelas dan lainnya malah tak sengaja melingkari tubuh Jimin. Mengungkungnya dalam posisi itu.

Bibirnya tepat dibelakang telinga Jimin. Napas Jungkook terhenti. Jimin tersentak.

"Maaf hyung. Aku mengambil ini." segera ia kembali pada posisinya. Tertawa canggung.

Entahlah, Jimin hanya merasa Jungkook agak berbeda terhadapnya.
.

.
Malam itu, hujan turun deras. Petir menggelegar membelah langit. Gelap, dingin.

Taehyung kembali dibuat khawatir karena kakaknya. Hyunwoo sudah menangis hebat sejak tadi. Merasa eommanya tidak dalam keadaan baik.

"Apa Jimin hyung baik-baik saja?" Jungkook berdiri, ikut khawatir.

"Kurasa tidak." Taehyung menggeleng gelisah.

Pasalnya kakaknya itu benar-benar takut menyetir saat hujan lebat. Trauma akan kematian ayah bisa saja menjadikannya terjebak hujan ditengah jalan saat ini.

"Kau harus mencarinya, Jungkook."

Jungkook menoleh. Menatap prihatin Hyunwoo yang tak berhenti menangis dipangkuan Taehyung. Sebelum Taehyung bicarapun, rasa khawatir telah menyergapnya saat Jimin pulang lebih larut.

"Baiklah. Aku akan mencari Jimin hyung dan membawanya pulang."

Jungkook bergegas mengambil jaketnya dikamar dan mencari kunci mobilnya.

"Hati-hati Jungkookah. Bawakan Jimin hyung jaket juga."

"Aku berangkat hyung." pamitnya kemudian mencium kening Taehyung.
.

.
Jungkook menjalankan mobilnya pelan. Pandangannya tak henti menyusuri jalan yang menurutnya dilewati Jimin. Mulutnya masih bergumam khawatir.

Mobilnya terhenti ditepi jalan, di depan mobil yang sepertinya habis menabrak pembatas jalan.

Itu mobil hyungnya! Astaga, apa dia baik-baik saja?

Segera ia keluar dari mobil, berlarian kecil mendekati mobil Jimin.

"Jimin hyung? Kau disana?"
Tanyanya sambil mengetuk kaca pintu mobil.

"Hyung?" punggungnya sudah terasa dingin, terguyur derasnya hujan.

Pintu mobil itu terbuka. Jungkook tak bisa untuk tak memeluk Jimin saat melihatnya menggigil ketakutan.

"Hyung, ini Jungkook. Tidak apa-apa, aku disini."

Jimin meremat kuat baju depan Jungkook. Terisak kecil sambil terus bergumam bahwa ia sangat takut.

"Sudah hyung, jangan menangis."

Sepuluh menit menuntaskan tangisnya, Jimin mengangkat kepalanya. Matanya sembab, sesenggukan, hidungnya memerah.

"Jungkookah. Hik aku kedinginan."

Jungkook dengan cepat mengambil jaket yang ia bawa untuk Jimin dan memasangkannya.

"Apa hyung sudah merasa baikan?" pandangannya masih menatap lamat Jimin. Sangat takut jika hyungnya kembali terluka.

"Tanganku hik gemetar, Kook. Dingin."

Jungkook kembali membawa Jimin kedekapannya. Menenggelamkan kepala Jimin di bahunya. Mengusap punggungnya.

"Taehyung menyuruhku mencarimu. Aku bersyukur, kau baik-baik saja."

"Teri hik terimakasih."

"Hyungah,"

Jimin kembali mendongak. Disambut elusan tangan Jungkook pada pipi bulatnya. Dan secara mengejutkan, untuk kedua kalinya, Jungkook menempelkan bibirnya pada milik Jimin.

Jimin sangat terkejut, matanya membulat. Segera ia dorong bahu Jungkook kasar, menatapnya tak percaya.

"Jungkook! Apa yang ka-"

Jungkook kembali menyambar bibir gemuk Jimin. Menggerakkannya cepat, mencoba menguasai Jimin.

Jimin terpejam, menjerit tertahan saat Jungkook menggigit bibirnya.

Apa-apaan ini? Jungkook gila!
Apa ia tak ingat statusnya disini, dikeluarganya?

Jimin terus memberontak. Tangannya mengepal, memukul lemah bahu Jungkook.

"Jungkook hhh. Hentikan!"

Jimin bersumpah akan menahan desahannya saat bibir itu menjamah kulit lehernya. Jungkook tak mengatakan apapun, hanya terus melakukan hal kotor itu pada Jimin.
.

.
TBC

note: oioioi. ada yang masih nunggu?:v naenanya potong ya, chap depan/bhaks

oh ya, ada yg sedikit terinspirasi dari drakor She Was Pretty. sebenarnya aku bingung ngelanjutinnya gmnaTwT semoga terhibur deh:')

betewe butuh saran, gaes:)

14 Mei 2017

When love have to choose | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang